Teknik wawancara minggu ini adalah mempresentasikan hasil wawancara psikolog dari beberapa bidang. Ternyata teknik wawanara ini banyak digunakan dalam kehidupan sehari-hari. Salah satunya dalam konsultasi dengan guru BK. Teknik wawancara memiliki kelebihan yang hampir sama dalam beberapa bidang. Kelebihannya adalah dapat menggali informasi secara langsung dari sumbernya.
Namun kekurangannya tentu bergantung pada psikolog itu sendiri. Kekurangan teknik wawancara pada guru BK yang kelompok saya wawancarai adalah sulitnya waktu untuk mewawancarai anak. Hal ini dikarenakan guru BK hanya diperbolehkan memanggil siswa pada jam sebelum atau sesudah sekolah. Inilah yang menjadi kendala. Untuk mewawancarai sebelum sekolah rasanya sulit. Karena siswa tentunya harus datang lebih awal. Cukup sulit untuk datang awal, karena kemacetan yang sering menghadang tanpa terduga. Hal ini juga saya alami saat kuliah. Bagi mahasiswa seperti saya rasanya datang tepat waktu saja sudah bersyukur. Sedangkan untuk wawancara pulang sekolah, siswa kadang sudah malas berbicara. Tentu dapat dimaklumi ketika sudah lelah belajar siswa menjadi malas diwawancarai. Mungkin tidak jauh berbeda dengan saya, ketika selesai jam kuliah yang langsung terpikirkan adalah pulang. Bahkan sebelum jam kuliah selesai, pikiran itu sudah membayangi saya.
Pada guru BK terdapat teknik lain yang dapat membantu teknik wawancara, yaitu home visit. Home visit tidak selalu dilakukan dalam segala masalah yang dialami siswa. Home visit dilakukan hanya ketika anak tidak lagi bisa diajak wawancara dan orang tua perlu mengetahui masalah anaknya. Contoh nyata yang pernah saya ketahui adalah ketika teman saya sering membolos. Saat itu teman SMP saya rajin membolos. Sudah berbagai alasan untuk tidak masuk sekolah dilontarkannya. Bahkan terkadang meskipun teman saya sudah sampai sekolah, teman saya tetap mencari-cari alasan untuk pulang. Gurupun heran dengannya, hingga akhirnya guru BK mewawancarainya, namun teman saya tidak pernah memberikan informasi yang jelas. Akhirnya guru BK memberikan surat panggilan kepada orang tua. Namun surat tersebut tidak pernah disampaikan oleh teman saya. Sehingga guru BKpun memutuskan untuk melakukan home visit. Nahh, untuk hal seperti inilah home visit diperlukan. Home visit hanya dilakukan untuk hal-hal tertentu saja. Ketika masalah siswa dapat selesai dengan teknik wawancara di sekolah, maka guru BK tidak perlu melakukan home visit.
Pengatahuan lain yang saya dapatkan dari wawancara dengan guru BK ini adalah bahwa guru BK sebaiknya tidak mengajar mata pelajaran lain atau menjadi guru piket. Hal ini dimaksud agar guru BK bersifat independen dan bersifat netral antara sekolah dengan murid. Ketika guru BK merangkap menjadi guru mata pelajaran atau guru piket dikhawatirkan akan terjadi subyektifitas pada masalah siswa. Karena sangat besar kemungkinan guru BK menjadi kelekatan terhadap siswa, yang dapat mengakibatkan subyektif dalam menilai masalah siswa.
6 Maret 2014
Tidak ada komentar:
Posting Komentar