Rabu, 20 Februari 2013

rasa penasaran memulai segalanya (Dionisius Ferdi Weros)


Sebelum mulai menulis tulisan ini, saya sempat membaca beberapa tulisan dari rekan-rekan saya dari kelas Perilaku Seksual. Pada umumnya, mereka membahas mengenai cinta dan keintiman. Bagi saya membicarakan cinta dan keintiman adalah sesuatu yang sangat aneh. Dalam diri saya akan selalu muncul perasaan yang geli yang sulit untuk saya jelaskan ketika membahas mengenai hal tersebut. Akan tetapi, bukan berarti saya adalah orang yang tidak dapat merasakan cinta dan keintiman. Namun, saya merasa "bukan saya banget", ketika membahas topik mengenai cinta. Apa alasannya? Mungkin saja saya adalah seorang individu yang memilih untuk merasakan cinta tanpa perlu menuangkan makna cinta tersebut dalam suatu tulisan.

Hal ini menyebabkan saya memutuskan untuk melawan mainstream dan membahas mengenai suatu topik lainnya yaitu seks dan pendidikan seks.

------------------------------------------------------------------------------------------------------------

Manusia adalah makhluk seksual dan kita tidak bisa menyangkal kenyataan ini.

Manusia selalu merasa penasaran mengenai seks, tetapi pada saat yang bersamaan kita merasa tidak nyaman membicarakannya. Akan tetapi, pada saat ini, banyak sekali remaja Indonesia sudah pernah melakukan hubungan seksual, bahkan ada yang melakukannya secara rutin. Rasa penasaran membuat banyak remaja mulai mencoba melakukan hubungan seksual. Mereka memperoleh gambaran mengenai hubungan seksual melalui pornografi. Mereka ingin sangat penasaran terhadap sensasi yang dialami oleh para aktor dan aktris tersebut. Mereka ingin mencoba merasakan sensasi tersebut pada dunia nyata. Banyak remaja lainnya mendapat dorongan dari teman-teman sebayanya yang sudah berhubungan seksual secara rutin. Cerita-cerita dan mitos-mitos dari teman-teman sebaya tentu semakin menambah rasa penasaran dan juga keberanian mereka untuk melakukan hubungan seksual.

Rasa penasaran pun semakin bertambah ketika minimnya informasi mengenai seksualitas di sekitar mereka. Internet menjadi salah satu sumber informasi mengenai seksualitas bagi remaja. Akan tetapi, tidak semua informasi dari Internet itu adalah fakta, bahkan ada beberapa informasi yang cenderung menyesatkan. Orangtua yang merasa tidak nyaman membicarakan seksualitas dengan remaja sehingga tidak dapat diandalkan menjadi sumber informasi. Banyak orangtua merasa takut setelah membicarakan seksualitas dengan remaja, remaja tersebut akan menjadi terlalu aktif secara seksual. Padahal, banyak remaja berani melakukan hubungan seksual karena mereka tidak mengetahui resiko dari hubungan seksual tersebut. Tidak bisa dipungkiri memang ada remaja yang tetap berani melakukan hubungan seksual, meskipun mengetahui resiko-resikonya. Namun, menurut pandangan saya, lebih banyak lagi remaja yang tidak mengetahui resiko-resiko yang mengintai mereka. Sehingga, pemberian pendidikan seks kepada remaja sangat penting, diharapkan setelah memahami resiko-resikonya mereka dapat menunda hubungan seksual dan baru melakukannya setelah menikah.

Pendidikan seks pun suatu kontroversi tersendiri, salah satu pertanyaan terbesar adalah pendidikan seks seperti apa yang harus diberikan. Menurut Zoya Amirin, M.Psi., perkembangan seksual seseorang harus disesuaikan dengan usianya. Misalnya, remaja yang aktif berhubungan seksual layaknya suami-istri adalah perkembangan yang bermasalah. Mereka tentu tidak siap dengan resiko terjadinya kehamilan. Kehadiran bayi pada masa remaja akan menimbulkan masalah yang sangat banyak dalam kehidupan mereka. Selain itu, anak yang mengalami pemerkosaan pun juga akan mengalami perkembangan yang bermasalah. Alat reproduksi mereka masih belum berfungsi dengan baik dan timbulnya trauma bagi mereka dapat mempengaruhi keadaan psikologis korban. Hal ini membuat saya menarik simpulan bahwa pendidikan seksual yang baik sebaiknya mendorong perkembangan seksual yang lebih sehat bagi manusia. Ketika sudah terlanjur bermasalah diharapkan perkembangannya dapat terarah ke arah yang lebih sehat kembali.

Selanjutnya, menurut Henny E. Wirawan, M.Hum., Psi., pendidikan seks sebenarnya bisa mulai diberikan sedini mungkin tentu dimulai dari hal-hal kecil, misalnya mengajarkan anak untuk berpakaian terlebih dahulu sebelum keluar dari kamar mandi. Beliau juga menambahkan pendidikan seks terbaik berasal dari orangtua. Hal yang mengkhawatirkan ketika anak  memperoleh informasi yang salah dari orang yang salah pula. Istilah bisa karena biasa mungkin juga berperan dalam pendidikan seks. Jika anak sudah terbiasa berbicara mengenai seksualitas dengan orangtuanya, maka mereka pun bisa dengan nyaman bertanya mengenai seksualitas dengan orangtuanya. Misalnya, anak bisa saja dapat dengan nyaman bercerita mengenai teman-temannya yang sudah aktif berhubungan seksual. Anak tersebut juga dapat menyatakan rasa penasarannya mengenai hal tersebut. Orangtua dapat dengan mudah mencegah anak tersebut untuk melakukan hubungan seksual pranikah dengan menjelaskan resiko-resikonya. Namun, yang umumnya terjadi adalah ketika anak menghadapi suatu masalah terkait dengan seksualitas, anak jarang membicarakannya dengan orangtua. Mereka merasa malu dan tidak nyaman membicarakan seksualitas dengan orangtua. Mereka akan biasanya bertanya kepada teman-teman sebayanya atau mencari informasi melalui Internet yang belum tentu memberikan benar. Hal ini bisa saja berujung ke hal-hal yang tidak diinginkan, misalnya hubungan seks pranikah.

Simpulannya, orangtua tidak perlu malu lagi untuk berdiskusi dengan anaknya mengenai seksualitas karena seksualitas adalah bagian yang tidak terpisahkan dari manusia. Orangtua tidak perlu malu bertanya terhadap ahli yang benar-benar memahami tentang seksualitas ketika tidak memiliki pengetahuan yang cukup. Ahli tersebut dapat membantu orangtua untuk mengetahui apa yang sebaiknya diajarkan terhadap anak sesuai dengan usianya dan bagaimana menjawab pertanyaan dengan lebih baik. Sehingga, tidak ada alasan lagi untuk menunda pendidikan seks terhadap anak sedini mungkin karena perkembangan seksualitas anak sama pentingnya dengan perkembangan lain mereka.

Seksualitas ketika dibicarakan dengan terhormat dan pantas bukanlah sesuatu hal yang memalukan, tetapi hal penting yang perlu dipahami oleh semua manusia.
Penulis

19 Februari 2013

Tidak ada komentar:

Posting Komentar