Siapa yang tidak mau dicintai? Tentu tidak ada orang yang menolak untuk dicintai. Lalu apa itu cinta? Ya! Banyak definisi mengenai cinta, tergantung dari bagaimana individu memandangnya. Namun, secara umum cinta identik dengan hubungan romantisme antar pasangan. Baik pasangan menikah maupun pacaran. Tidak dapat dipungkiri bahwa rasa cinta yang timbul berawal dari ketertarikan fisik antar dua individu. Ketertarikan fisik dapat berkembang menjadi cinta apabila timbul kecocokan satu sama lain. Namun, sudah menjadi "trik" umum (sadar atau tidak sadar) bahwa ketika dua individu yang baru berkenalan dan saling tertarik belum menunjukan siapa dirinya sebenarnya alias belum melepas "topeng"-nya! Bahkan di dalam hubungan pacaran yang bertahan bertahun-tahun pun belum menjamin "topeng" itu sudah lepas (hati-hati ya! di cek lagi pacar atau gebetannya hihi). Setiap individu cenderung menunjukan kelebihan dirinya dan apa yang dapat ia berikan untuk menarik perhatian individu lain. Ketika hubungan terus berjalan mulai lah terlihat sedikit demi sedikit kekurangan masing-masing. Ketidak-puasan terhadap sikap pasangan merupakan salah satu masalah yang timbul dalam hubungan. Banyak pasangan yang menanggapi dan menyelesaikan masalah tersebut dengan baik. Namun, tidak sedikit pasangan yang menimbulkan masalah baru yang lebih rumit.
Setiap pasangan berpacaran tentu ingin terus mempertahankan hubungan mereka sampai ke pernikahan. Saat saya mengikuti kelas perilaku seksual, ibu Henny Wirawan selaku dosen mata kuliah tersebut mengatakan sebuah hubungan membutuhkan usaha. Setiap pasangan membutuhkan kreativitas dalam menjalani sebuah hubungan agar tidak berjalan secara monoton. Tidak dapat dipungkiri usaha sering kali membuat seseorang merasa lelah. Namun, terdapat pernyataan, "kalau kamu tidak capek, berarti kamu tidak memperjuangkan apapun di hidupmu". So, be creative! Namun, sering kali rasa cinta membuat orang mentolerir kekurangan pasangan atau terlalu menuruti keinginan pasangan sampai ia kehilangan jati dirinya dan penyesalan selalu datang belakangan. Oleh sebab itu, sebelum memutuskan untuk menikah (bahkan sebelum memutuskan untuk pacaran) ada baiknya menelaah kembali dan memikirkan kemungkinan-kemungkinan apa yang dapat terjadi. Sadari kekurangan pasangan dan pikirkan apakah akan tahan dengan kekurangan tersebut sampai kakek-nenek. Selain itu, ketika kita merasa diri kita berharga, kita tidak akan khawatir untuk mengakhiri hubungan yang tidak seharusnya dipertahankan, so khususnya untuk perempuan, don't lose your virginity before married!
27 Agustus 2014
Tidak ada komentar:
Posting Komentar