Seksualitas memiliki beberapa komponen, salah satunya adalah orientasi seksual. Orientasi seksual adalah ketertarikan yang bersifat abadi (enduring) secara emosional, romantis, dan afeksional kepada manusia lain. Orientasi seksual bersifat kontinum, memiliki jenjang-jenjang dari satu ekstrim ke ekstrim lain yaitu dari exclusive heterosexuality (hanya menyukai lawan jenis), sampai ke exclusive homosexuality (hanya menyukai sesama jenis). Tepat ditengah kontinum, terdapat orientasi biseksual.
Orientasi seksual berbeda dengan perilaku seksual, karena orientasi seksual adalah perasaan dan konsep diri bukan perbuatan. Seseorang mungkin saja tidak melakukan kegiatan seksual yang sesuai dengan orientasi seksualnya (atau sama sekali tidak melakukan hubungan seks). Orientasi seksual seseorang dipengaruhi oleh faktor lingkungan, kognitif dan biologis. Artinya, bagaimana seseorang dibesarkan (termasuk pengalaman-pengalaman seseorang yang bersifat seksual), pola pikir orang tersebut dan struktur genetis serta hormonal yang didapat sejak seseorang berada di dalam kandungan mempengaruhi orientasi seksual seseorang. Orientasi seksual seseorang pada umumnya muncul pada awal masa remaja.
Orientasi seks secara umum dibagi jadi tiga kelompok besar: heteroseksual yaitu orientasi seks pada lain jenis kelamin, homoseksual yaitu orientasi seks pada jenis kelamin yang sama, dan biseksual yaitu kecenderungan seks pada jenis kelamin yang sama dan pada saat yang bersamaan juga tertarik pada lain jenis kelamin. Pada umumnya sesorang tidak bisa di lihat orientasi seksualnya hanya pada penampilan luarnya saja. Orientasi seksual seseorang hanya bisa diketahui dengan komunikasi yang intens dan keterbukaan satu sama lain. Orientasi seksual tidak bisa ditentukan dengan ciri-ciri fisik seseorang saja, misalnya; tegap, atletis, macho, cakep, tampan, kemayu, gemulai, sissy atau manly. Semua itu tidak mencerminkan orientasi seksual karena penapilan hanya merupakan identitas seseorang ketika dia bergaul di tengah komunitas atau masyarakat.
Saya juga akan sedikit bahas tentang pseudo homoseksual. Kenyataan lain dimasyarakat adalah seringnya terjadi perpindahan orientasi seksual seseorang karena sesuatu sebab di satu saat tertentu, hal ini lazim disebut dengan pseudo homoseksual. Misalnya seorang heteroseksual yang terpaksa memuaskan atau menyalurkan libido seksualnya dengan sesama jenis dengan berbagai alasan, apakah karena keterbatasan materi, waktu, kesempatan, keterpaksaan, lingkungan, gaya hidup dan lain sebagainya.
Kasus anak jalannan misalnya, banyak praktek homoseksual terjadi antara senior ke junior karena ketidakadaan biaya untuk membayar wanita penghibur sehingga mereka menyalurkan kebutuhannya seksualnya pada junior atau orang yang lebih lemah darinya. Di penjara juga begitu, kasus homoseksual terjadi karena keterbatasan didinding penjara sehingga pemuasaan kebutuhan ragawinya disalurkan pada sesama jenis. ketika mereka keluar dari penjara mereka kembali keorientasi seksual asalnya. Tapi tak menutup kemungkinan jika pada lain waktu mereka kembali ke perilaku heteroseksualnya. Pseudo homoseksual kadang menjadi tahap awal peralihan orientasi seksual seseorang. Pada banyak kasus, pseudo homoseksual menjadi awal pengenalan seseorang pada perilaku homoseks yang kemudian menjadi pilihan perilakunya.
Pada masa lalu orientasi seksual di percaya lebih banyak dibentuk karena factor lingkungan. Lingkunganlah yang akhirnya menentukan apakah seseorang akan menjadi homoseksual, heteroseksual atau biseksual melalui pola pengasuhan, pola pendidikan keluarga dan masyarakat, pengalaman masa kecil dan lain sebagainya. Lingkungan dianggap sebagai satu-satunya factor yang mempengaruhi terjadinya keanekaragaman orientasi seksual. Karena pada kenyataannya semua berasal pada satu orientasi seksual yaitu ibu dan ayahnya yang tentu saja heteroseksual.
8 September 2014
Tidak ada komentar:
Posting Komentar