Hi, Readers. Pada kesempatan kali ini, penulis akan membahas topik tentang pernikahan dan perceraian. Topik yang sangat berlawanan bukan? Hmm, saat Anda mendengar kata pernikahan, apa yang pertama kali terlintas dipikiran Anda? Cerita cinderella? Happily Ever After? Sebenarnya pemikiran seperti itu hanyalah di negeri dongeng.
Pada saat seseorang memutuskan untuk menikah, maka kehidupan barulah akan dimulai. Memiliki tanggungjawab yang lebih besar, timbul masalah yang tidak terduga, harus melakukan kewajiban yang lebih besar, dan masih banyak hal lagi yang harus dilakukan. Menurut penulis, pernikahan adalah proses yang melibatkan dua watak yang berbeda. Dua watak ini harus menjadi satu dalam naungan sebuah keluarga. Proses menyatukan dua orang yang berbeda tidaklah mudah. Setiap individu harus melebur ego masing-masing dan menyesuaikan diri dengan pasangannya. Pernikahan yang sehat harus tercipta komunikasi yang baik.
Akan tetapi, pernikahan seringkali berakhir dengan perceraian. Faktor penyebabnya adalah komunikasi yang kurang baik, terjadinya kekerasan dalam rumah tangga, atau perselingkuhan. Karena kurangnya komunikasi antara pasangan, masing-masing pihak menganggap bahwa pasangannya telah berubah, tidak terbuka dengan dirinya, atau asumsi lainnya yang sebenarnya belum tentu benar. Oleh karena itu, bangunlah hubungan yang sebaik mungkin dengan pasangan. Komunikasi yang baik akan menciptakan hubungan yang baik pula. Tidak akan ada salah persepsi, ‘miskomunikasi’ atau hal-hal lainnya yang tidak diinginkan. Dalam mengambil keputusan untuk menikah, perlu juga dipertimbangkan faktor-faktor seperti kemapanan pasangan, sifat yang dimiliki pasangan, kemauan pasangan untuk mengerti pasangannya, dan masih banyak hal lainnya. Jadi, pilihan ada di tangan Anda, memiliki pernikahan yang bahagia atau berakhir dengan perceraian?
Semoga tulisan ini bermanfaat bagi para pembaca. Terima kasih.
16 September 2014
Tidak ada komentar:
Posting Komentar