Kadang kita berpikir pacaran itu apa sih? Berapa lama waktu yang dibutuhkan dalam pacaran supaya bisa mengenal lebih dalam pasangan kita? Apa saja hal perlu yang dibicarakan? Apa saja yang dilakukan saat pacaran? Pelukan? Ciuman? Hal-hal romantis lainnya seperti di film-film?? Well, tentunya masih ada banyak pertanyaan lainnya di benak Anda. Eh eh.. Tunggu dulu, sebelum mengumbar makin banyak pertanyaan terkait, penulis ingin mengemukakan kalau pacaran itu proses menemukan pasangan hidup. Yang namanya proses, ada yang namanya coba-coba, tapi yang namanya coba-coba harus hati-hati karena sepintar-pintarnya tupai melompat pasti akan jatuh juga. J Dalam pacaran ada baiknya bila kita tidak overmesra baik di publik maupun pribadi, yang rugi kamu loh. Kenapa? Hmm misalnya aja dari panggilan udah panggil papa mama, ketika hubungan kandas, kamu resmi jadi janda/duda. Hahaha.. XD #intermezzodikit Yah misalnya aja kamu melakukan hubungan seks dengan pasangan kamu, tapi dia meninggalkan kamu begitu saja. Walaupun hamil atau nggak hamil, tapi kamu tetap merasa malu dan rugi, kan?
Pacaran sih oke oke aja, tapi untuk first step ada baiknya tidak melakukan yang penulis sebut dengan romantic action, seperti berpelukan dan berciuman. Setelah melakukan romantic action tersebut, kadang kita tidak menggunakan logika, tapi justru keinginan lahiriah yang mendorong tindakan kita selanjutnya. Terus apa yang harus dilakukan? Yah, simple aja, make ground rules for both of you . Tapi kan ga seru??Well, mencegah lebih baik daripada mengobati, kan? J Nah, perlu dicatat, semasa pacaran baik laki-laki maupun perempuan itu cenderung faking (good or bad), jadi perlu diteliti lagi tuh pasangan kalian, temen-temen. Misalnya cowo perokok, tapi dia bilang kalau dia bukan perokok. Nah nanti ketika sudah menikah baru kelihatan belangnya. So, hati-hati, perhatikan bibit, bebet, bobotnya.
Gimana kalau pasangan itu selama ini hanya yes yes no no aja? Kalau diajak ngobrol, kamu yang paling bawel? Setiap komunikasi hanya bilang “ilu, kangen, met pagi, udah makan belum?” dan masih banyak lagi, itu basi, bangett. Kalau pola komunikasi hanya gitu-gitu aja, repair kalau nggak tinggalkan aja. Pola komunikasi itu tergantung pada respon lawan bicara kamu, atau memang ada faktor dari diri masing-masing yang harus diperbaiki.
Pacaran dalam waktu yang lama juga membuat pasangan bertanya-tanya mau dibawa kemana hubungan ini?? Yah kalau udah merasa klik alias cocok satu sama lain, mau sampai kapan menikmati dunia berdua aja? Kecuali kalau kamu nggakberani komitmen, just be honest, walaupun kamu mungkin dapat cap lima jari di pipi,it’s okay rather than trap in hell marriage. Kadang kunci (jujur) hubungan yang satu ini sering dianggap sepele oleh kebanyakan orang yang akhirnya membawa petaka di masa mendatang. Syukur kalau pasangan memang menerima kamu apa adanya, kalau tidak, relakan saja, toh manusia di bumi over produksi.. hehehe.
Pacaran udah, sekarang mau nikah nih. Tanyakan kembali pada diri dan hati masing-masing, sudah siapkah secara mental dan fisik? Apakah kamu dan pasangan memegang komitmen untuk berkeluarga? Kalau ya, selamat dan lanjutkan berpegang teguh dengan komitmen Anda bersama karena perceraian terjadi karena komitmen yang kurang sebelum pernikahan. That’s all! Semoga membantu yah. :D
”I would like to spend the rest of my life with you and let death do us part, not the third party.” - Candee Ginger.
16 September 2014
Tidak ada komentar:
Posting Komentar