Different Types of Housewives
Pada blog kali ini, saya akan membahas perempuan dan keluarga namun dari perspektif saya sendiri saja ya. Karena, saya terinsipirasi dari situasi sesi tanya jawab di kelas ketika dua mahasiswa yang memiliki pendapat yang berbeda akan boleh atau tidaknya istri bekerja setelah menikah nanti.
Menurut saya, dalam hidup ini perempuan di dalam keluarga itu ada 5 tipe. Tipe yang pertama itu saya sebut saja si ‘Toke So’ (dalam bahasa Hokkian diartikan sebagai istri bos) jadi perempuan ini tinggal hidup enak saja, gak perlu mengurus rumah tangga, masak, berkebun, dll.. Semua ada yang bantu, ada juru masak, ada tukang kebun. Pokoknya perempuan ini cuma ada ‘tugas’ untuk mengurusi anak, menghabiskan waktu untuk merawat diri, mengurus suami. Uang belanja mengalir dengan lancar di rekening. Dan enaknya lagi, dia gak usah takut kalo suami nya ‘macem2’…udah ada harta terpisah *nikmat banget hidup ini*
Tipe kedua yaitu saya sebut sebagai banting tulang, si ‘tulang punggung keluarga’. Perempuan yang bekerja penuh waktu, sedikit sekali waktu bersama keluarga bahkan untuk dirinya sendiri…dikarenakan kondisi suami yang mungkin tidak lagi memungkinkan untuk mencari nafkah. Kondisi ini 180 derajat dari si tipe ‘Toke So’. Tipe ketiga yaitu si ‘Partner’ , seorang perempuan yang bekerja namun “masih” memiliki waktu luang untuk keluarga, bersantai, namun menghasilkan uang yang tidak sedikit sehingga meskipun terkesan tidak terlalu sibuk mencari nafkah, si ‘Partner’ ini bisa membiayai hidup nya bahkan keluarga nya juga.
Tipe keempat, si ‘Penjaga Rumah’. Perempuan ini tidak mencari nafkah, namun juga tidak perlu mengurus rumah tangga. Gak jelas apa kesibukan nya, tapi yang pasti dia selalu ada di rumah (mungkin dilarang suami ‘berkeliaran’ biar jadi tenang aja jaga kondisi rumah). Dan, tipe yang terakhir adalah si ‘pengacara’ (pengganguran banyak acara). Perempuan ini tidak bekerja, juga tidak perlu sibuk mengurus rumah tangga. Namun, perempuan ini mempunyai kesibukan yang unik, yaitu seperti rajin berkunjung ke rumah mertua, ke rumah jompo, ke rumah orang tuanya sendiri, dan juga sebagai aktivis di bidang kerohanian. Meskipun tidak bekerja, ia tetap mendapat ‘uang jajan’ yang cukup meski tidak berlebihan dari sang suami.
Dari lima tipe perempuan dalam keluarga menurut versi saya, masing-masing memiliki peranan dan tugas masing-masing yang intinya hanya satu : untuk keluarga. Jadi, meskipun ditakdirkan berbeda-beda namun kodrat perempuan tetap sama ya, menjadi seorang istri dan ibu yang baik hati, bijak, dan ‘menghidupi’ keluarga agar selalu tercipta suasana kekeluargaan. Di dalam kata keluarga saja ada kata ‘keluar’, jadi setiap pribadi harus keluar dari zona nyaman masing-masing, keluar dari zona itu dan bergabunglah dengan keluarga (dalam arti lain : jangan egois, ingat keluarga bukan ingat diri sendiri lagi) :D
8 Sepember 2014
Tidak ada komentar:
Posting Komentar