Pada Blog ini sebenarnya menyangkut dengan blog yang saya tulis sebelumnya mengenai orientasi seksual.. Sebenarnya mengapa sih seseorang itu dapat menjadi individu yang dikatakan homo atau biseks? banyak faktor yang dapat menyebabkan hal tersebut, seperti misalnya faktor biologis, faktor perkembangan, dan faktor lingkungan. Untuk itu amka saya akan menjelaskan sedikit mengenai faktor-faktor tersebut agar para pembaca dapat mengetahuinya.
Yang pertama adalah faktor biologi. Seperti yang kita ketahui, bahwa faktor biologi termasuk didalamnya adalah gen, hormon, kelainan saat lahir dan kondisi kejiwaan (psychology). Salah satu peneliti mengatakan bahwa semakin seseorang dekat dengan saudara kandung satu genetik, semakin besar kemungkinan untuk berbagi orientasi seksual. Contohnya seperti seorang adik laki-laki yang sangat dekat dengan kakak perempuannya, sehingga selalu bermain bersama dan membicarakan hal-hal berbau wanita dan memiliki barang-barang wanita, maka adik laki-laki tersebut cenderung untuk memiliki orientasi seksual seperti kakak perempuannya. sedangkan jika berdasarkan dari hormon, berkaitan saat seseorang masih berada dalam kandungan ibu nya. Stress saat ibu mengandung si anak dan hormon-hormon pada ibu dapat mempengaruhi orientasi seksual si anak nantinya.
Yang kedua adalah faktor perkembangan. Ada beberapa pendapat dari para tokoh mengenai faktor perkembangan yang dapat mempengaruhi orientasi seksual seseorang. Freud mengatakan bahwa kelainan orientasi seksual pada seseorang itu disebabkan karena fase oedipus complex yang tidak terselesaikan semasa anak kecil. sedangkan menurut Rado, orientasi seksual merupakan faktor bawaan. Sedangkan menurut Bieber, orientasi seksual berkaitan dengan peran gender dan interaksi antara teman sebaya, dimana orang yang memiliki perilaku berbeda dari gendernya memiliki kemungkinan untuk menjadi guy atau lesbie.
Sedangkan yang ketiga adalah faktor lingkungan. untuk penjelasan faktor ketiga ini saya akan ambil contoh dari pengalaman saya sendiri. Beberapa tahun yang lalu saya memiliki seorang teman wanita. lalu teman wanita saya ini juga memiliki teman wanita yang dikatakan tomboy dan berdandan seperti pria. Kata orang-orang teman wanita yang tomboy itu lesbie. saya menanyakan pada teman wanita saya, dan alhasil dibenarkan bahwa si tomboy itu lesbie. Tak lama kemudian setelah saya berbeda sekolah dengan teman wanita saya dan baru bertemu kurang lebih 2 tahun kemudian, saya dikejutkan bahwa ternyata sekarang dia menjadi seorang yang lesbie juga. Saat saya bertanya mengapa hal tersebut sampai terjadi, ia hanya menjawab dengan santai "gimana lagi? gue sering banget maen sama dia. jadinya kebawa deh ikutan lesbie".
Dari cerita teman saya tersebut, saya dapat menyimpulkan bahwa faktor yang paling besar kemungkinananya untuk memiliki orientasi seksual yang salah adalah faktor lingkungan. Sama seperti halnya orang yang latah. Awalnya mungkin saja dia tidak latah, namun karena pekerjaannya di lingkungan salon yang penuh dengan orang-orang latah, maka akhirnya jadi ikutan juga.
Sebenarnya mau kemana orientasi seksual kita itu tergantung pada diri kita sendiri. Jika iman kita kuat, mungkin saja tidak akan terjadi kelainan orientasi seksual walaupun berada di lingkungan yang memiliki kelainan orientasi seksual.
Para pembaca, sekian sedikit pengetahuan yang dapat saya bagi kepada anda sekalian. Terima kasih :)
Yang pertama adalah faktor biologi. Seperti yang kita ketahui, bahwa faktor biologi termasuk didalamnya adalah gen, hormon, kelainan saat lahir dan kondisi kejiwaan (psychology). Salah satu peneliti mengatakan bahwa semakin seseorang dekat dengan saudara kandung satu genetik, semakin besar kemungkinan untuk berbagi orientasi seksual. Contohnya seperti seorang adik laki-laki yang sangat dekat dengan kakak perempuannya, sehingga selalu bermain bersama dan membicarakan hal-hal berbau wanita dan memiliki barang-barang wanita, maka adik laki-laki tersebut cenderung untuk memiliki orientasi seksual seperti kakak perempuannya. sedangkan jika berdasarkan dari hormon, berkaitan saat seseorang masih berada dalam kandungan ibu nya. Stress saat ibu mengandung si anak dan hormon-hormon pada ibu dapat mempengaruhi orientasi seksual si anak nantinya.
Yang kedua adalah faktor perkembangan. Ada beberapa pendapat dari para tokoh mengenai faktor perkembangan yang dapat mempengaruhi orientasi seksual seseorang. Freud mengatakan bahwa kelainan orientasi seksual pada seseorang itu disebabkan karena fase oedipus complex yang tidak terselesaikan semasa anak kecil. sedangkan menurut Rado, orientasi seksual merupakan faktor bawaan. Sedangkan menurut Bieber, orientasi seksual berkaitan dengan peran gender dan interaksi antara teman sebaya, dimana orang yang memiliki perilaku berbeda dari gendernya memiliki kemungkinan untuk menjadi guy atau lesbie.
Sedangkan yang ketiga adalah faktor lingkungan. untuk penjelasan faktor ketiga ini saya akan ambil contoh dari pengalaman saya sendiri. Beberapa tahun yang lalu saya memiliki seorang teman wanita. lalu teman wanita saya ini juga memiliki teman wanita yang dikatakan tomboy dan berdandan seperti pria. Kata orang-orang teman wanita yang tomboy itu lesbie. saya menanyakan pada teman wanita saya, dan alhasil dibenarkan bahwa si tomboy itu lesbie. Tak lama kemudian setelah saya berbeda sekolah dengan teman wanita saya dan baru bertemu kurang lebih 2 tahun kemudian, saya dikejutkan bahwa ternyata sekarang dia menjadi seorang yang lesbie juga. Saat saya bertanya mengapa hal tersebut sampai terjadi, ia hanya menjawab dengan santai "gimana lagi? gue sering banget maen sama dia. jadinya kebawa deh ikutan lesbie".
Dari cerita teman saya tersebut, saya dapat menyimpulkan bahwa faktor yang paling besar kemungkinananya untuk memiliki orientasi seksual yang salah adalah faktor lingkungan. Sama seperti halnya orang yang latah. Awalnya mungkin saja dia tidak latah, namun karena pekerjaannya di lingkungan salon yang penuh dengan orang-orang latah, maka akhirnya jadi ikutan juga.
Sebenarnya mau kemana orientasi seksual kita itu tergantung pada diri kita sendiri. Jika iman kita kuat, mungkin saja tidak akan terjadi kelainan orientasi seksual walaupun berada di lingkungan yang memiliki kelainan orientasi seksual.
Para pembaca, sekian sedikit pengetahuan yang dapat saya bagi kepada anda sekalian. Terima kasih :)
10 September 2014
Tidak ada komentar:
Posting Komentar