Selasa, 02 September 2014

Love? What is love? (Abi Dinda Permata Sari)






Pada hari Kamis di kelas Perilaku seksual bersama ibu Henny yang merupakan dosen pengampu mata kuliah ini dibuka dengan topik hangat. Di kelas siang yang biasanya sering diiringi rasa kantuk itu menjadi seketika excited karena topik yang dibicarakan adalah hal yang selalu menjadi problema anak muda :p

Pertanyaan yang pertama kali keluar dari ibu Henny adalah "Cinta.. Kenapa seseorang suka sama satu orang dan tidak pada yang lain? Kenapa di dunia akan ada satu orang saja yang kalian cintai seumur hidup kalian? Kenapa tidak pada banyak orang?". Pertanyaan ini sontak membuat saya berpikir sejenak "Iya ya, kenapa ada yang pacaran, meskipun kadang semua orang yang lihat bilang mereka pasti ngga cocok tapi bisa awet sampe nikah ya". Pertanyaan refleksi yang diberikan membuat saya berkaca kepada diri sendiri, bagaimana saya bisa menyukai satu orang meski banyak laki-laki lain sebenarnya yang berada di sekitar kehidupan sehari-hari dan saya tidak merasa tertarik. Inilah poin terpenting dari setiap pertanyaan refleksi tadi.

The mystery of love is part of its attraction

Terkadang kita tidak pernah mengerti kenapa dan bagaimana. Tapi semua berjalan begitu saja, seperti kata pepatah Jawa yang mengatakan "Witting tresno jalaran seko kulino". Awalnya ketika melihat lawan jenis kita akan tertarik dari fisiknya. "Waah, cakep ya..". Setelah berteman dan dekat mulai ada kata "Wah, dia baik ya", hal seperti ini akan terus berkembang ketika seseorang menjalin hubungan. Ketika berlanjut ini akan terbentuk compasionate love, dimana cinta sudah mulai ditambahi oleh bumbu-bumbu komitmen. Dalam hal ini orang menjalani cinta tidak hanya ketertarikan fisik, seseorang mulai menerima kekurangan pasangannya, dan saling menjaga satu sama lain. 

Semakin jauh seseorang menjalani hubungan cinta, ia akan menjadi makin mencintai pasangannya, hal ini disebabkan oleh adanya penguatan yang diberikan pada kedua pihaknya yang membuat keduanya merasa bahagiam hal ini merupakan sebuah konsep behaviorisme yaitu Positive Reinforcement. Ketika reinforcement terus diberikan, orang akan cenderung bertahan pada perilaku yang ia lakukan. 

Ketika kita sedang merasakan cinta, semua aspek dalam tubuh kita mendukung kita untuk terus merasakan cinta tersebut. Dari segi biologis, hormon dan neurotransmitter dalam diri kita bekerja dan mendorong kita untuk terus merasakan cinta itu. Dari segi kognitif, seseorang akan semakin mencintai pasangannya ketika ia berpikir ia mencintai seseorang, proses kognitifnya akan membuat ia semakin merasakan cinta. Hal tersebut sangatlah wajar, karena menurut teori Evolusi pun, seseorang memiliki keinginan untuk dilindungi. Menurut Theory of need dari Abraham Maslow pun, setiap individu memiliki kebutuhan untuk merasa dicintai dan dimiliki yang harus terpenuhi. 

Dalam menjalani proses cinta ini, tentu dibutuhkan kemampuan komunikasi yang baik dari masing-masing pihak yang menjalaninya. Masalah pasti tidak dapat dihindari, namun yang terpenting adalah bagaimana seseorang menanggapinya. Munculnya kecemburuan pada diri seseorang menunjukan adanya insecurity pada orang tersebut. Untuk itu perlu diperhatikan bahwa seseorang harus menjalin intimacy yang baik ketika menjalani hubungan. Intimacy begin with understanding our self and liking our self. Ketika seseroang mampu menghargai dirinya sendiri, ia akan mampu mencintai orang lain dengan lebih baik. 

We go through life trying to come to terms with loving, trying to figure out or why we fall in love with all the wrong people.
27 Agustus 2014

Tidak ada komentar:

Posting Komentar