Selasa, 02 September 2014

Love and Intimacy (Darmia Khuang)


Semua orang pasti mengenal arti cinta, dan sebagian besar dari manusia merasakannya, baik unconditional love atau cinta terhadap pasangan dan teman. Manusia tidak dapat lepas dari perasaan ini. Jika ditanya ke masyarakat, semua memiliki definisi yang berbeda-beda dan semua jawaban tidak salah. Cinta adalah sesuatu yang subjektif. Sebenarnya apa sih itu cinta?

Sebelumnya, cinta dibagi menjadi 3 bagian, yaitu romantic love, passionate love, dancompanionate love.

Romantic love adalah rasa yang diiringi dengan perasaan cemas, ketertarikan pada fisik lawan jenis, dan hasrat seksual. Love is blind. Semua kekurangan dari pasangan tidak dihiraukan oleh orang yang sedang jatuh cinta. Biasa hanya menyukai fisik dari pasangan, dan bergairah.

Passionate love muncul di awal kesenangan akan keterikatan terhadap pasangan. Cinta ini melibatkan rasa afeksi, intimasi, dan keterkaitan satu sama lain.

Dan jika cinta berlanjut, maka romantic love berkembang menjadi companionate love. Biasanya cinta ini menjadi fondasi pasangan untuk menikah.

Namun di samping itu semua, dalam sebuah hubungan, yang paling penting adalahpassion, intimacy, dan commitment. 3 komponen ini harus saling melengkapi satu sama lain. Hal inilah yang membuat pasangan dapat berlanjut sampai ke tahap selanjutnya, yaitu menikah dan membangun keluarga sendiri. Jika salah satu dari 3 komponen ini tidak terpenuhi, maka hubungan tidak akan berjalan dengan mulus. Tidak perduli apakah hubungan jarak dekat atau hubungan jarak jauh (LDR). Bayangkan jika dalam hubungan jarak jauh, salah satu tidak commit kepada pasangannya, maka akan terjadi perselingkuhan. Atau tidak ada passion, hubungan akan datar-datar saja, tidak ada sesuatu yang spesial. Tidak adanya intimacy, tidak ada skinship, terkadang hanya dikira teman, bukan pasangan.

Selain itu, banyak juga yang bilang cemburu dalam berpacaran adalah hal yang wajar, adalah pembuktian bahwa pasangan benar-benar mencintai satu sama lain. Sebenarnya hal tersebut adalah omong kosong belaka. Jealousy dan possessivenessmuncul karena seseorang merasa insecure terhadap diri sendiri, takut kalah saing dengan yang lain. What’s mine is mine, I don’t share. Tidak benar berpikir dan merasa seperti itu. Pemikiran dan perilaku demikian menunjukkan bahwa seseorang memilikilow self esteem dan membatasi ruang gerak pasangannya.

Dalam sebuah hubungan yang sehat harus mampu membangun satu sama lain, harus saling mempercayai. Rasa percaya yang dititipkan oleh pasangannya harus dapat dijaga dengan baik, jangan sampai rasa percaya itu dinodai. Jika salah satu broke that trust, itu adalah sebuah pilihan. Resiko yang paling parah adalah putus.

Satu hal lagi yang paling sering dibahas adalah sex before marriage. Omong kosong jika pria ingin cintanya dibuktikan dengan seks. Banyak cara yang dapat membuktikan cinta, dan salah satunya bukan dari seks. Jika pria benar-benar mencintai pasangannya, maka ia akan menjaga, merawat, dan menghargai pasangannya serta tidak memaksakan kehendaknya untuk melakukan hubungan seksual sebelum menikah. Dan untuk para wanita, DON’T BE AFRAID TO SAY NO! You’ll regret it afterward, that's for sure. So, treasure it to your “special one” after you’re married.

28 Agustus 2014

Tidak ada komentar:

Posting Komentar