Minggu lalu kelas perilaku seksual membahas tentang beragam jenis ekspresi seksual yang tidak umum yang terjadi di masyarakat luas. Ekspresi seksual ini dikenal dengan istilah paraphilia. Paraphilia sendiri memiliki beragam jenis. Salah satunya adalah pedofilia. Pedophilia adalah interaksi seksual yang dilakukan dengan anak dibawah umur. Orang yang melakukan hal tersebut disebut sebagai pedofil. Kasus pedofilia pertama yang saya ketahui dan masih saya ingat betul sampai sekarang adalah kasus tentang Syekh Puji yang ingin menikahi seorang gadis yang berusia 11 tahun.
Akhir-akhir ini, Indonesia kembali dimarakkan dengan kasus pedofilia. Salah satu kasus pedofilia yang terjadi adalah kasus pelecehan yang dilakukan oleh seorang janitor terhadap anak TK di sebuah sekolah internasional di daerah Jakarta. Anak yang menjadi korban pelecehan itu awalnya tidak menceritakan kejadian tersebut kepada ibunya. Bagaimana ibunya bisa sampai tahu adalah karena ibunya melihat dan mendengar anak tersebut bermimpi buruk dan berteriak-teriak dalam tidurnya, serta ada bekas luka di bagian bawah perut sebelah kanan sang anak.
Ketika membaca-baca berita tentang kasus ini, perasaan saya bercampur aduk. Di satu sisi, saya merasa marah atas kelalaian dan ketidakawasan pihak sekolah dalam memilih karyawan yang bekerja disana. Namun, saya merasa terharu atas kepekaan dan kepedulian dari ibu sang anak bahwa ada hal yang salah yang sedang terjadi pada diri sang anak. Saya juga merasa ingin berterimakasih atas inisiatif ibu ini yang langsung melaporkan masalah tersebut kepada pihak yang berwajib dan bukan menutup-nutupi masalah ini. Karena inisiatif dari ibu ini, masyarakat luas jadi mengetahui dan dapat menjadi lebih aware bahwa ada kasus pedofila yang sedang terjadi dan kasus serupa dapat saja menimpa anak-anak mereka.
Di sisi lain, saya juga merasa sedih ketika ketika mengetahui bahwa anak yang menjadi korban pelecehan ini sebagian anusnya telah membusuk dan anak tersebut terkena herpes. Semakin sedih ketika membaca bahwa anak tersebut menolak untuk menggunakan celana, jadi jika dirumah ia hanya berpakaian pada tubuh bagian atas dan baru akan memakai celana jika sudah dirayu-rayu oleh ibunya. Alasan anak tersebut menolak menggunakan celana adalah karena jika ia memakai celana, ia jadi ingin pipis.
Seperti kata pepatah, lebih baik mencegah daripada mengobati. Oleh karena itu, sangat penting bagi orang tua untuk mengajarkan sex education terhadap anak sedari dini. Sex disini tentu saja bukan tentang bagaimana cara melakukan hubungan seksual, melainkan mengajarkan pada anak tentang daerah organ-organ kelaminnya. Sangat penting untuk mengajarkan pada anak bahwa bagian dada, bagian bawah bawah perut (bagian alat kelamin dan bokong), bagian paha atas adalah daerah yang privat. Daerah yang tidak boleh disentuh atau dilihat oleh sembarang orang. Jika ada yang memaksa untuk menyentuh atau melihat, anak tersebut harus segera berteriak atau melaporkan kepada orangtua atas tindak pemaksaan tersebut.
11 Mei 2014
Tidak ada komentar:
Posting Komentar