Selasa, 11 November 2014

Gangguan Berbicara dalam Bahasa (Andrew Timotius 705140129)



Pengertian Bahasa
     Pengertian bahasa menurut Gorys Keraf (1997). Bahasa adalah alat komunikasi antara anggota masyarakat berupa simbol bunyi yang dihasilkan oleh alat ucap manusia.
     Pengertian bahasa menurut kamus KBBI. Sistem lambang bunyi yang arbirter, yang digunakan oleh anggota suatu masyarakat untuk bekerjasama, berinteraksi, dan mengindentifikasikan diri

Pengertian Berbicara
    Pengertian berbicara menurut Tarigan (1990). berbicara adalah kemampuan mengucapkan bunyi-bunyi artikulasi atau kata-kata untuk, (a) mengekspresikan, (b) menyatakan, (c) serta menyampaikan pikiran, (d) gagasan, dan (e) perasaan.
     Pengertian berbicara menurut KBBI. Suatu kegiatan berkata, bercakap-cakap, berbahasa, atau mengungkapkan suatu pendapat secara lisan.

Gangguan Berbicara
    Gangguan berbicara. Merupakan aktivitas motorik yang mengandung modalitas psikis. Oleh karena itu, gangguan berbicara ini dapat dikelompokkan ke dalam dua kategori, yaitu; (a) gangguan mekanisme berbicara yang berimplikasi pada gangguan organik; dan (b) gangguan berbicara psikogenik.

Gangguan Mekanisme Berbicara
     Mekanisme berbicara. Suatu proses produksi ucapan (perkataan) oleh kegiatan terpadu dari pita suara, lidah, otot-otot yang membentuk rongga mulut serta kerongkongan, dan paru-paru. Maka gangguan berbicara dapat dirinci menjadi gangguan berbicara akibat pada kelainan, (a) paru-paru (pulmonal), (b) pita suara (laringal), (c) lidah (lingual), dan kerongkongan (resonantal).
    Gangguan akibat faktor pulmonal. Gangguan berbicara ini dialami oleh penderita penyakit paru-paru. Pada penderita ini kekuatan mereka untuk bernapas sangat kurang, sehingga cara berbicaranya mononton, suara yg kecil, dan terputus-putus.
    Gangguan akibat faktor laringal. Gangguan pada pita suara menyebabkan suara yang dihasilkan menjadi serak atau hilang sama sekali. Gangguan berbicara akibat faktor laringal ini ditandai oleh suara serak atau hilang. Tetapi dari segi semantik dan sintaksis ucapannya bisa diterima. 
    Gangguan akibat faktor lingual. Gangguan ini dikarenakan lidah yang sariawan atau terluka akan terasa pedih kalau digerakan. Untuk mencegah rasa pedih maka aktivitas lidah dikurangi. Maka dari ini berbicara akan terganggu dan tidak sempurna.
   Gangguan akibat faktor resonasi. Ini menyebabkan suara yang dihasilkan menjadi bersengau, karena rongga mulut dan rongga hidung yang digunakan berkomunikasi melalui defek di langit-langit keras (palatum), sehingga resonasi yang seharusnya menjadi terganggu. Hal ini terjadi juga pada orang yang mengalami kelumpuhan pada langit-langit lunak (velum).


Gangguan Akibat Multifaktorial
   Akibat gangguan multifaktorial. atau berbagai faktor bisa menyebabkan terjadinya berbagai gangguan berbicara. Antara lain adalah, (a) berbicara serampongan, (b) berbicara propulsif, dan (c) berbicara mutis (mutisme).
    Berbicara serampongan. Atau sembrono adalah berbicara dengan cepat sekali, dengan artikulasi yang rusak, ditambah dengan “menelan” sejumlah suku kata, sehingga apa yang diucapkan sukar dipahami.
   Berbicara propulsif. Gangguan berbicara propulsif jika sudah bergerak maka ia dapat terus-menerus tanpa henti. Artikulasi sangat terganggu karena elastisitas otot lidah, suaranya kecil, dan iramanya datar. Hal ini membuat suara tersendat-sendat terus menerus. Oleh karena itu, cara berbicara seperti ini disebut propulsif.
     Berbicara mutis (Mutisme). ini tidak berbicara sama sekali. Sebagian dari mereka mungkin masih dapat dianggap membisu, yakni memang sengaja tidak mau berbicara. Gangguan ini bukan berarti bisu atau tidak berbicara sama sekali. Dunia ilmiah sebenarnya belum dapat menjelaskan dengan tepat apa mutisme itu.

Gangguan Psikogenik
   Gangguan berbicara psikogenik. Ini sebenarnya tidak bisa disebut sebaga suatu gangguan berbicara. Mungkin lebih tepat disebut sebagai variasi cara berbicara yang normal, tetapi yang merupakan ungkapan dari gangguan dibidang mental. Gangguan berbicara psikogenik ini diantara lain, (a) berbicara manja, (b) berbicara kemayu, (c) berbicara gagap, dan (berbicara latah).       
     Berbicara manja. Disebut berbicara manja karena ada kesan anak yang melakukannya meminta perhatian untuk dimanja. Umpamanya kanak-kanak yang baru terjatuh, terluka, atau mendapat kecelakaan, terdengar adanya perubahan dalam berbicara, seperti; “saya sakit” menjadi “caya cakit”. Dengan berbicara seperti itu dia mengungkapkan keinginannya untuk di manja.
   Berbicara “kemayu”. Berbicara kemayu dicirikan oleh gerak bibir dan lidah yang menarik perhatian dan lafal yang dilakukan secara ekstra menonjol atau ekstra lemah gemulai dan ekstra memanjang, tetapi ini bukan gangguan ekspresi bahasa, tetapi sindrom fenologik yang mengungkapkan gangguan identitas kelamin terutama jika yang dilanda adalah kaum pria.
     Berbicara gagap. berbicara yang kacau karena sering tersendat-sendat, mendadak berhenti, lalu mengulang-ulang suka kata pertama, kata-kata berikutnya, dan setelah berhasil mengucapkan kata-kata itu kalimat dapat diselesaikan. Acapkali si pembicara tidak berhasil mengucapkan suku kata awal, hanya dengan susah payah berasil mengucapkan konsonan atau vokal awalnya saja.
    Berbicara latah. Salah satu kelainan berbahasa yang diakibatkan gangguan psikogenik adalah latah. Latah pada umumnya dialami orang dewasa maupun remaja dan cenderung lebih banyak dialami perempuan, namun hal ini tidak menutup. Kemungkinan terjadi juga pada laki-laki. Gangguan berbicara latah yang terjadi pada orang dewasa berupa ucapan atau perbuatan yang terungkap secara tidak terkendali setelah terjadinya reaksi pada saat terkejut karena terganggunya mental (kejiwaan) seseorang.


Kesimpulan
  Yang mempengaruhi adanya gangguan berbicara, yaitu, karena adanya faktor-faktor, (a) mekanisme, (b) multifaktoral, dan (c) psikogenik, faktor itu dapat menjadi gangguan berbicara pada orang. Saran saya orang yang mendapatkan gangguan berbicara sebaiknya tidak dijauhkan atau dilecehkan, tetapi dibantu agar seseorang tersebut dapat berbicara dengan baik dan benar.

 
                                               DAFTAR PUSTAKA
Chaer, A. (2009). Psikolinguistik: Kajian teoritik. Jakarta: PT. RINEKA CIPTA

Gangguan berbicara psikogenik. (2011). Diunduh dari:http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/24440/5/Chapter%20I.pdf 


 Kamu Besar Bahasa Indonesia. (2014, 6 November). Di unduh dari: http://kbbi.web.id/ 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar