Rabu, 12 November 2014

Bullying di Lingkungan Sekolah (Hendra Hosen 705140045)


Pengertian Bullying
            Bullying menurut kamus Webster’s New World College Dictionary. Bully,menurut kamus Webster’s New World College Dictionary (1996), yaitu a person who hurts, frightens, or tyrannizes over those who are smaller or weaker (h. 184).

            Bullying menurut ahli di KPA. “Bullying adalah kekerasan fisik dan psikologis berjangka panjang yang dilakukan seseorang atau kelompok terhadap seseorang yang tidak mampu mempertahankan diri dalam situasi dimana ada hasrat untuk melukai atau menakuti orang atau membuat orang tertekan, trauma/depresi dan tidak berdaya” (KPAI, dikutip dalam Ardi, 2009).

            Bullying menurut psikologi. Olweus, dikutip dalam (Pohan, 2011) mengatakan “Bullying is a specific form of aggressive behavior and can be described as a situation when a student is exposed repeatedly and over time, to negative actions on the part of one or more students” (h. 7).

Bullying menurut psikologi pendidikanJuvonen, Nishina, & Graham, 2000; Pellegrini & Bartini, 2000; San Antonio & Salzfass, 2007; yang dikutip dalam Slavin (2012) mengatakan bahwa bullying adalah “Taunting, harassment, and aggression toward weaker or friendless peers occur at all age levels, but can become particularly serious as children enter early adolescence” (h. 71).



Penyebab Bullying
            Dari pihak pelaku. Colorosa yang dikutip dalam Ubaydiillah (2008) mengatakan,
Ada 8 ciri anak yang dapat menjadi pelaku, antara lain (a) suka mendominasi anak lain, (b) suka memanfaatkan anak, (c) sulit melihat situasi dari titik pandang anak lain, (d) hanya peduli pada keinginan dan kesenangannya sendiri, (e) cenderung melukai anak lain di sekitar mereka, (f) memandang saudara-saudara atau rekan-rekan yang lebih lemah sebagai sasaran, (g) tidak bertanggung jawab atas tindakannya, (h) bersikap masa bodoh terhadap akibat dari perbuatannya, dan (i) haus perhatian.

            Dari pihak korban. Colorosa yang dikutip dalam Ubaydillah (2008) mengatakan,
Ada 19 ciri anak yang dapat menjadi korban, antara lain (a) anak baru di lingkungan itu, (b) anak paling kecil di sekolah, (c) anak yang pernah mengalami trauma sehingga sering menghindar karena rasa takut, (d) anak yang cemas, kurang percaya diri, atau anak yang melakukan sesuatu karena takut dibenci atau ingin menyenangkan, (e) anak yang dianggap mengganggu orang lain, (f) anak yang suka mengalah, (g) anak yang pemalu, menyembunyikan perasaannya, pendiam atau tidak mau menarik perhatian orang lain, (h) anak yang paling miskin atau paling kaya, (i) anak yang ras atau etnisnya dipandang rendah, (j) anak yang orientasi gender atau seksualnya dipandang rendah, (k) anak yang agamanya dipandang rendah, (l) anak yang cerdas, berbakat, memiliki kelebihan atau beda dari yang lain, (m) anak yang tidak memedulikan status sosial, dan tidak berkompromi dengan norma-norma, (n) anak yang siap mendemontrasikan emosinya setiap waktu, (o) anak yang gemuk atau kurus, pendek atau jangkung, (p) anak yang berkawat gigi atau berkacamata, (q) anak yang berjerawat , (r) anak yang memiliki kecacatan fisik atau keterbelakangan mental, dan (s) anak yang bernasib buruk.

Dampak Bullying
            Terhadap pelaku. Coloroso (2006:72) yang dikutip dalam Ardi (2012) mengungkapkan,
Siswa akan terperangkap dalam peran pelaku bullying, tidak dapat mengembangkan hubungan yang sehat, kurang mampu memandang dari perspektif lain, tidak memiliki empati, serta menganggap bahwa dirinya kuat dan disukai sehingga dapat mempengaruhi pola hubungan sosialnya di masa yang akan datang. Dengan melakukan bullying, pelaku akan beranggapan bahwa mereka memiliki kekuasaan terhadap keadaan. Jika dibiarkan terus-menerus tanpa intervensi, perilaku bullying ini dapat menyebabkan terbentuknya perilaku lain berupa kekerasan terhadap anak dan perilaku kriminal lainnya.



            Terhadap korban. Penelitian Banks (1993, dalam Northwest Regional Educational Laboratory, 2001; dan dalam Anesty, 2009) yang dikutip dalam Ardi (2012) menungkapkan,
Perilaku bullying berkontribusi terhadap rendahnya tingkat kehadiran siswa di sekolahnya, rendahnya prestasi akademik siswa, rendahnya percaya diri, tingginya depresi, tingginya tingkat kenakalan remaja, penurunan skor tes kecerdasan (IQ) dan kemampuan analisis siswa. Bila bullying berlanjut dalam jangka waktu yang lama, dapat mempengaruhi self-esteem siswa, memunculkan perilaku menarik diri, menjadikan remaja rentan terhadap stress dan depresi, serta rasa tidak aman. Dalam kasus yang lebih ekstrim, bullyingdapat mengakibatkan remaja berbuat nekat, bahkan bisa membunuh atau bunuh diri.

Cara Mengatasi Bullying di Sekolah
            Mengatasi kebiasaan pelaku. Emmer & Everston, 2009; Levin & Nolan, 2010; Murawski, Lockwood, Khalili, & Johnston, 2010; Olweus & Limber 1999; yang dikutip dalam Slavin (2012, h. 346) mengatakan,
Ada beberapa cara untuk mengatasi bullying, yaitu (a) mengembangkan dan mempublikasikan kebijakan anti-bullying di sekolah, (b) memberikan punyuluhan dan pendidikan tentang bullying dan efek negatif nya kepada siswa, (c) memberikan pelatihan tentang keterampilan sosial dan mengenali siswa yang terlibat dalam aktivitas prososial, (d) memonitor lokasi dan kegiatan dimana intimidasi atau ancaman sering terjadi, dan (e) memberikan konsekuensi untuk perilaku bullying.

Mengatasi efek trauma pada korban. Winch yang dikutip  dalam Virgianti (2013) mengatakan,
Ada beberapa hal yang dapat membantu korban dalam mengatasi pengalaman dan menahan efek negatifnya, antara lain (a) menghidupkan kembali harga diri mereka dan tidak mengingat kembali masa lalu, (b) menyembuhkan dari rasa sakit emosional yang berat, (c) mengelola lonjakan kemarahan dan agresi yang mereka rasakan, yang dapat diarahkan tidak hanya untuk orang lain tetapi juga untuk diri mereka sendiri, (d) mengembalikan rasa memiliki untuk memperkuat perasaan diterima, dihargai, dan dicintai.


Daftar Pustaka
Ardi, M (2009). Kekerasan pada anak menurut undang-undang perlindungan anak, Islam dalam tinjauan psikologi dan pengaruhnya dalam persiapan generasi muslim. Psikologi perkembangan. Diunduh darihttp://www.psychologymania.net/2010/02/kekerasan-pada-anak-menurut-undang.html
Ardi, M. (2012). Dampak bullying bagi siswa. Perilaku bullying. Diunduh darihttp://www.psychologymania.com/2012/06/dampak-bullying-bagi-siswa.html
Neufeldt, V. & Guralnik, D. B. (Eds.). (1996). Webster’s New World. Webster’s new world college dictionary (3rd ed.). USA: Macmillan.
Pohan, R. N. (2011). Bullying: Who does what, when and where? Involvement of children, teachers and parents in bullying behavior. Jurnal tentang bullying 1(2), h. 7.
Slavin, R. E. (2012). Educational psychology: Theory and practices (10th ed.).  Upper Saddle River, NJ: Pearson Education.
Ubaydillah, A. N. (2008). Bullying. Anak. Diunduh dari http://www.e-psikologi.com/artikel/anak/bullying
Virgianti, K. (2013, Agustus). Bullying pada Masa Kecil Dapat Berdampak Pada Masa Bekerja. Sains. Diunduh dari http://www.satuharapan.com/read-detail/read/bullying-pada-masa-kecil-dapat-berdampak-pada-masa-bekerja

Tidak ada komentar:

Posting Komentar