Selasa, 10 Desember 2013

Love Your Own Body (Kusbandiyah Chandrawati)

Virgin…. Apa yang terlintas di benakmu saat membaca kata tersebut?
Yupz…. Mungkin banyak orang yang mengatakan bahwa yang paling berharga dari seorang perempuan adalah jika ia masih virgin (perawan). Apa lagi di negara-negara yang kental dengan budaya timur, Indonesia misalnya. Di Indonesia, keperawanan seorang perempuan yang belum menikah masih dijunjung tinggi oleh budaya. Jika seorang perempuan sudah tidak lagi perawan dan belum menikah, sering mendapat penilaian negatif dan bahkan mungkin celaan oleh masyarakat sekitar. Jika demikian adanya, berarti keperawanan itu sangat penting dan berharga bukan?

Menurut saya, mungkin keberhargaan seorang perempuan tidak dapat diukur dari keperawanannya saja, namun lebih kepada bagaimana pembawaan dirinya di mata umum. Meski demikian, namun tidak dapat dipungkiri bahwa keperawanan memang sangat berharga. Untuk hal ini saya memang setuju, namun rasanya kurang adil jika ada perempuan yang sudah tidak perawan namun bukan atas kemauannya sendiri, misalnya pemerkosaan. Untuk kasus seperti ini, mungkin harus menjadi pengecualian sepertinya karena keperawanannya direnggut secara paksa.

Jika katanya keperawanan itu penting dan berharga, lantas mengapa ada yang “menjual” keperawanannya tersebut? Menurut saya sih, yang namanya berharga itu tidak dapat diukur dari materi sehingga tidak dapat dibayar dengan uang seberapapun jumlahnya. Apa penilaian saya yang berlebihan? Rasanya tidak juga. Lalu mengapa masih banyak orang yang rela “menjual” tubuhnya hanya demi uang?

Yup…. Yang saya maksud di sini adalah Pekerja Seks Komersil (PSK). Kebanyakkan alasan utama mereka bekerja sebagai PSK adalah karena tuntutan ekonomi. Ya… mungkin biaya untuk hidup memang besar dan tentunya setiap orang pasti ingin hidup berkecukupan. Tapi seharusnya tidak dengan cara seperti itu. Apakah dengan “menjual” diri maka semua masalah akan beres? Rasanya tidak juga. Mungkin mereka berpikir bahwa tubuh mereka adalah benda sehingga dapat “diuangkan” begitu saja (istilahnya dijual kemudian laku dan banyak peminatnya).

Apalagi yang katanya masih perawan, saat “dijual” akan mahal harganya. Menurut saya, semahal-mahalnya harga yang ditawarkan tentunya tidak sepadan dengan hal tersebut. Bagaimana mungkin mereka dapat menjual “aset” mereka yang paling berharga untuk seseorang yang tidak mereka kenal sebelumnya dan tentunya yang tidak akan bertanggung jawab atas segala resiko di kemudian hari. Yah… Terserah sih… itu kembali lagi kepada dirinya sendiri bagaimana ia menghargai apa yang ada dalam dirinya. Bagaimanapun itu adalah pilihannya sendiri karena setiap orang pada dasarnya memang memiliki haknya masing-masing untuk menentukan mau dibawa kemana arah hidupnya. Tapi ingatlah pekerjaan seperti itu sangat… sangat… sangat… beresiko. Banyak hal yang akan menjadi dampak negatif dari pekerjaannya tersebut, yang paling buruk tentunya adalah tertular penyakit seksual. Saat hal ini terjadi, segala penyesalan akan sia-sia pada akhirnya.

Jadi bagaimana cara menghilangkan para PSK itu dari muka bumi? Hmm… Berlebihan mungkin, akan tetapi yang pasti hal ini akan sangat sulit sekali, karena diberi pencerahan seperti apapun tentu tidak akan ada gunanya, mereka sudah terlanjur terjerumus dalam dunia itu. Apalagi, dengan iming-iming sejumlah uang, kebanyakkan PSK sudah terlanjur menikmati uang yang dengan mudah mereka peroleh dalam waktu singkat dan dalam jumlah yang cukup besar. Mungkin mereka berpikir jika pekerjaan lain tentu tidak akan semudah itu mendapat uang dalam waktu singkat.

Para PSK itu akan tetap ada selama masih ada yang mau memakai jasanya. Jadi ya mau tidak mau, tidak ada cara lain. Yang bisa dilakukan hanya setidaknya mengurangi terjadinya penularan penyakit seksual yaitu dengan cara memberikan penyuluhan mengenai bagaimana dampak buruk penyakit seksual dan bagaimana berhubungan seksual yang sehat seharusnya.
Intinya, untuk mencegah segala hal yang tidak diinginkan itu tentu harus dimulai dari diri sendiri. Jika diri sendiri belum sadar dan tidak punya keinginan untuk berubah, mau orang lain bicara hingga mulut berbusa juga tidak ada gunanya. Jadi, sayangi dan hargailah dirimu sendiri, karena jika bukan Anda yang menyayangi dan menghargai diri sendiri, siapa lagi?

8 Desember 2013

Tidak ada komentar:

Posting Komentar