Selasa, 10 Desember 2013

iPhone lebih berharga daripada anakku (Priskila Huwae)

“PASANGAN INI RELA JUAL DUA ANAK MEREKA HANYA UNTUK BELI IPHONE”.
Begitulah judul artikel yang muncul ketika saya sedang mencari-cari kasus perdagangan manusia di internet. Pasangan muda dari China ini tega menjual kedua anak kandung mereka dengan harga masing-masing CNY 30 ribu (USD 4,900) dan CNY 50 ribu (USD 8,200). Ketika diinterogasi oleh pihak kepolisian, sang wanita yang juga ibu dari kedua anak tersebut mengaku bahwa uang dari hasil ‘penjualan’ kedua anak tersebut nantinya akan dibelikan iPhone keluaran terbaru dan sepatu sport terkini.

Miris? Ya, memang. Ketika membaca artikel tersebut saya hanya bisa menggeleng-gelengkan kepala. Sebegitu tidak bernilaikah manusia sekarang hingga disamakan dengan barang yang bisa diperjual belikan? Manusia adalah ciptaan yang paling sempurna. Manusia adalah makhluk yang berakal budi, tidak seperti hewan. Apakah kata-kata tersebut masih berlaku?

Manusia sekarang ini menjadi rakus, menjadi gila harta, menjadi budak uang. Banyak orang menjadi lupa diri karena uang, harta, kekayaan, kekuasaan yang ada di dunia ini. Yah, uang menjadi seperti nafas bagi manusia jaman sekarang, bukan lagi udara yang Tuhan berikan secara cuma-cuma.

Yang haram di halalkan, yang dosa malah dikerjakan, nurani tak lagi ada. Apapun dilakukan yang penting mendapatkan kekayaan. Bahkan menjual sesamanya pun tidak lagi mengusik hati nurani. Tidak peduli membuat orang lain menderita, tidak peduli membuat orang lain hancur masa depannya. Tidak peduli orang asing atau anak sendiri. Tidak peduli uang haram atau halal. Apa saja bisa dikerjakan, asal bisa mendapatkan kehidupan yang ‘layak’.

Jika kita, manusia, sudah seperti ini tidak sama kah kita dengan barang tidak bernyawa? Tidak sama kah kita dengan binatang yang tidak berakal budi? Kalau masih bisa merasakan malu, tidak kah malu pada binatang yang bahkan masih memiliki ‘nurani’?
Terlalu naif mungkin jika berharap semua manusia berubah menjadi baik tanpa ada sedikit pun kejahatan. Namun, mungkin saya bisa mengharapkan ini “Anda, manusia yang sudah baik, yang sudah berjalan di jalan yang benar, teruslah berbuat baik, jangan menyimpang sedikitpun hanya demi harta yang fana”.

Saya teringat dengan kata-kata yang pernah saya dulu,
“People were created to be loved.
Things were created to be used.
The reason the world is in chaos is because things are being loved, and people being used”
“PASANGAN INI RELA JUAL DUA ANAK MEREKA HANYA UNTUK BELI IPHONE”.
Begitulah judul artikel yang muncul ketika saya sedang mencari-cari kasus perdagangan manusia di internet. Pasangan muda dari China ini tega menjual kedua anak kandung mereka dengan harga masing-masing CNY 30 ribu (USD 4,900) dan CNY 50 ribu (USD 8,200). Ketika diinterogasi oleh pihak kepolisian, sang wanita yang juga ibu dari kedua anak tersebut mengaku bahwa uang dari hasil ‘penjualan’ kedua anak tersebut nantinya akan dibelikan iPhone keluaran terbaru dan sepatu sport terkini.

Miris? Ya, memang. Ketika membaca artikel tersebut saya hanya bisa menggeleng-gelengkan kepala. Sebegitu tidak bernilaikah manusia sekarang hingga disamakan dengan barang yang bisa diperjual belikan? Manusia adalah ciptaan yang paling sempurna. Manusia adalah makhluk yang berakal budi, tidak seperti hewan. Apakah kata-kata tersebut masih berlaku?

Manusia sekarang ini menjadi rakus, menjadi gila harta, menjadi budak uang. Banyak orang menjadi lupa diri karena uang, harta, kekayaan, kekuasaan yang ada di dunia ini. Yah, uang menjadi seperti nafas bagi manusia jaman sekarang, bukan lagi udara yang Tuhan berikan secara cuma-cuma.

Yang haram dihalalkan, yang dosa malah dikerjakan, nurani tak lagi ada. Apapun dilakukan yang penting mendapatkan kekayaan. Bahkan menjual sesamanya pun tidak lagi mengusik hati nurani. Tidak peduli membuat orang lain menderita, tidak peduli membuat orang lain hancur masa depannya. Tidak peduli orang asing atau anak sendiri. Tidak peduli uang haram atau halal. Apa saja bisa dikerjakan, asal bisa mendapatkan kehidupan yang ‘layak’.

Jika kita, manusia, sudah seperti ini tidak sama kah kita dengan barang tidak bernyawa? Tidak sama kah kita dengan binatang yang tidak berakal budi? Kalau masih bisa merasakan malu, tidak kah malu pada binatang yang bahkan masih memiliki ‘nurani’?
Terlalu naif mungkin jika berharap semua manusia berubah menjadi baik tanpa ada sedikit pun kejahatan. Namun, mungkin saya bisa mengharapkan ini “Anda, manusia yang sudah baik, yang sudah berjalan di jalan yang benar, teruslah berbuat baik, jangan menyimpang sedikitpun hanya demi harta yang fana”.

Saya teringat dengan kata-kata yang pernah saya dulu,
“People were created to be loved.
Things were created to be used.
The reason the world is in chaos is because things are being loved, and people being used”

4 Desember 2013

Tidak ada komentar:

Posting Komentar