Membaca kata-kata di atas, mengingatkan saya pada seorang teman saya. Suatu ketika teman saya berkata kepada saya, “Nanti kalo aku punya pacar lagi, aku bakal jujur ke pacar aku tentang masa lalu aku. Semoga nanti masih ada laki-laki yang mau terima aku dan ga mempermasalahkan masa lalu aku.”
Teman saya ini seorang perempuan, saat itu ia masih duduk di kelas 3 SMA. Ia mempunyai seorang pacar, yang juga duduk di kelas 3 SMA. Mereka berencana untuk menikah setelah mereka lulus sekolah. Berita mengenai rencana pernikahan mereka pun sudah tersebar, bahkan guru-guru di sekolah pun sudah mengetahui rencana pernikahan mereka. Namun, satu bulan sebelum pernikahan mereka berlangsung, tiba-tiba hubungan mereka berdua putus. Alasan mereka putus yaitu karena hubungan mereka tidak disetujui oleh orang tua dari pihak perempuan. Yaaa, mungkin bagi sebagian orang, putus hubungan menjadi hal biasa dalam hubungan berpacaran. Namun, putusnya hubungan teman saya tersebut menjadi hal yang berat bagi teman saya. Karena ternyata teman saya telah melakukan hubungan seksual dengan pacarnya tersebut ketika mereka berpacaran.
Melakukan hubungan seksual sebelum menikah, atau seks bebas, sudah bukan hal asing lagi bagi kehidupan zaman sekarang. Hal ini terjadi bukan saja pada orang dewasa, namun sering terjadi pada remaja. Dorongan seksual mulai muncul pada remaja, ketika terjadinya perubahan hormon pada tubuh mereka. Jika seorang remaja tidak dapat mengendalikan dorongan seksual ini, maka tanpa berpikir panjang lagi mereka akan langsung melakukan hubungan seksual secara bebas, entah dengan pacar, atau teman mereka. Seks bebas menjadi lebih mungkin terjadi ketika kurang adanya pengawasan dari orang tua terhadap pergaulan anak-anaknya. Dapat juga terjadi ketika kurang ditanamkan didikan moral dan keagamaan pada diri seseorang. Saya kembali teringat kata-kata orang tua saya, “Hati-hati ya nak dalam pergaulan zaman sekarang. Mau pacaran? Boleh aja, asal tahu batas. Berhubungan seksual? Nanti ada waktunya.”
Pendidikan tentang seks, pendidikan moral, dan keagamaan dapat diberikan kepada anak sejak dini. Ada baiknya jika orang tua lebih terbuka dengan anak mengenai seksualitas. Tidak masalah membicarakan seksualitas kepada anak ketika dalam konteks edukatif. Hal ini dapat dilakukan agar gambaran tentang seksualitas pada anak menjadi jelas, untuk mencegah, agar nanti ketika anak-anak mulai beranjak ke usia remaja dan dewasa, tidak terjerumus ke dalam pergaulan bebas.
3 Desember 2013
Tidak ada komentar:
Posting Komentar