Tiga minggu terakhir ini, kelas Teknik Wawancara melakukan simulasi wawancara. Simulasi wawancara ini dilakukan dalam berbagai setting. Pada minggu pertama simulasi dilakukan dalam setting pendidikan, pada minggu kedua dalamsetting PIO, dan pada minggu ketiga simulasi wawancara dilakukan dalam setting klinis. Setiap mahasiswa mendapatkan peran sebagai observer, interviewer, dan sebagai interviewee. Dari ketiga peran yang harus dilakukan saya paling suka peran sebagai interviewee. Mengapa? Karena ketika menjadi interviewee, saya bebas untuk mengarang jawaban. Paling deg-degan adalah ketika berperan sebagai interviewer. Kalau ditanya alasan mengapa deg-degan yasalam saya juga bingung harus jawab apa. Pokoknya deg-degan aja. Pada saat menjadi interviewer, waktupun terasa lambat sekali berlalunya. Apalagi pas minggu pertama, saya terus menerus bertanya dalam hati “ini kapan Ci Tasya bakal ketuk pintunya, perasaan cuma disuruh 10 menit wawancara deh” dan ketika Ci Tasya mengetuk pintu rasanya lega luar biasa.
Menurut saya pribadi, ketiga simulasi wawancara ini seru dan berkesan sekali. Cuma satu hal yang tidak seru dari ketiga simulasi ini, yaitu adanya tugas yang mengikuti. Hehehe. Meskipun hanya simulasi, tetapi bukan berarti simulasi ini tidak serius loh. Bu Henny tetap menuntut totalitas. Setiap mahasiswa diminta untuk berpakaian rapi (kemeja dengan rok atau celana bahan) dan bahan untuk wawancara pun telah dipersiapkan dari jauh-jauh minggu, yaitu dari 4 minggu sebelumnya. Memang ya belajar dengan praktek itu selalu berkesan. Hehehe.
27 Mei 2014
Tidak ada komentar:
Posting Komentar