Minggu ini, di kelas Teknik Wawancara, saya mempelajari keterampilan dasar dalam wawancara. Yang bisa saya simpulkan, terdapat 6 keterampilan dasar yang harus dimiliki oleh pewawancara. Keterampilan dasar tersebut meliputi 1) Kemampuan membina rapport; 2) Empati; 3) Attending Behavior; 4) Teknik bertanya; 5) Keterampilan Observasi; 6) Active Listening.
Nah, saya ingin membahas mengenai poin nomor 4, teknik bertanya. Terdapat beberapa hal yang harus dihindari oleh pewawancara saat sesi wawancara dengan klien :
1. Being intrusive, jika ini tidak dapat dihindari mungkin jadinya akan seperti ini :
Klien : Iya bu, jadi ceritanya begitu.
Psikolog : Ohh gitu yah.. Hmm.. Jadi.. Kamu yang kabur dari rumah ?
Klien : Iya saya yang kabur..
(Hening)
Psikolog : Hmm.. Ya ya ya..
(Hening)
Psikolog : Saya nanya apa lagi yah.. hmm..
Klien : .....................
Percakapan yang membosankan bukan ? Kalau saya jadi klien ya mending cari psikolog
lain saja kali ya..
2. Menginterogasi klien, jika ini tidak dapat dihindari mungkin jadinya akan seperti ini :
Psikolog : Nama ? Umur ?
Klien : Juminten, 24 tahun.
Psikolog : Kenapa kesini ?
Klien : Hmm.. Saya.. Saya...
Psikolog : Ayo jawab.
Klien : Iya bu, hmm... (cemas)
Nah, kalau kaya gini mah lebih mirip di kantor polisi.
3. Mengontrol cerita klien, jika ini tidak dapat dihindari mungkin jadinya akan seperti ini :
Klien : Jadi, kemarin saya sempat merasa putus asa, bu.
Psikolog : Pasti karena putus asa kamu jadi bingung mau ngapain. Yakan ?
Klien : Iya bu, saya bingung harus berbuat apa. Sedangkan mama saya.....
Psikolog : Mama kamu tidak membantu tapi malah ngomel ? Yakan ? Trus papa kamu
bagaimana ? Adik kamu ?
Klien : Hmm.. Tapi bu, saya belum cerita tentang mama saya..
Coba bayangkan jika kita jadi klien saat itu, pasti tidak enak dan tidak nyaman sekali
kan rasanya ?
4. Menggunakan pertanyaan mengapa (why), jika ini tidak dapat dihindari mungkin
jadinya akan seperti ini :
Kasus : Juminten mengalami KDRT, tubuhnya memar, stress, lalu datang ke psikolog.
Psikolog : (Melihat luka di tubuh) Anda kenapa ?
Klien : (Dalam hati Juminten : Udah tau luka, nanya lagi )
Luka dipukuli suami bu.. (air mata berlinang)
Psikolog : Kok bisa ? Kenapa ?
Klien : Dia marah, katanya saya kurang perhatian.. Padahal saya.... Huhuhu
(Menangis tersedu-sedu)
Psikolog : Aduh kamu kenapa ?
Klien : (Dalam hati Juminten : Astaga ibu, saya lagi nangis inihhh !! Wajar kan ?!)
Huhuhuhu......
Nah kan, ngeselin kalau psikolog seperti itu, bukannya menenangkan malah annoying.
5. Memuaskan kebutuhakn konselor, jika ini tidak dapat dihindari mungkin jadinya akan
seperti ini :
Kasus : Masih kasus KDRT Juminten.
Klien : (Masih menangis) Huhuhu.....
Psikolog : Saya ingin tahu deh luka yang di tangan itu karena apa ya ? Kalau yang di
pipi itu karena apa ? Kalau yang di jari-jari ? Saya penasaran deh..
Klien : (Shut up ! Kasih saya waktu untuk nangis dong ! Kepo deh.)
Yah mungkin kalau saya yang jadi klien akan seperti itu juga sih dalam menghadapi
pertanyaan-pertanyaan seperti itu.
Jadi kesimpulannya, salah satu cara agar bisa menjadi psikolog yang baik saat melakukan wawancara, hindarilah 5 poin diatas saat mengajukan pertanyaan. Sekian penggalan dialog contoh dari saya, mohon maaf jika garing dan tidak bermanfaat, tapi semoga bermanfaat. Hehe.. Peace !
14 Maret 2014
Tidak ada komentar:
Posting Komentar