Dalam kelas teknik wawancara, penulis diberikan kesempatan untuk melakukan role play sebagai psikolog, klien, dan observer. Pada hari Kamis, tanggal 8 Mei 2014, penulis diberi kesempatan untuk menjadi psikolog, klien, dan observer di bidang pendidikan. Ketika penulis menjadi psikolog atau interviewer, penulis merasa gugup dan cemas. Untuk pertama kalinya, penulis harus melakukan peran sebagai interviewer. Jadi, butuh persiapan yang sangat lengkap. Penulis mulai mempersiapkan panduan wawancara, kertas, bolpoin, alat perekam, kaset, dan pakaian yang sesuai dengan profesi penulis, yaitu sebagai psikolog pendidikan.
Ketika sedang menunggu giliran penulis untuk melakukan praktikum, penulis merasa tidak tenang. Penulis merasa cemas akan kondisi yang akan terjadi di dalam ruangan konseling. Dan tiba saatnya penulis dipanggil untuk melakukan wawancara dalam setting pendidikan. Penulis berjalan masuk ke dalam ruang konseling. Ketika klien datang dan mengetuk pintu, penulis yang berprofesi sebagai psikolog pendidikan membukakan pintu dan menyambutnya dengan ramah. Penulis berjabat tangan, mempersilahkan klien duduk, dan melakukan percakapan singkat. Penulis berusaha untuk membina rapport yang baik dengan klien sehingga klien dapat terbuka dan menceritakan permasalahannya. Sebelum memulai wawancara, penulis meminta ijin klien untuk melakukan perekaman selama pembicaraan berlangsung. Ketika klien menyetujuinya, wawancara pun dimulai.
Penulis berusaha untuk tetap fokus selama wawancara yang berlangsung selama ±10 menit. Penulis menatap mata klien dan menganggukkan kepala ketika mendengar cerita klien. Selain itu, penulis sesekali melihat panduan wawancara yang telah disiapkan dan menulis catatan-catatan penting guna untuk melengkapi hasil laporan wawancara. Penulis berusaha untuk tetap dalam posisi duduk yang baik selama wawancara berlangsung. Di dalam setting pendidikan, penulis mendapatkan klien yang bermasalah di bidang akademik. Klien adalah seorang siswi kelas XI yang tidak mau mengerjakan tugas yang diberikan oleh guru mata pelajaran tertentu. Alasan klien tidak mau mengerjakan bermacam-macam, yaitu klien tidak menyukai pelajaran tersebut hingga klien tidak senang dengan perilaku gurunya karena klien pernah mengalami tindakan yang tidak menyenangkan yang dilakukan oleh guru mata pelajaran tersebut.
Setelah wawancara selesai dilakukan, penulis melakukan penutupan wawancara dengan mengucapkan terima kasih atas waktu yang telah diberikan dan meminta kesediaan klien untuk datang lagi apabila masih diperlukan. Lalu penulis membukakan pintu dan mengantar klien keluar dari ruangan. Peran sebagai psikolog pun selesai. Namun, berbeda lagi ketika penulis berperan sebagai klien maupun observer. Ketika penulis berperan sebagai klien, penulis berusaha untuk menggunakan imajinasi untuk mengarang sebuah cerita demi membantu teman kelompok lain yang berperan sebagai psikolog. Ketika penulis menjadi observer, penulis dapat memperhatikan gerak-gerik serta kelemahan dan kelebihan interviewer yang dapat dijadikan sebagai refleksi untuk penulis. Praktikum penulis sebagaiinterviewer, klien, dan observer di bidang pendidikan pun berakhir di hari itu.
Pada hari Kamis, tanggal 22 Mei 2014, penulis diberikan kesempatan untuk praktikum sebagai psikolog, klien, dan observer di bidang psikologi industri dan organisasi (PIO) dan klinis. Perasaan penulis pun menjadi lebihrelax setelah melakukan peran sebagai psikolog, klien, dan observer di bidang pendidikan pada 2 minggu sebelumnya. Namun, penulis juga tak lupa untuk mempersiapkan panduan pertanyaan, kertas, bolpoin, alat perekam, kaset, dan pakaian yang sesuai dengan peran penulis sebagai psikolog PIO dan Klinis. Dan tiba saatnya penulis berperan sebagai psikolog PIO. Ketika klien datang dan mengetuk pintu, penulis membukakan pintu dan menyapa dengan ramah. Penulis juga berjabat tangan, mempersilahkan klien duduk, dan membina rapport yang baik dengan klien sehingga klien mau menceritakan masalahnya.
Kasus yang ditangani penulis adalah seorang laki-laki yang bekerja sebagai HRD dalam divisi training di sebuah perusahaan. Klien merasa tidak cocok dengan rekan kerjanya, ia sering berkelahi apabila terjadi perbedaan pendapat. Setelah wawancara selesai dilakukan, penulis melakukan penutupan wawancara dengan mengucapkan terima kasih atas waktu yang telah diberikan. Lalu penulis membukakan pintu dan mengantar klien keluar dari ruangan. Ketika penulis berperan sebagai klien dan observer, itulah waktu yang tepat untuk penulis belajar dan merefleksi diri.
Setelah selesai di setting PIO, penulis masih harus melakukan praktikum sebagai interviewer, interviewee, dan observer di bidang klinis. Dalam settingklinis, penulis mendapat klien dengan kasus seorang perempuan yang mengidap bullimia nervosa dengan tipe non-purging. Namun, klien tidak mengetahuinya. Klien hanya merasa bahwa tubuhnya tidak enak, mungkin telah terkena efek dari obat pencahar. Akhirnya klien berinisiatif untuk datang ke psikolog. Setelah wawancara selesai dilakukan, akhirnya penulis memberitahukan bahwa klien terdiagnosa bullimia nervosa. Apabila klien ingin mendapatkan treatment, klien dapat datang pada pertemuan selanjutnya. Penulis juga melakukan penutupan wawancara dengan mengucapkan terima kasih atas waktu yang telah disediakan dan membukakan pintu, serta mengantar klien keluar dari ruangan. Akhirnya, praktikum dalam tiga setting pun selesai dilakukan.
Penulis menyadari bahwa menjadi seorang psikolog atau interviewer, klien atau interviewee, dan observer bukanlah hal yang mudah. Untuk menjadi seorang interviewer, penulis harus menguasai panduan pertanyaan, keadaan, dan keterampilan dasar wawancara serta melakukanprobing sehingga proses wawancara dapat berjalan dengan baik.Jadi, masih banyak lagi yang harus penulis lakukan untuk dapat menjadi seorang psikolog yang handal dan profesional. Kiranya tulisan ini dapat bermanfaat bagi para pembacanya. Terima kasih juga kepada Ibu Henny Wirawan dan Ci Brigitta Tasya Setiono untuk pengajaran dan pengalaman yang telah diberikan selama satu semester di kelas Teknik Wawancara (C). Salam hangat dari penulis.
Jika kau tak bisa. Kau harus melakukannya, dan jika kau harus melakukannya, kau bisa. – Anthony Robbins
Tidak ada komentar:
Posting Komentar