Dua pertemuan terakhir kelas Teknik Wawancara yang lalu, kelas melakukan kegiatan praktek wawancara dalam 3 macam setting, yakni setting Pendidikan, PIO, dan Klinis. Sebelum praktek dimulai, semua kelompok diwajibkan untuk membuat skenario kasus untuk masing-masing setting. Saya dengan kelompok membuat skenario dengan ketiga setting tersebut dan salah satu kasusnya adalah penurunan kinerja seorang karyawan yang sombong setelah promosi jabatan yang diperolehnya untuk setting PIO. Sebelum praktek dimulai, saya dan teman sekelompok saya melakukan latihan sebelum mendapatkan panggilan untuk memasuki ruangan wawancara. Saat latihan, saya lebih sering menjadi klien dan teman saya menjadi pewawancara. Menurut saya, saya cukup menghayati peran sebagai klien dalam kasus ini. Hahahhaa.... Hal ini saya tunjukkan dengan cara saya bersikap angkuh dalam wawancara dan menjawab setiap pertanyaan dengan mengesalkan pewawancara yang tidak lain adalah teman saya. Hahaha.... Dan teman saya berkata bahwa saya bisa saja kena karma karena perbuatan saya ini. Saya hanya tertawa dan beralasan saya hanya berusaha menguasai peran saya. :D
Ternyata, kelompok saya dipanggil untuk menjadi pewawancara dan salah satu teman saya dan kelompoknya bertugas untuk menjadi klien. Dan benar saat wawancara berlangsung saya kena karma. Si klien ini langsung masuk dengan nada bicara yang ngeselin. Hahaha.... Si Klien bilang, "Kenapa ya saya dipanggil, saya sibuk nih! Saya ada rapat sebentar lagi." Berhubung jabatan si klien lebih tinggi dari pewawancara, jadi dia berhak bicara seperti itu. Untung masih latihan dan saya ingat pembicaraan saat kelas dosen tamu, Kak Bams, kalau menghadapi situasi seperti itu jangan minder duluan dan tempatkan diri sejajar atau sedikit lebih tinggi dari klien. Jadilah saya bersikap tenang saat menghadapi klien ini dan berbicara dengan tenang sambil tetap tersenyum.
Nah, itu sedikit potongan cerita saat saya praktek di kelas Teknik Wawancara. Sebenarnya, ada banyak hal yang saya pelajari di sesi ini. Dan, menurut saya memang latihan ini sangat baik daripada hanya mempelajari teori-teori saja. Susah juga mempraktekkan hal yang sudah saya pelajari di kelas dan harus saya dilakukan saat wawancara. Harus membina raport dengan baik, harus banyak mendengarkan daripada berbicara, harus sambil observasi juga lagi, dan hal lain yang pernah saya tuliskan di blog saya sebelumnya. Tapi, latihan ini seru juga, saya jadi dapat membayangkan berbagai kasus (saya tidak hanya menjadi pewawancara, tetapi juga harus berperan sebagai klien dan observer) di berbagai setting, dan salah satunya dalam kasus diatas, harus ketemu klien yang ngeselin, saya jadi tahu apa yang harus lakukan saat saya menjadi pewawancara.
Melalui latihan praktek ini, saya juga dapat melihat sejauh mana kemampuan yang harus saya tingkatkan dan dimana kelemahan yang harus saya perbaiki. Dan, menurut saya latihan memang sangat diperlukan dalam memperdalam dan menguasai teknik wawancarasehingga dapat menjadi lebih baik.
Tanpa terasa, satu semester pun berlalu, kelas Teknik Wawancara pun berakhir dengan sesi foto bersama Ibu Dosen dan Asistennya beserta teman-teman sekelas. Meskipun, kelas Kamis paling sering kena hari libur (sampai-sampai, sesi dosen tamu hanya 1x dan kelas praktek mesti dimulai 1 jam lebih awal karena praktek hanya bisa dilakukan 2x padahal ada 3 setting), Saya tetap merasa senang karena dapat mendapatkan ilmu Teknik Wawancara dari seorang yang menurut saya sangat hebat dalam profesinya. Terima kasih Ibu Henny Wirawan dan Ci Tasya Setiono sudah membimbing 1 semester ini, semoga saya dapat mempraktekkan semua yang telah saya pelajari dan bisa ketemu di kelas Ibu lainnya semester depan :)
Yang pasti semoga Ibu Henny dan Ci Tasya sukses selalu. :)
27 Mei 2014
Tidak ada komentar:
Posting Komentar