Rabu, 30 April 2014

" Kunjungan :’) " (Adinda Suci Saputri)


imageTepat pada tanggal 22 april 2014 , hari selasa pada saat kelas Teknik Wawancara , kedatangan 3 orang senior alumni tarumanagara yaitu terdiri dari Kak Dinah , Kak Jerry dan Kak Filipus , mereka share tentang Teknik Wawancara yang membuat banyak informasi dan dapat menjadi pelajaran untuk saya dan memberi motivasi pula  . 
Kita mulai aja , pertama itu Kak Dinah iya bekerja di daerah yang cukup jauh bagi saya ,yang saya masih ingat deket pulau raja ampat deh ,hehe :D . nah dari Kak Dinah ini saya banyak mendapatkan informasi bahwa disana itu kan tidak semua nya yang dia wawancarai itu orang yang berpendidikan tinggi karena ia bekerja sebagai HRD pertmbangan jadi kadang ia terjun langsung kelapangan untuk wawancara dilapangan bukan disuatu ruangan yang sudah tersedia ,untuk interview dgn seorang pekerja tambang tersbt harus bisa melihat kondisi nya pula diajak berbicara seperti biasanya tidak seperti interview yang formal didalam ruangan , berbicara seperti biasanya dan memberi pertanyaan dengan mengobrol saja agar mendapatkan informasi , ketika yang kita interview orang daerah tersebut dan mempunyai logat berbicara ,sedikit banyak kita harus bisa berbicara dan paham dengan logat berbicara daerah mereka .
Yang ke 2 Kak Jerry bekerja di perkebunan sawit , nah kak Jerry ini sedikit memberi saya motivasi ,hehe ,dari share nya beliau dia berkata ” kita itu harus banyak belajar dan sering membaca karena dari hal tersebut membuat kita menjadi banyak pengetahuan dan informasi yang sangat banyak bila kita membaca ” awalnnya saya juga berpikir kalau jurusan psikologi untuk memasuki dunia pekerjaan tidak seluas yang saya bayangkan hanya stuck pada HRD dan bila sudah S2 dapat menjadi psikologi dgn memilih jurusan PKA , PKD , PIO dll . tetapi jurusan psikologi itu dapat memasuki dunia pekerjaan apa saja bila kita mempunyai kemauan untuk belajar dan mencari tahu informasi sebanyak”nya pekerjaan apa yang kita minati , terus kita harus dapat bergaul , menjalani hubungan yang baik dengan orang , dan teman juga dapat mempengaruhi kita “bila kita bergaul dengan orang yang hebat dan pintar , secara tidak langsung kita juga dapat terpengaruh dan menjadi orang yang pintar pula karena banyak pengetahuan yang kita dapatkan ” jangan menjadi orang yang mengotakan dirinya dan tidak menjalin hubungan kepada orang lain karena itu dapat merusak diri kita juga dan menjadi diri yang tidak berkembang . Ketika kita ingin bekerja kita harus mencari dahulu informasi dari pekerjaan tersebut , mencari tahu riwayat perusahaann tersebut ,agar pada saat kita diwawancara kita tidak seperti orang kebingungan . Dan salah satu pesan favorit kak gery adalah ” Lebih banyak untuk observasi , Banyak mendengar , Sedikit berbicara ” . 
Nah ke 3 Kak Filipus bekerja didunia makanan HRD Breadlife : informasi yang saya dapatkan dari kak Filipus ini kita harus menjadi orang yang netral , harus bisa menapatkan diri , tidak boleh mengejudge orang dari cover nya saja . 
Sekian blog saya tentang kunjungan yang bermanfaat untuk saya memberi informasi tentang “teknik wawancara dan mendengarkan pengalaman mereka ” semoga kelak saya dapat menerapkan informasi tersebut dengan baik nanti nya “ 

26 April 2014

Teknik wawancara :’) (Adinda Suci Saputri)


Wawancara merupakan istilah yang diciptakan dalam bahasa Indonesia untuk menggantikan kata asing Interview (dari bahasa Belanda atau Inggris), yang digunakan oleh pers Indonesia sampai akhir tahun 1950-an. Orang yang mewancarai disebut Pewawancara (interviewer) dan yang diwawancarai disebut pemberi wawancara (interviewee) atau disebut juga responden.
Jadi, wawancara adalah tanya jawab dengan seseorang untuk mendapatkan keterangan atau pendapatnya tentang sesuatu hal atau masalah. Wawancara sering kali diasosiasikan dengan pekerjaan kewartawanan untuk keperluan penulisan berita atau feature yang disiarkan dalam media massa. Tetapi wawancara juga dapat dilakukan oleh pihak lain untuk keperluan, misalnya, penelitian, atau penerimaan pegawai.
Dari hasil perkuliahan minggu ke 3 dan ke 4 hasil presentasi wawancara PIO , PKD , PKA , membuat saya menjadi tambah pengetahuan , seperti hal nya pada saat mendapatkan bagian wawancara Psikologi Klinis Dewasa dengan ibu Nelly di rumah sakit Dharmais membuat saya menjadi banyak mengetahui teknik - teknik wawancara tersebut , beliau menceritakan pengalamannya dalam teknik wawancara kepada kelompok kami . Wawancara orang yang mengalami sakit keras bukan lah hal yang gampang , seperti sakit kanker yang dikenal oleh banyak orang penyakit yang mematikan ,harus mempunyai rasa empati , mengerti perasaan nya yang sedang terguncang , sabar pada saat wawancara karena tidak segampang mewawancarai orang yang sehat fisik nya . Maka dari pengalaman beliau saya dapat menyimpulkan bahwa wawancara orang yang sedang sakit dan tidak itu mempunyai teknik yang berbeda ,Wawancara dengan klien yang sehat kita dapat wawancara secara kooperatif , dan cepat mendapatkan kesimpulan dari hasil - hasil wawancara dalam sesi yang kita gunakan , sedang kan wawancara klien yang sakit seperti contohnya terkena Kanker harus melihat situasi , berkata sewajar nya ,dan harus sabar , karena pada saat kita wawancara belum tentu klien menerima kita dengan senang hati untuk diwawancara , kita harus bisa merefleksi kan diri kita apa yang dia rasa kan , seperti contoh nya pada saat klien enggan diwawancarai oleh interviewer , interviewer harus tetap mengenalkan diri nya bertutur kata yang lembut dan menyentuh bila perlu ,dan tidak dapat dilakukan sekali bila klien juga enggan mau di interview , maka interviwer dapat melakukan nya ketika klien siap dan mencoba mulai dengan pendekatan dan melakukan sesuatu yang membuat klien menjadi mau untuk diinterview .
image
Sekian dari hasil blog saya , bila banyak kesalahan mohon dimaklumin  ya bu, karena ini pertama kali nya saya nulis blog dan saya pun masih harus belajar menulis atau merangkai kata dengan baik . 

Be Skillfull, Be Capable, Be Wise (Venessa Fulvia)



Pada hari Kamis yang lalu kami kedatangan tiga profesional yang telah berpengalaman dalam bidangnya, yaitu kak Dinah yang dulunya bekerja di sebuah perusaahan pertambangan dan saat ini sedang menitih karier nya di salah satu restaurant ternama di Indonesia, yang kedua ialah kak Bambang yang saat ini menjabat sebagai asisten manajer di bagian asuransi milik Lippo Group, yang ketiga ialah kak Samuel yang saat ini telah menjabat sebagai marketing manajer yang memegang kontrol satu Indonesia di perusahaan minum keras Guiness. Ketiga nya merupakan alumni Psikologi Untar dimana merupakan senior saya dahulu kala. Kesan saya saat pertama kali melihat mereka masuk ke ruang kelas adalah mereka tampak lebih tua tentunya, namun setelah sesi sharing dimulai, saya mulai takjub akan kehebatan dan kepiawaian mereka dalam bekerja, terlebih lagi saat mereka melakukan proses interview maupun proses rekruitmen. Namun saya juga jadi sedikit takut bagaimana nasib saya nanti, apakah saya bisa menjadi sehebat mereka, karena menurut saya tidak hanya sekedar pintar saja, namun jg dibutuhkan skill, daya tangkap yang baik, serta kecekatan dalam menangkap situasi dan kondisi yang ada, dan itu semua tentu harus di asah untuk bisa menjadi piawai seperti mereka.

Banyak informasi yang saya dapatkan dari para kakak-kakak, informasi yang pertama yang saya dapatkan  ialah dari kak Dinah, dimana menginterview seseorang itu lihat situasi dan kondisinya, juga liat latar belakang pkerjaan kita ada dimana, untuk kasus kak Dinah karena ia bekerja di pertambangan maka ia menginterview secara natural, yaitu ikut dengan kegiatan sehari-hari para pekerja kasar di sana, seperti mengobrol biasa saja, namun informasi yang di dapat pun banyak. Lalu cara meng interview dari kak Bambang, dimana saat kita menginterview ada beberapa hal penting yang harus kita perhatikan, yang pertama Situation, ini berbicara bagaimana riwayat atau profil seseorang, dimana situasi kehidupannya bisa membentuk kepribadiannya saat ini, jadi hal ini penting untuk ditanyakan. Lalu juga apakah lingkungan kerja nya nanti berpengaruh dengan kinerja nya, apakah cocok dengan kepribadiannya, hal-hal seperti ini lah yang ditanyakan. Selanjutnya ada Task, ini berbicara tentang bagaimana pekerjaannya nanti apakah cocok dengan pelamar kerja ini, jika tidak cocok hendaknya jangan langsung di tolak namun di gali lebih dalam lagi kompetensi lain yang ia miliki. Lalu kita sebagai interviewer juga harus menempatkan diri secara tepat di atas interviewee kita meskipun mungkin ia memilki jabatan di atas kita, karena kita sebagai interviewer adalah pemegang kontrol dalam situasi ini. Selanjutnya Action, dimana komunikasi kita dengan orang lain, kerja sama dengan tim, dsb. Lalu yang terakhir ialah Result, tentang bagaimana hasil yang telah dicapainya dan yang akan dikeluarkan, terkadang orang bisa berbohong tentang hasil yang ia  capai, jika seseorang benar-benar mengerjakan sesuatu dan menghasilkan sesuatu tentu ia bisa menjawab saat ditanya bagaimana ia mendapatkan hasilnya itu.
Selanjutnya ada statement dari kak Sam yang menurut saya penting dan bagus untuk di contoh, beliau berkata “menjadi interviewee itu kadang juga gak mesti pinter banget, tapi the way kamu mengkomunikasikan jawaban itu yang penting”. Hal ini bisa menjadi masukan untuk kita saat ingin melamar kerja nanti. Lalu kak Sam juga bilang bahwa kita sebagia interviewer juga harus cekatan dan cepat menangkap untuk menghadapi orang yang ingin melamar kerja yang suka berbohong, kita harus bisa menganalisa dengan baik setiap jawabannya salah satu nya yang penting bagi kita untuk meng cross check dirinya di perusahaan lama nya. Selain itu kak Sam juga bilang saat menginteview seseorang, yang pertama buatlah suasana senyaman mungkin, santai, dan menyenangkan, biasanya setelah orang tersebut sudah merasa nyaman dari sini lah terlihat sifat dan perilaku aslinya, lalu tanyakan tentang demografisnya seperti riwayat hidupnya, yang terakhir adalah logis vs unlogis, apakah si interviewee itu berkata hal-hal yang masih masuk akal atau tidak, pintar-pintarnya kita menganalisa saja.

Kesan dan pesan yang bisa saya utarakan ialah, setiap orang memiliki kemampuan yang lebih dalam dirinya, namun untuk menjadi yang seperti apa itu pilihan masing-masing, apakah ia ingin menjadi biasa-biasa saja, menjadi hebat, atau menjadi lebih hebat lagi. Untuk menjadi seorang yang hebat seperti kakak-kakak di atas butuh proses panjang yang perlu dijalani tentunya, karena di dunia ini tidak ada yang instant, semua harus dilakukan melalui sebuah proses, meski mie instant sekalipun harus dimasak terlebih dahulu dan membutuhkan proses masak untuk menjadikan mie tersebut menjadi sajian yang istimewa.
Begitu pula dengan diri kita, tentunya jika ingin menjadi seorang yang hebat diperlukan usaha dan kerja keras, sikap tak kenal menyerah, dan mau belajar dari kesalahan, juga mau menerima setiap pembelajaran yang datang kepada kita. Mungkin proses nya bisa berlangsung lama dan tidak menyenangkan, tapi jika kita melakukannya dengan sungguh-sungguh  pasti hasilnya tidak akan sia-sia. So, ingin menjadi orang yang seperti apakah Anda, itu pilihan masing-masing dari Anda

26 April 2014

Sharing From Alumni (Ellen Gauw)


Today's post gonna be about my assignment of interview technique lesson. So you see, last Thursday my interview technique class had some guest lecturer. They are the alumnus of Psychology faculty at Tarumanagara University. There are 3 guest lecturers, 2 of them is a Sir and 1 of them is a Mrs ^__^
By the way, it's gonna be super long since it's about my impression of organization and industrial psychology in the real world. Grab something to snack on guys! Happy reading! ;)


Let's get started!


Dosen tamu yang pertama "membagi" ilmunya adalah Ibu Dina yang bekerja di suatu perusahaan restauran yang (bagi saya) lumayan ternama (nama perusahaannya ga usah disebutin lah ya HEHEHE). Sebelum bekerja di perusahaan yang sekarang, beliau bekerja di sebuah perusahaan tambang sebagai staff HRD.


Menurut Ibu Dina wawancara yang dilakukan terkadang harus melihat situasi dan kondisi yang dimiliki oleh subyek yang akan diwawancara. Hal ini disebabkan oleh pengalaman Ibu Dina yang harus mewawancarai satu per satu pekerja buruh yang ada di tambang. Pekerja buruh umumnya akan merasa tidak nyaman ketika diwawancarai dalam setting formal (maksudnya wawancara dilakukan di ruangan tertutup dengan meja dan kursi). Wawancara yang dilakukan oleh Ibu Dina dengan para pekerja buruh bersifat santai dan dilakukan dii berbagai macam tempat.


Wawancara tersebut berupa obrolan santai dan digunakan untuk menciptakan suasana yang nyaman antara dirinya dan para subyek agar nantinya ketika dilakukan psikotes berupa paper and pencil test, para pekerja tersebut tidak keberatan untuk mengerjakannya. Selain itu "obrolan singkat" tersebut juga berfungsi untuk menggali gambaran kasar bagaimana kepribadian para pekerja tesebut. Kesulitan yang pernah dihadapi oleh Bu Dina dalam hal seleksi dan perekrutan karyawan baru adalah terkadang pihak manajemen tetap memaksa untuk meng-hire seorang karyawan meskipun kita tidak menyetujuinya karena ada "sesuatu" (eits, maksudnya bukan sentimen ya, tapi dari hasil tes psikologis dan wawancara menunjukkan kalau orang itu memiliki kemungkinan tidak efektif dalam bekerja karena satu dan lain hal).


Pesan yang diberikan oleh Ibu Dinah Kartana adalah "You must be able to divide between your personal life and professional life". Maksud dari pesan tersebut adalah kita harus mampu membedakan kehidupan pribadi dan kehidupan di tempat kerja. Pernah melihat orang yang datang bekerja dengan mata sembab, merah berari, kemudian langsung menangis di tempat ketika ditanya oleh rekan kerjanya? Saya sering mendengar cerita ini dari teman-teman saya yang telah bekerja. Memang masalah yang terjadi di rumah sulit untuk tidak dipikirkan ketika bekerja, tetapi sedapat mungkin cobalah untuk tidak terlalu terlarut dalam masalah tersebut. Jujur-jujuran aja deh, mank masalah cuma ada di rumah? Sampe kantor juga pasti ada aja kan rempongnya? Kalo dari rumah aja dah mumet pake banget, gimana ngadepin kerjaan di kantor?


Dosen tamu yang kedua adalah Bapak Bambang Hermansyah, beliau bekerja di sebuah perusahaan asuransi yang sekarang sedang naik daun (pucuk-pucuk.. loh salah fokus jadinya #abaikan :p). Menurut Pak Bambang wawancara harus dilakukan atas dasar S.T.A.R. (Situation, Task, Action, dan Result) dan wawancara harus dilakukan secara mendalam. Situation atau situasi memiliki arti ketika wawancara berlangsung kita harus menggali bagaimana situasi kehidupan seseorang. Hal ini disebabkan oleh kepribadian seseorang dibentuk oleh bagaimana kehidupannya dari dulu sampai sekarang.


Task atau pertanyaan yang diajukan kepada subyek haruslah runtut, jangan sudah sampai step C kemudian kembali ke step A. Hal ini akan menimbulkan kesan tidak profesional. Task juga menunjukkan pertanyaan mengenai pekerjaan-pekerjaan yang telah dikerjakan seseorang ketika di pekerjaannya dulu. Action atau aksi merujuk pada pertanyaan seputar apa tindakan yang dilakukan oleh subyek ketika dirinya sedang dihadapkan pada suatu masalah. Result hal ini menunjukkan bagaimana hasil dari wawancara yang kita lakukan apakah sesuai dengan kenyataan yang ditunjukkan oleh subyek. S. T. A. R. S. tersebut dilakukan agar ktia tidak tertipu oleh subyek yang kita wawancara. Ketika akan melakukan wawancara, kita harus meletakkan diri lebih "tinggi" dari orang yang kita wawancara TAPI tetap RESPECT (bukan berarti gara-gara kita diminta buat letakkin diri lebih tinggi trus kita jadi sombong, no no no~)

Selain itu kita harus berani untuk membuat suatu terobosan dalam bekerja karena terkadang hal-hal yang dipraktekkan di dalam tempat bekerja kita sudah tidak sesuai dengan tuntutan jaman sehingga menyebabkan efisiensi dalam bekerja berkurang. Kita juga harus berani untuk mengambil resiko yang dibutuhkan agar kita dapat berkembang menjadi lebih baik. Jangan terlena dengan posisi yang telah kita dapatkan, apabila hal tersebut terjadi maka kita telah terjebak dalam comfort zone. Comfort zone merupakan salah satu hal yang menghambat kita untuk berkembang. Pesan dari Pak Bambang adalah tetaplah rendah hati, terus belajar, dan lakukan inovasi.

Dosen tamu yang ketiga adalah Bapak Samuel Adam, beliau bekerja di sebuah perusahaan food and beverages di Indonesia. Menurutnya, kita harus membuat seebuah tujuan yang ingin kita capai sejak kita kuliah. Jangan setelah lulus kuliah kita masih belum mengetahui apa tujuan dan bagaimana cara kita untuk mencapainya. Buatlah goal yang "tinggi" (bukan setinggi pohon toge ya :D) kemudian barulah buat rencana step by step apa yang harus dilakukan untuk mencapai tujuan tersebut.

Tujuan wawancara menurut beliau adalah mencari informasi yang benar. Informasi yang diberikan kepada kita dari subyek (melalui proses wawancara) mungkin saja tercampur dengan informasi yang tidak benar. Inilah tugas kita untuk mencari manakah informasi yang benar. Cara untuk melakukan wawancara yang benar adalah pertama buatlah suasana yang nyaman. Dengan suasana wawancara yang nyaman umumnya seseorang akan lebih terbuka untuk menjawab pertanyaan yang diberikan. Hal ini berarti aslinya orang itu bakal keluar, kan kadang ada yang suka ditutup-tutupin ;p

Kedua adalah carilah data demografis dari orang tersebut selengkap mungkin. Dari data demografis yang didapatkan, kita memiliki (katakanlah) senjata untuk menimbang apakah yang dikatakan oleh subyek wawancara adalah kebenaran atau tidak. Cara yang ketiga adalah logic and unlogic, maskudnya di sini adalah kita harus mempertimbangkan apakah yang dikatakan oleh subyek masuk akal atau tidak. Seringkali dalam setting PIO untuk memberikan kesan yang baik kepada pewawancara, subyek akan melebih-lebihkan ceritanya dengan harapan pewawancara akan menilai dirinya tinggi. Selain itu yang terpenting adalah perhatikan bahasa tubuh subyek sejeli mungkin (jangan dipelototin juga ya, ntar kabur lagi orangnya hehehehehe)

That's all that I can conclude from our alumnus visit, hope all of you can enjoy this.. Take care! \^o^/

PS: Untuk para alumnus yang telah bersedia membagi waktunya untuk sharing dengan kami, terima kasih sebesar-besarnya. Semoga karirnya tambah lancar ya Pak dan Bu, Hehehehehe :D

27 April 2014

Wawancara atau berbincang-bincang? (Annisa Kharisma)


A.    
B. 


Apakah anda melihat perbedaan 2 gambar diatas? apa yang anda pikirkan mengenai 2 gambar diatas? ga,bar tersebut memiliki persamaan yaitu sama-sama melakukan wawancara untuk menggali informasi dan memiliki pula perbedaan yakni, formal dan tidak formal. Lalu manakah yang formal dan manakah yang tidak formal? apakah ada perbedaan lain diantara keduanya?

Pada gambar A terlihat terdapat 2 wanita sedang melakukan proses wawancara guna menggali informasi di suatu perusahaan. Di dunia psikologi industri sangatlah penting melakukan wawancara untuk mendapatkan informasi dan sesuai kriteria yang dibutuhkan suatu perusahaan. Gambar A termasuk formal karena memiliki ruang dengan setting khusus yang sepi, dingin, nyaman dan jauh dari bising. Menggunakan pakaian formal yaitu pakaian yang sopan, rapi dan dapat disesuaikan dengan keadaan seperti ke kantor. Wawancara formal hanya dapat digunakan di ruangan tertutup dan digunakan untuk orang yang memiliki latar pendidikan yang baik.

Sedangkan pada gambar B dapat dikatakan tidak formal karena dilakukan di ruangan sekadarnya, dilakukan  bersama-sama, diluar jam kerja dan menggunakan pakaian santai. Dunia psikologi industri ternyata juga diperlukan teknik wawancara dengan gaya tidak formal seperti ini. Mengapa demikian? tepat pada tanggal 22 april mata kuliah teknik wawancara, dosen saya Ibu Henny Wirawan mengundang senior saya ke kelas untuk memberi pengalaman senior saat bekerja. Menurut para senior mengapa wawancara tidak formal juga diperlukan? karena menurut mereka wawancara tidak formal cocok dilakukan di luar ruangan dan menggali informasi dengan warga yang dipekerjakan yang memiliki tingkat pendidikan tidaj tinggi. Contohnya adalah di lahan pertambangan. tidak mungkin melakukan wawancara di ruangan yang nyaman dan dingin saat di lahan pertambangan kecuali atasan yang memiliki jabatan atau yang dipekerjakan di dalam ruangan. Untuk di luar ruangan, hanya warga yang dipekerjakan sehingga melakukan wawancara seperti mengobrol atau berbincang-bincang dan menayakan hal-hal yang dasar.

Jadi hanya beda tipis antara wawancara dengan berbincang-bincang bukan? jangan salah artikan bahwa berbincang-bincang merupakan wawancara seperti diperusahaan karena berbincang-bincang tidak meneganggkan seperti wawancara formal dan berbincang-bincang tidak terlalu banyak membutuhkan tehniknya. 

27 April 2014

Psikologi Industri dan Organisasi (Kirty Andika Putri)



     Pada kelas teknik wawancara Selasa minggu yang lalu, kelas saya kedatangan tiga orang praktisi dalam bidang Psikologi Industri dan Organisasi. Informasi yang didapatkan dari ketiganya sangat bermanfaat, satu yang sangat saya ingat adalah ketika salah seorang praktisi mengatakan, “jangan malas membaca”, sama seperti yang biasa Ayah saya katakan…

     Salah satu praktisi yang hadir kemarin bercerita bahwa beliau pernah bekerja di pertambangan di kepulauan Raja Ampat, Papua. Untuk melihat kualifikasi dari calon karyawan disana adalah dengan melakukan komunikasi dengan penduduk, hal ini juga sebagai salah satu pendekatan yang dilakukan. Perekrutan masyarakat yang akan dipekerjakan di lokasi tentunya melikan kualifikasi atau kompetensi dari perusahaan, kemudian melihat bagaimana adaptasinya terhadap lingkungan kerja. Merekrut warga sekitar yang adalah orang lokal atau asli daerah Papua yang bekerja untuk pertambangan berbeda dengan proses perekrutan yang dilakukan di kantor. Wawancara dilakukan bukan di dalam ruangan, menggunakan pakaian rapi dan formal, tetapi lebih santai, disesuaikan dengan masyarakat disana. Kadang wawancara dilakukan di pinggir pantai atau di lingkungan masyarakat disana beraktivitas. Kecuali jika diperlukan tes psikologi yang dilakukan secara massal, barulah praktisi disana melakukan tes di ruangan. Dalam setahun praktisi biasanya melakukan cite visit, atau melihat langsung kinerja para pekerja yang sebelumnya telah diwawancarai dalam proses perekrutan. Praktisi memberitahukan bahwa, sebagai orang awam yang tidak terbiasa berada di daerah Papua, kendalanya adalah dalam penggunaan bahasa, atau untuk di daerah sana adalah logat Papua yang harus dibiasakan, meskipun masyarakat di daerah sana menggunakan bahasa Indonesia, hal ini juga dapat mempengaruhi komunikasi saat wawancara berlangsung.

27 April 2014

Perform an Interview? Skills needed! (Kirty Andika Putri)

    Jika ingin mahir dalam melakukan sesuatu, pastinya kita harus memiliki keterampilan dalam hal itu. Sama halnya sengan melakukan wawancara, jika ingin mahir melakukannya ada beberapa keterampilan yang harus kita kuasai, diantaranya:


1. Kemampuan Membina Rapport

   Tidak banyak orang yang langsung merasa nyaman atau terbuka menceritakan permasalahannya kepada orang yang baru dikenal, kecuali sudah memiliki rasa percaya. Khususnya jika menjadi psikolog, menemui klien baru dengan masalah yang dimiliki kadang klien enggan untuk bercerita. Nah, disini seoranginterviewer atau disini adalah psikolog perlu menciptakan suasana yang nyaman bagiinterviewee atau klien. Dalam membina rapport juga harus memperhatikan latar belakang budaya klien, misalnya klien adalah seseorang yang tidak diperbolehkan untuk berjabat tangan dengan orang lain yang bukan saudaranya. Jangan dulu berpikir bahwa si klien adalah orang yang sombong yaaa, itu adalah bagian dari budaya yang dimiliki klien yang harus diketahui oleh psikolog. Jangan memasang wajah “judgemental” atau kaget ketika klien menceritakan permasalahannya. Jika kita melakukan hal ini, klien akan merasa “dihakimi”, merasa bersalah, atau bahkan kehilangan kepercayaannya terhadap kita. Tidak memasang wajah judgemental bukan berarti menatap klien dengan datar lho, dengan memberikan ekspresi kepedulian juga dapat membuat klien merasa nyaman dan memudahkan rapport untuk dibentuk.Rapport juga bisa berkembang dari senyuman, sambutan, dan percakapan kecil

2.Empati
   Empati akan menjadi efektif jika rapport yang dibangun baik. Empati adalah kemampuan untuk menghayati pikiran klien, terhadap perasaan klien terhadap pengalaman yang terjadi padanya. Seorang psikolog harus memahami dunia klien tanpa menghakiminya. Menjadi psikolog dengan empati yang efektif tidak berarti membenarkan semua aspek, tetapi menghayati dan memilah mana yang baik dan yang tidak.

3. Attending Behavior
   Menjadi orang yang lebih banyak mendengarkan akan membuat orang lain merasa dihargai. Keterampilan ini sangat penting untuk dimiliki seorang interviewer yang baik. Mendengarkan orang lain berbicara dalam waktu yang lama mungkin untuk beberapa orang membosankan. Seorang interviewerharus mengurangi intensitasnya dalam berbicara, dan memberikan interviewee waktu untuk menceritakan tentang dirinya. Interviewer harus fokus pada klien, bahkan jika perlu mencatat kata kunci dari cerita yang diberikan klien. Ada 4 dimensi dalam Attending Behavior.
a. Visual--eye contact (melihat, bukan melotot. Jangan alihkan pandangan walaupun ponsel sedang ada pesan, karena klien dapat merasa bahwa ia tidak sedang diperhatikan.)
b. Vocal Qualities--tone and speech rate (nada dan kecepatan kita dalam berbicara dapat menunjukkan bagaimana ketertarikan dan empati kita terhadap klien. Nada akan lebih baik sesuai dengan ketukan yang stabil, tidak terlalu pelan atau terlalu bersemangat.
c. Verbal Tracking (percakapan dapat mengikuti alur cerita klien atau mengganti topik, tetapi tidak mengubak tujuan pembicaraan dari tujuan yang sudah ada.
d. Body Language--terdiri atas attentive (perasaan) dan authentic (tulus).

4.Questioning Technique
   Dalam melakukan wawancara , ada dua jenis teknik dalam menggunakan pertanyaan.Pertama  adalah Open Question, teknik ini adalah seperti pembuka wawancara “ada yang bisa saya bantu?”, teknik ini tidak bersifat mengarahkan. Dan kedua adalah Closed Question, teknik ini merujuk pada pertanyaan tertentu, berbeda dengan open question, teknik ini bersifat mengarahkan. Pertanyaan dari closed question biasanya dengan jawaban ya atau tidak seperti, “apakah mengalami kesulitan tidur?”

5. Observation Skills
   Walaupun menggunakan teknik wawancara, keterampilan untuk observasi juga sangat diperlukan untuk mendukung hasil wawancara yang dilakukan. Yang harus diobservasi adalah nonverbal (bagaimana ekspresi wajah klien saat berbicara dan bahasa tubuhnya) dan verbal (dalam hal ini jangan sampai klien lebih mengarahkan pembicaraan, bila perlu tulis setiap kata kunci yang diucapkan).

6. Active Listening Skills
     Didengarkan oleh orang lain jika sedang bicara dapat membuat orang tersebut merasa dihargai. Dalam melakukan wawancara keterampilan active listening terdapat tiga macam, yaitu:
a. Encouraging, menggunakan kata-kata mendukung, menggunakan probing (menanyakan lebih lanjut kepada klien mengenai sesuatu, perlu ada waktu “diam” ketika klien sedang berbicara.
b. ReflectionOf content(menggunakan paraphrase, menyimpulkan dengan singkat apa yang dibicarakan klien). Of feeling(interviewer mengekspresikan presaan klien pada saat bercerita, contohnya adalah dengan berkata “sepertinya anda sedang sedih..”.Parroting (mengulang kata-kata klien, seperti klien berkata “saya sedang ada masalah bu..”, lalu psikolog kembali mengulang “oh..sedang ada masalah..”, parroting dapat dilakukan tetapi jangan terlalu sering.
c.  Summarizing. Interviewer harus menyimpulkan percakapan yang terjadi dalam satu kali wawancara. Bentuk summarizing dibagi menjadi dua, pertama adalah of content dan of feeling.
     Menjadi seorang yang mahir dalam suatu hal bukan hal yang instan, proses belajar membutuhkan waktu hingga kita bisa terampil dalam melakukan hal yang ingin kita lakukan. Keterampilan dalam wawancara dapat dimulai dari diri sendiri, dengan membuka mata, hati, dan telinga untuk orang lain. Mau menjadi interviewer yang terampil??

14 Maret 2014

Aplikasi Teknik Wawancara dalam Pendidikan (Kirty Andika Putri)



     Beberapa minggu yang lalu, saya dan teman-teman kelas Teknik Wawancara yang lain ditugaskan untuk mencari informasi mengenai wawancara dari praktisi yang sudah berpengalaman, dari mulai bidang klinis anak dan dewasa, pendidikan, dan juga industri organisasi. Dalam tulisan kali ini saya akan memberikan informasi mengenai penggunaan wawancara dalam pendidikan. Subyek wawancara dalam bidang pendidikan di kelas kami keduanya adalah guru BK. Menurut guru BK, wawancara digunakan untuk mengetahui masalah dan mencari solusi untuk permasalahan siswa di sekolah. Tetapi, guru BK di sekolah biasanya tidak hanya memberikan konseling, tetapi juga membantu memberikan referensi tentang universitas, dan juga kemungkinan untuk menangani masalah yang dialami oleh guru. Salah satu guru BK di salah satu SMA Negeri di Jakarta Barat mengatakan bahwa di sekolah tersebut tidak terdapat masalah-masalah siswa yang berat. 

Permasalahan biasanya seputar membolos, telat masuk sekolah, dan permasalahan dalam kelompok pertemanan/geng. Dalam melakukan wawancara biasanya guru BK melakukan pendekatan dan juga melihat waktu, situasi, dan kondisi dari siswa. Contohnya seperti siswa yang sudah penat melakukan kegiatan belajar di sekolah biasanya tidak mau jika diajak untuk bertemu dengan guru, jadi jika guru BK melihat kondisi siswa sudah dirasa memungkinkan untuk wawancara, baru beliau melakukannya.

     Tidak jarang juga siswa merahasiakan permasalahannya dengan orangtua. Dari informasi yang didapatkan dari guru BK, biasanya siswa yang sudah mendapatkan peringatan tetapi masih melakukan pelanggaran di sekolah kemudian akan dipanggil orangtua. Jika orangtua tidak datang (kemungkinan surat panggilan tidak disampaikan), maka yang dilakukan oleh guru BK adalah melakukan home visit. Dalam permasalahan dengan teman kelompok, guru BK biasanya terlebih dahulu menggunakan sosiometri untuk mengetahui siswa mana yang paling berpengaruh dalam kelompok itu, siswa yang tersebut yang kemudian diwawancara oleh guru BK untuk memulai mencari jalan keluar dari permasalahan yang ada.

     Menjadi seorang konselor atau praktisi yang bekerja di bidang pendidikan sepertinya menarik untuk saya. Perbedaannya dengan psikolog pendidikan adalah menjadi guru BK hanya sebatas melakukan konseling dengan siswa, tidak dapat mengaplikasikan alat tes. Dalam bidang pendidikan, ada hal yang harus diperhatikan yaitu jangan sampai siswa menjadidependent atau bergantung kepada konselor atau psikolog. Jika hal ini terjadi maka harus ada pihak ketiga (psikolog atau guru BK yang lain) untuk menjembatani hubungan siswa dan guru, yang perlahan akan mengurangi sifat dependent yang sudah muncul.

PIO: What Doesn't Kill You Make You Stronger (Raehan Armadewi)

Pada mata kuliah Teknik Wawancara, Selasa 22 April 2014 lalu kelas kami kedatangan tamu-tamu spesial, yaitu kakak-kakak alumni Psikologi dari berbagai angkatan, yang sekarang Alhamdulillah sudah menuai apa yang pernah mereka tanam dahulu #sedappppp 

Awal cerita, kakak pertama yang berbagi pengalamannya adalah seorang Ibu cantik :D beliau adalah Ibu Dina yang bekerja di sebuah perusahaan restauran lumayan ternama, namun sebelumnya beliau bekerja di sebuah perusahaan tambang di kepulauan raja ampat, papua (wah asikkkk) sebagai staff HRD.

Yang saya dapatkan dari pengalaman beliau adalah karena beliau bekerja di lokasi yang lumayan pedalaman hehehe kita harus dapat membedakan kehidupan pribadi di rumah dengan kehidupan di tempat kerja. 
Karena ketika bekerja disana beliau mengatakan 'pekerja-pekerja disana yang sebagian merupakan penduduk asli tidak dapat kami samakan dengan karyawan-karyawan kantor pada umumnya, kami harus dapat membuat mereka nyaman dan tidak menggunakan setting formal, kadang kami melalukan wawancara santai dengan mereka dipinggir pantai (wawwww) atau ketika sedang makan, jadi suasana kami bawa se santai mungkin untuk membina rapport yang baik pula'.

Mari kita lanjut pada kakak kedua yang bercerita mengenai pengalamannya, beliau adalah seorang lelaki yang menurut saya masih sangat nampak seperti kakak senior karena mungkin faktor 'awet muda' nya hihi beliau adalah kak Jeremia Jerry Ishak, well he is soooo humorous and entertaining by the way :D beliau bekerja di sebuah perusahaan perkebunan karet, he says 'berbeda dengan perusahaan kantoran pada umumnya, bekerja di perkebunan seperti ini harus selalu siap dalam hal wawancara, karena wawancara gak selalu bersifat formal, yang tiba-tiba bisa disuruh wawancara di tempat yang tak terduga (misalnya di kebun hehehe) jadi harus selalu siap, gak ada kata gak siap (kapanpun, dimana pun, siapapun yang di wawancarai)'. Oke saya juga menangkap bahwa dengan siapapun kita melakukan wawancara, tidak ada yang lebih tinggi maupun lebih rendah, mau mewawancara super senior manager maupun mewawancara orang pedesaan, interviewer dan interviewee SEDERAJAT :D

Dan kakak alumni ketiga yang sharing tentang pengalaman karirnya adalah kakak Filipus Totong, karena beliau bekerja pada HRD perusahaan makanan, beliau lebih menekankan bagaimana merekrut seorang salesgirl, salesboy, waiter atau waitress. Beliau melakukan penjelasan rekrutmen karyawan dan dilakukan oleh dua teman saya dan kak Jerry :D proses rekrutment cukup menarik, beliau berkata 'memang terlihat mudah untuk memilih dan merekrut karyawan-karyawan yang akan bekerja, kita disini yang memilih bersama-sama aja lumayan bingung, apalagi jika dilakukan sendiri dan dengan lebih banyak calon karyawan'.

Sampai tiba akhirnya ketiga kakak-kakak luar biasa tersebut bercerita tentang kendala, pesan dan kesan.... 

Ya, untuk meraih kesuksesan tidak mungkin tidak ada kendala, justru kendala-kendala tersebut yang membuat seseorang akan lebih kuat, lebih kuat, dan semakin kuat. Kendala itu ada untuk menguatkan, bukan sebuah faktor untuk menyerah, lawan dan bangkit, dan anda akan lebih memiliki lebih banyak cerita yang bisa anda ceritakan, kelak.


Untuk menjadi sukses, kadang duka sama banyaknya dengan suka, atau malah duka lebih banyak menerjang dibanding suka. Tapi percayalah, seseorang yang lebih melakukan banyak kesalahan akan lebih banyak belajar agar kesalahan-kesalahan tersebut tidak terulang, yang lebih banyak belajar akan lebih banyak mendapat pengalaman.


Tidak semua orang harus sudah menjadi seseorang yang hebat untuk memulai jalan kesuksesan, namun seseorang perlu 'memulai' untuk menjadi hebat. "Tidak ada yang tidak bisa anda mulai".


Mengutip sedikit omongan kak Jerry 'saya dulu bukan seorang mahasiswa yang memiliki IP sempurna, bahkan saya lulus tidak bersama teman-teman seangkatan saya, ketika awal saya lulus saya sempat bingung harus kemana saya berarah, namun dengan ambisi dan usaha saya jalani apa yang saya genggam'


Pesan dari ketiga kakak-kakak hebat tersebut, yang saya tangkap adalah "jangan berhenti belajar, perbanyaklah membaca, karena dengan hal tersebut kalian akan jauh lebih memiliki wawasan yang luas, yang dibutukan kalian kelak ketika kalian bekerja nanti". 
Sukses adalah sebuah perjalanan, bukan sebuah tujuan akhir. 


Terima kasih banyak untuk kakak-kakak alumni yang sudah menyempatkan diri di sela kesibukan yang dimiliki, dan sudah membagi pengalaman-pengalaman berharganya. Saya pribadi senang dapat mendengarkan cerita singkat namun berisi padat :D

27 April 2014

Praktisi Psikologi Industri & Organisasi (Carnesya Hergiani)

M
inggu ini saya bertemu dengan orang-orang hebat. Dimana beliau adalah senior dan alumni psikologi untar. Mereka adalah Ibu Dinah, Bapak Jeremia dan Bapak Filipus. Banyak pelajaran dan pengalaman berharga yang beliau berikan. Tentunya tak sekedar teori belaka. Beliau bekerja di bagian HRD untuk recruitment atau seleksi karyawan.


HRD adalah gerbang utama dari sebuah perusahaan. Pada gerbang inilah perlu adanya seleksi agar karyawan yang masuk sesuai dengan posisi yang dibutuhkan. Oleh karena itu diperlukan pengetahuan mengenai jobdesk atau kemampuan apa yang diperlukan pada sebuah posisi. Agar calon karyawan sesuai dengan posisi, diperlukan wawancara calon karyawan. Pewawancara perlu menyesuaikan diri siapa yang sedang diwawancara. Gunakanlah bahasa yang sesuai dengan yang diwawancara. Ini dilakukan agar bahasa yang digunakan mudah dipahami dan bisa menggali banyak informasi dari calon karyawan.

Tak hanya itu, bagian HRD juga perlu mengetahui kondisi atau permasalahan karyawan di lapangan. Oleh karenanya HRD tidak hanya bisa duduk di balik meja. HRD perlu melihat di lapangan bagaimana kondisi karyawan sesungguhnya. Dengan begitu diharapkan permasalahan atau kekurangan yang dialami karyawan dalam pekerjaannya dapat terbantu. Ketika para karyawan bekerja secara produktif, secara tidak langsung dapat membuat perusahaan menjadi lebih produktif. 


27 April 2014

Psikologi Industri dan Organisasi (Melisa Mustika)



Dalam blog minggu ini, saya akan menuliskan apa yang saya dapatkan dari kelas Teknik Wawancara minggu lalu. Pada pertemuan kemarin, Bu Henny dan Ci Tasya mengundang tiga orang kakak alumni psikologi Untar yang bekerja di bidang industri dan organisasi. Mereka berbagi pengalaman suka dan duka menjadi HRD. Kakak alumni yang pertama kali bicara itu seorang perempuan yang pernah bekerja di perusahaan tambang tetapi sekarang sudah pindah bekerja ke restoran. Beliau bercerita mengenai pengalamannya menjadi HRD di perusahaan tambang. Beliau banyak melakukan wawancara dengan calon karyawan yang tingkat pendidikannya cenderung rendah. Kebanyakan wawancara dilakukan dengan situasi non formal saat sedang jam makan siang dan beliau ikut makan siang bersama mereka. Beliau membina rapport dengan ngobrol-ngobrolsantai. 
Selain itu, ada juga kakak alumni yang kedua yang bercerita mengenai pengalamannya saat bekerja di perusahaan. Beliau bercerita tentang suka dukanya saat melakukan recruitment calon karyawan yang melamar. Beliau pernah menolak calon karyawan yang ternyata merupakan anak dari kepala suku daerah setempat. Akibatnya, para penduduk setempat mengancam akan membunuh beliau dan menaruh golok pada leher beliau apabila beliau tidak mau menerima anak kepala suku menjadi karyawan di perusahaan tempat beliau bekerja. Beliau mencoba tetap tenang dalam situasi tersebut dan menjelaskan kerugian yang berupa rasa malu yang akan dialami oleh kepala suku apabila anaknya bekerja di perusahaan tetapi tidak menghasilkan performance yang baik karena sering mabuk-mabukan. Akhirnya para penduduk dapat menerima alasan beliau dan meminta maaf pada beliau karena tindakan mereka yang gegabah. 
Yang terakhir yaitu kakak alumni yang bekerja sebagai HRD di Breadlife. Beliau bercerita bahwa untuk menjadi karyawan di perusahaan tempat beliau bekerja itu sangat diperlukan sosok yang rapi dan ramah. Pelanggan akan lebih tertarik apabila karyawan yang melayani mereka itu memakai baju yang rapi, muka yang bersih (tanpa jenggot), dan sikap yang ramah (mudah tersenyum). Calon karyawan yang tidak rapi dan berjenggot biasanya akan ditolak karena tidak sesuai dengan kriteria yang diinginkan oleh perusahaan.

28 April 2014

Social History (Dera Wulansari)


Setiap orang mempunyai cerita masing-masing yang telah dialami dalam hidupnya, tidak semua orang memiliki cerita yang sama dan pengalaman yang sama. Dalam kasus klien khususnya di bidang psikologi tentunya terdapat background history yang dialami oleh klien. Dalam sesi interview sebagai psikolog juga harus memperhatikan kliennya dalam bidang social history yang dimiliki oleh klien tersebut. Social historymerupakan konteks dimana klien dan memperkenalkan asal masalah mereka untuk dikembangkan, terkadang lebih dari satu sesi untuk mendapatkan penilaian data klien. Terdapat 12 area dalam social history, yaitu:
1. Family History: dimana dalam area ini background keluarga dan pola komunikasi hubungan dengan orangtua dapat mempengaruhi pada kehidupan seseorang
2. Educational History: dimana prestasi disekolah berhubungan juga dengan keberhasilan seseorang dalam membentuk persahabatan untuk dikemudian hari, dan kurangnya hubungan sosial dapat mempengaruhi keterampilan dasar sosial.
3. Occupational Training / Job History: menanyakan kepada klien dengan menggunakan kalimat “apa kesibukan anda setiap hari?” jangan menggunakan kalimat : apa pekerjaan anda saat ini. Karena akan membuat klien menjadi tidak nyaman.
4. Marital History: menanyakan kepada klien apakah sudah menikah, status pernikahan dan sudah berapa kali menikah
5. Interpersonal Relationship: menanyakan kepada klien siapakah orang yang paling dekat dan dapat dipercaya
6. Recreational Preference: menanyakan bagaimana cara klien mendapatkan kesenangan, kegiatan apa saja yang biasanya paling senang dilakukan untuk mengurangi kejenuhan.
7. Sexual History: merupakan topik yang paling sensitif dalam sesi wawancara
8. Medical History: menanyakan riwayat penyakit pada klien, apakah pernah rawat inap, operasi, dll.
9. Psychiatric / Psychotherapy History
10. Legal History: menanyakan kepada klien apakah klien pernah melakukan pertemuan yang berhubungan dengan hukum?
11. Alcohol and Subtance Use / Abuse: menanyakan apakah klien mengkonsumsi alkohol
12. Nicotine and or Caffeine Consumption: menanyakan apakah klien sering mengkonsumsi kafein dan nikotin

24 Maret 2014

basic of interview (Dera Wulansari)



Wawancara merupakan suatu kegiatan yang dilakukan antara dua orang. Wawancara memiliki banyak sekali manfaatnya khususnya dalam bidang psikologi. Untuk menjadi seorang pewawancara yang baik disini terdapat beberapa keterampilan dasar dalam wawancara: (1) kemampuan membina rapport. Keterampilan ini merupakan tahapan awal dalam setiap wawancara, karena dengan membina rapport yang baik akan tercipta suasana dan hubungan yang baik dengan klien. Contohnya psikolog memberikan senyuman dan sambutan yang bersahabat kepada klien. (2)Empati. Dengan memiliki rasa empati sebagai psikolog dapat mengerti apa yang sedang dirasakan oleh klien, dapat juga menerima keadaan klien. (3)Attending Behavior. Dalam skill ini kunci nya ialah mengurangi kuantitas bicara dan memberikan klien untuk menceritakan tentang diri mereka. Sebagai psikolog disini harus menjadi pendengar yang baik. (4) Questioning Technique. Dalam skill tehnik bertanya terbagi dua yaitu:open question dan closed question. Dimana open question bersifat tidak mengarahkan dan klien bebas untuk mengekspresikan perasaannya. Contohopen questions : “apa yang bisa saya bantu dari anda?”. Sedangkan closed questions bersifat mengarahkan dan jawaban dari closed question sebatas “ya” atau” tidak”. (5) Observasional Skills . Disini terbagi atas tiga fokus: (a) Perilaku Non Verbal. Mencakup ekspresi wajah, bahasa tubuh dan harus menghidari stereotype. (b) Perilaku Verbal. Mencakup sellective attention dan key words (harus memperhatikan kata-kata yang sering diulang oleh klien). (c) Konflik, Diskrapensi dan Inkongruensi. (6) Active Listening.Dalam skills ini terbagi menjadi tiga, yaitu: Encouraging, paraphasing, dan summarizing.



Itulah enam hal dasar yang harus dimiliki oleh seorang interviewer. Karena enam hal tersebut merupakan hal yang penting dimiliki agar menjadi seorang interviewer yang baik dan jika terus berlatih dalam mewawancarai seseorang agar bisa menjadi interviewer yang expert. Dan sebagai interviewer harus memperhatikan posisi duduk dengan klien juga memperhatikan memberikan jarak yang pas.

18 Maret 2014

kesan-kesan wawancara psikolog (Dera Wulansari)


Wawancara merupakan salah satu alat terpenting dalam bidang psikologi. Dengan wawancara kita dapat menggali infomasi yang kita butuhkan. Wawancara sangat dibutuhkan dalam segala bidang di psikologi. Bidang di psikologi terbagi menjadi empat sub yaitu, psikolog klinis anak, psikolog klinis dewasa, psikologi industri dan organisasi, dan bidang pendidikan. Dalam perkuliahan dua minggu terakhir kita sudah mendengarkan dan membahas wawancara dalam keempat bidang tersebut.
Pertama wawancara dalam bidang psikologi klinis anak mereka menggunakannya untuk menangani kasus-kasus yang dialami oleh anak tersebut dan biasanya untuk kasus anak, anak akan lebih sulit jika hanya di wawancarai saja, biasanya psikolog sambil melakukan observasi demi mendapatkan informasi. Dan wawancara bisa berlanjut kepada orangtua sang anak demi mendapatkan informasi yang lebih jelas. Kedua wawancara dalam bidang psikologi klinis dewasa, dalam klinis dewasa kegunaan wawancara ialah pertama untuk membina rapport, lalu wawancara digunakan demi mendapatkan data dari klien, memahami dan menggali suatu masalah yang sedang terjadi kepada sang klien. Jika wawancara belum mendapatkan hasil yang maksimal menurut psikolognya, maka biasanya psikolog tersebut memberikan sebuah tes atau assessment demi melengkapi data dari kliennya. Kebetulan kelompok kami mendapat bagian mewawancarai psikolog klinis dewasa, beliau bekerja disalah satu rumah sakit jiwa dan menurut beliau wawancara dan juga tes atau assessmentsangat dibutuhkan di dalam bidang yang beliau tekuni. Dan dalam mewawancarai seseorang menurut beliau memerlukan sebuah keahlian yang harus terus dilatih demi mendapatkan informasi yang dibutuhkan secara akurat. Ketiga wawancara dalam bidang psikologi industri dan organisasi, dalam bidang PIO biasanya wawancara digunakan saat terdapat seorang pelamar pekerjaan atau bisa disebut proses recruitment. Dalam bidang PIO wawancara pertama-pertama untuk membina rapport, disini HRD atau pewawancara dapat melihat respon dari pelamar kerja, dengan wawancara pewawancara dapat melihat kelebihan dan kekurang si pelamar kerja dari cara berbicara dan mimik wajah dari pelamar kerja tersebut. Keempat wawancara dalam bidang pendidikan, dalam bidang pendidikan biasanya digunakan oleh para guru bimbingan konseling atau disingkat menjadi guru BK. Dalam bidang pendidikan biasanya guru BK dapat memberikan arahan kepada para siswa-siswi nya yang sedang mengalami masalah disekolahan tersebut. Dan jika masalah siswa-siswi tersebut melibatkan orangtua murid maka orangtua nya dapat di panggil ke sekolahan untuk diwawancarai dan memberitahu dari masalah anak tersebut. Atau bisa saja guru BK nya yang langsung mendatangi rumah dari murid yang bersangkutan agar masalahnya cepat kelar.

10 Maret 2014

interviews can be done anywhere (Dera Wulansari)

    Dunia kerja merupakan dunia yang sangat berbeda dengan perkuliahan, diluar sana terdapat banyak pilihan kerja namun kita harus cermat dalam memilih lapangan pekerjaan dan tentunya harus disesuaikan dengan minat kita sendiri demi mencapai hasil kerja yang lebih maksimal. Minggu lalu kelas kami kedatangan kakak senior yang juga alumni dari kampus kami. Masing-masing dari mereka bercerita menceritakan pengalamannya. Mereka semua berpengalaman dalam bidang industri dan organisasi. Pengalaman kaka pertama yaitu kak Dinah bercerita tentang masa kerjanya di sebuah pulau yaitu di raja ampat papua yang terkenal  dengan keindahan alamnya. Namun keindahan itu tidak seperti yang dibayangkan olehnya, karena untuk menuju tempat bekerjanya membutuhkan waktu selama 4 jam dari sorong dan harus menghadapi kendala ketika sedang di tengah perjalanan menaiki speedboat ombaknya melebihi tinggi dari speedboat tersebut yang mengharuskan beliau singgah disuatu pulau selama 2 jam jadi menurut cerita beliau untuk menempuh tempat kerjanya saat itu selama 6 jam perjalanan. Setelah sampai disana, menurutnya beliau juga harus menyesuaikan diri dengan penduduk disana dalam berbahasa dan logat masyarakat timur. Lalu cerita kedua dari kak Jeremia yang biasa dipanggil jery, kak jery yang juga alumni dari Untar dia bercerita pengalamannya yang tidak jauh menarik yaitu bekerja sebagai staf hrd di sebuah perusahaan perkebunan kelapa sawit yang terletak di beberapa daerah di Indonesia. Pengalaman yang sangat berkesan ketika kak jery menceritakan tentang rekruitmen terhadap anak kepala suku setempat. Mungkin cerita tersebut tidak pernah lupa dibenaknya dan itu adalah sebuah pengalaman yang luar biasa. Menurutnya cerita kak dinah dan kak jery wawancara dilakukan tidak hanya dalam setting formal di dalam sebuah ruangan dengan susunan barang-barang yang terletak rapih, namun dalam kedaan informal pun wawancara kerja dapat dilakukan karena mengingat pekerjaannya di sebuah bidang pertambangan dan perkebunan. Menurutnya wawancara harus siap dilakukan kapan saja. Cerita ketiga dari kak philip, beliau juga sebagai hrd di sebuah perusahaan makanan yang terkenal di Indonesia. Menurutnya bekerja disebuah perusahan yang bergerak di bidang makanan diperlukan penampilan yang membuat good looking agar menarik pelanggannya, selain itu sikap ramah dan pintar berkomunikasi juga dibutuhkan untuk perusahannya.

28 April 2014

Psikologi Dalam Dunia Kerja (Lisa Febriani)




     Ilmu psikologi tidak hanya dapat digunakan dalam bidang klinis saja atau untuk mengobati kondisi psikologis dari diri seseorang, ilmu psikologi dapat diterapkan dalam dunia kerja yakni untuk merekrut calon karyawan. Seseorang yang menggunakan ilmu psikologi dalam dunia kerja biasanya bekerja sebagai HRD di dalam suatu perusahaan. Salah satu fungsi HRD adalah untuk merekrut calon karyawan untuk dipekerjakan untuk posisi tertentu dalam perusahaannya.

Bagaimana cara yang dilakukan HRD untuk merekrut calon karyawan?
Yak Betul!
Wawancara jawabannya. 


     Bidang psikologi industry dan organisasi tidak terlepas dari teknik berwawancara yang baik dan benar. Singkatnya, cara untuk calon karyawan yang ingin bekerja di suatu perusahaan adalah sebagai berikut:

1. Menyertakan beberapa surat-surat pribadi perihal dokumen prestasinya dalam bidang akademik
2. Setelah perusahaan memanggilnya untuk datang ke kantor, maka calon karyawan ini harus datang memenuhi panggilan dan setelah itu barulah mengisi form yang bekaitan mengenai data pribadi
3. Bertemu dengan HRD. Pihak HRD mula-mula akan melakukan perbincangan ringan untuk mengetahui identitas pribadi dari calon karyawan tersebut, selanjutnya akan dilakukan perbincangan yang lebih lanjut untuk mengetahui keterampilan apa saja yang dimiliki oleh seorang calon karyawan tersebut, dll. Hal-hal yang ditanyakan oleh HRD itu tidak ada struktur pertanyaan yang terstruktur dan teroganisisr, karena semua pertanyaan-pertanyaan yang ditanyakan nanti akan mengalir begitu saja dengan sengaja ataupun tanpa disengaja, yang terpenting adalah tujuannya yakni untuk mengetahui bagaimana calon karyawan tersebut, keterampilannya, atau hal-hal lain yang bekaitan dengan kecocokan calon karyawan dengan posisinya kerjanya nanti.
4. Jika pihak HRD menyetujui, calon karyawan akan bertemu dengan user. Biasanya untuk membicarakan seputar gaji, atau jika pada tahap ini calon karyawan menunjukkan ketidaksesuaian antara hasil yang diberikan oleh HRD dengan perilakunya, mungkin saja calon karyawan ini akan tidak diterima / gagal dalam tahap ini.


Beberapa hal yang harus diperhatikan oleh HRD / pewawancara yang bertugas untuk mewawancarai calon karyawan adalah sebagai berikut:

1. Mengetahui budaya dari calon karyawan yang mungkin berasal dari daerah tertentu, kenali bahasanya, dan pelajari tingkah laku dari budaya tersebut. Jika pewawancara memang sudah akrab dan mampu untuk berbahasa yang sama dengan bahasa yang dipakai oleh calon karyawan, maka lebih baik gunakan bahasa itu / bahasa daerahnya, agar rapport yang dibina jauh lebih baik dan akan lebih mudah bersahabat dengan calon karyawan ini, namun tetap dalam konteks yang professional

2. Mengetahui siapa yang akan di wawancarai, bagaimana latar belakang pendidikannya, dan sosioekonominya. Ketika pewawancara sedang merekrut calon karyawan dengan latar pendidikan yang rendah dan memang akan nantinya akan dipekerjakan untuk posisi yang tidak terlalu tinggi, seharusnya bahasa yang digunakan dalam wawancara harus disesuaikan dengan bahasa yang memang telah umum didengar oleh calon karyawan ini, dan jangan menggunakan istilah-istilah tertentu yang mungkin akan menyulitkan calon karyawan ini untuk menjawab pertanyaan tersebut. 

3. Wawancara dalam setting industry dan organisasi bersifat fleksibel. Untuk perusahaan tertentu yang memang tidak adanya kantor atau ruangan yang ber-AC, atau sedang mencari karyawan untuk dipekerjakan sebagai tukang batu misalnya dan berada di dalam pedalaman, wawancara bersifat fleksibel, yakni dapat dilakukan dengan cara informal seperti datang ke daerahnya, melihat lokasi tempat tinggalnya, sambil “ngobrol-ngobrol” biasa saja, karena semua itu memang disesuaikan dengan posisi yang nantinya calon karyawan ini akan dipekerjakan. 

4. Harus mengetahui dan mengenali posisi apa yang di cari oleh calon karyawan tersebut. Jika calon karyawan ini ingin melamar pekerjaan sebagai accounting, maka hal yang harus dilakukan oleh seorang pewawancara yang baik adalah mengetahui dan kenal akan bidang accounting tersebut. Bagaimana caranya?? BACA!  Dengan membaca seorang manusia dapat mengetahui semuanya. Walaupun HRD yang melakukan wawancara tersebut mempunyai gelar S1 atau S2 Psikologi, namun lebih baik HRD itu mempunyai pengetahuan dan wawasan akan bidang-bidang lain yang ada dalam perusahaan tersebut, belajar belajar dan harus rajin membaca. Dalam bahasa Arab dikenal dengan (Iqra’ = Baca). Untuk agama islam perintah untuk membaca juga tersiratkan dalam Kitab Al-Qur’an yakni terdapat dalam Surah Al-Alaq. 

Sudah sejak dahulu perintah untuk membaca telah diturunkan dalam ayat ini, dan sekiranya manusia juga harus melaksanakan dan dapat menggunakan serta mengaplikasikan apa yang telah dibacanya dalam konteks pekerjaannya kelak. 

5. Perhatikan pula bagaimana sikap dari calon karyawan, penampilannya, dan bagaimana komunikasi yang disampaikan oleh calon karyawan tersebut.

Dalam proses pembuatan blog ini, saya mengucapkan banyak-banyak terima kasih kepada senior-senior saya di Untar yang saat ini telah sukses dalam pekerjaannya masing-masing dan telah memberikan cerita-cerita pengalaman mereka serta masukan mereka bagi kami para mahasiswa yang sebentar lagi akan menyelesaikan kuliah S1 Psikologi di Universitas Tarumanagara. Tidak lupa saya mengucapkan terima kasih kepada Dosen saya yang bernama Ibu Henny E. Wirawan & Ibu Theozipha Nathasa, dan juga kakak Dinah, Kakak Jeremia Ishak, dan Kakak Filipus Totong, special thanks 

28 April 2014