Senin, 31 Maret 2014

Social History (Sannia Wina)


Apa sih yang terbesit di pikiran kalian ketika mendengar kata Social History? Hmm, kalau saya sihh pikir kayak sejarah-sejarah masa kuno teknik wawancara.
Ooops! Ternyata, social history itu adalah sejarah klien kita yang akan kita dapatkan di awal wawancara kita. Bisa lebih dari sekali wawancara loh untuk dapat social history klien yang lengkap. Soalnya masalah klien itu ga selalu pengaruh bawaan (nature), tapi juga lingkungannya (nurture).Kita bisa dapat social history secara tertulis atau wawancara. Tapi, bakalan lebih bagus kalau lewat wawancara. Soalnya kan kita jadi bisa probing J
Social history ini punya tiga tujuan, yaitu:
1.    Mendapatkan informasi yang cukup untuk mengkonsepkan akar dari kesulitan atau masalah klien.
2.    Karena, tidak akan ada dokumen yang cukup untuk menjelaskan detil dari kehidupan klien.
3.    Kita sebagai pewawancara pasti mau mendengar persepsi, arti, dan perasaan klien yang berhubungan dengan apa yang ia rasakan.
Ada banyak nih area-areanya social history. Kalau bisa, kita harus tanyain nih semuanya! Hehehe. Sambil dijelasin satu-satu ya!

1.    Family History
Yep! Kita harus bertanya tentang riwayat keluarga, cerita ttg keluarga, lahir dimana, dibesarkan dimana, tinggal dimana, sama siapa aja, dll. Soalnya hubungan sama keluarga itu kan pasti paling sering dan sejak awal kehidupan kita. Bisa jadi masalah yang klien hadapi sekarang itu karena konflik masa kecil, ataupun sekarang. Misalnya sama mertua atau pasangan. Nah, pasti bingung nih kalau udah ngadepin klien yang punya keluarga super besar gimana? Untungnya ada yang disebutgenogramyaitu kayak membuat silsilah keluarga gitu deh.. Genogram ini dikembangkan oleh Murray Bowen. Ini dia contoh genogram

2.    Educational History
Bagaimana prestasi akademik klien, walaupun nilai rapot itu ga mewakili kemampuan intelektual seseorang ya! J apakah klien mengalami bully di sekolah, atau malah jadi pelaku bully? Klien kita tuh bisa bersosialisasi ga disekolahnya, punya teman, punya pengalaman organisasi, dll? Kalau klien kita itu kurang punya hubungan disekolah biasanya klien itu memiliki kegagalan dalam menguasai kemampuan sosial dasar.

3.    Job History
Kita harus mengetahui pekerjaan klien itu apa. Tapi jangan sampai kita menyinggung perasaan klien dengan pertanyaan “apa pekerjaan Anda saat ini?” kalau dia kerja sih gak apa. Kalau dia pengangguran? Apa abis di PHK? Gawat deh!! Lebih baik tuh kita tanya “Apa kesibukan Anda sehari-hari?” kalau klien kita bekerja pasti klien kita akan menceritakan pekerjaannya kok. Kita juga harus bertanya kalau klien kita ini ‘kutu loncat’ alias suka pindah-pindah kerjaan, atau malah di posisi yang sama terus buat beberapa tahun tanpa adanya kenaikan posisi. Bisa jadi tuh ada masalah dari klien kita itu. Kita juga harus tau pekerjaannya klien sekarang itu emang maunya dia, apa maunya keluarganya.

4.    Marital History
Marital status: single, married, bercerai, atau janda/duda. Kita harus bisa probing tentang status pernikahan klien kita.

5.    Interpersonal Relationship
Selain status pernikahan dan hubungan berkomitmen lainnya, apakah klien memiliki teman di luar pekerjaan dan tempat sekolah. Kita dapat membantu klien untuk berbicara bagaimana untuk berhubungan.

6.    Recreational Preferences
Bagimana klien melakukan sesuatu yang menyenangkan? Kalau klien kekurangan dalam kemampuan rekreasi dapat menyebabkan klien menjadi pengguna alkohol. Beberapa orang seperti OCD menanggap rekreasi adalah hal yang sia-sia dan bodoh.
7.    Sexual History
Topik ini pasti topik yang sensitif banget, terutama di kebudayaan asia. Jadi pewawancara harus hati-hati banget nih! Tapi sexual history ga harus selalu ditanyakan sih, cuma kalau butuh, ya mau ga mau. Nanyainnya juga jangan pas pertemuan pertama loh, yang ada si klien bisa berpikir macam-macam. Hahaha. Hal yang ditanyakan seperti seberapa sering melakukan hubungan baik seksual dan komunikasinya, dan juga apakah mencapai orgasme atau tidak. Soalnya, kepuasan seksual itu berhubungan juga sama kepuasan pernikahan.

8.    Medical History
Apakah klien kita pernah rawat jalan, rawat inap, operasi, masalah kesehatan gigi dan mulut yang serius, dokter yang sering dikunjungi, medical check-up terakhir, dan nama obat-obatan yang sering dikonsumsi. Bisa juga kita minta klien untuk bawa semua obat-obatannya, soalnya belum tentu klien tau nama-nama obatnya, bisa aja salah. Boleh juga kita tanya sama keluarganya.
9.    Psychiatric/Psychotherapy History
Apakah klien sudah pernah ke psikolog atau psikiater lain? Kalau sudah kita harus memiliki rekap medisnya supaya kita tau bagaimana diagnose sebelummya.

10.  Legal History
Apakah klien kita pernah masuk ke dalam penjara, mengalami masalah hukum perdata, tilang dls. Kalau klien memiliki perilaku yang tidak sesuai dengan hukum mungkin saja memiliki karakteristik patologi.

11.  Alcohol and Substance Use/Abuse
Kita harus bertanya kepada klien seberapa sering dan seberapa addictnya dia dengan alkohol dan narkoba. Bisa jadi, gangguan psikologisnya berasal dari alkohol dan narkoba. Kita bisa memancing klien dengan pertanyaan “saya senang minum segelas anggur atau bir. Bagaimana dengan Anda?”

12.  Nicotine and/or Caffeine Consumption
Banyak klien yang tidak menyadari bahwa nikotin dan kafein merupakan zat adiktif. Kita harus bertanya mengenai rokok dan kopi yang dikonsumsi, jenis apa, seberapa seringnya.

24 Maret 2014

Keterampilan Dasar Wawancara (Sannia Wina)

Ada 6 keterampilan dasar wawancara:


1. Kemampuan membina rapport.
Apa tuh rapport? Oops, ini bukan rapot-rapot yang biasa kita terima pas mau kenaikan kelas loh hehehe.
Rapport adalah usaha untuk menciptakan suasana hangat dan nyaman, menciptakan hubungan yang jujur dan terbuka tentang topik yang sesuai dengan wawancara tersebut.
Bagaimana kita tuh bisa membina rapport dengan baik? Easy! 
√ Ketika klien masuk, persilahkan klien untuk duduk dulu. 
√ Ajak klien berjabat tangan (warning : ingat beberapa ragam budaya dan agama loh).
√ Senyum yang hangat dan emang dari dalam hati (CIEEEE!!) w
√ Harus mengerti keadaan klien (bukan sotoy!)
√ Mukanya jangan datar ya hihihi. Kasian klien udah cerita, eh muka kita jutek. Nanti klien malah bete lagi.
√ Eh, tapi, muka kita juga jangan judgemental, alias terlalu ekspresif alias lebay!
√ Jangan telepon dan chatting pas klien lagi curhat. Kita sebagai pewawancara bisa ga konsentrasi dan malah ga ngerti cerita klien.
√ Jangan pake jargon (kata-kata khusus) psikologi. Kalo klien ngerti sih syukur, kalo ga? percuma deh!
√ ETC

2. Empati
Pasti udah pada tau donk ya apa sih empati ini.? Empati diartikan sebagai keakuratan persepsi kita terhadap perasaan klien, apa yang terjadi dengan klien, dan peran klien kita terhadap pengalamannya itu. Dengan adanya empati, kita membuat klien tau kalau kita itu menerima, mengerti dan memahami dunia dia, tapi ga menghakimi dia. yang penting kita harus FOKUS sama klien kita.

3. Attending Behavior
Intinya kita harus menDENGARkan klien dengan baik, bukan kita yang sibuk cuap-cuap padahal klien belum ngomong apa-apa.
Ada 4 dimensinya:
·        Visual → perhatiin klien! Tapi jangan dipelototin juga sih hehehe. Perhatikan segitiga atas (di daerah kening).
·        Vocal Qualities  ngomongnya jangan lelet, tapi jangan terlalu cepat juga.
·        Verbal Tracking  ikuti cerita klien, harus bisa probing. Tapi jangan pernah ikuti cerita klien yang schizophrenia loh!
·        Body Language  penuh perhatian dan orisinil. Jangan dibuat-buat dan berlebihan.

4. Questioning Technique
Sebagai seorang pewawancara yang baik, kita tidak boleh mengajukan pertanyaan yang sifatnya mengarahkan, klien harus bisa mengekspresikan perasaannya.
Jadi kita harus pakai open question, yang terbagi menjadi open question sebagai pembuka, untuk mengelaborasi dan memperkaya cerita klien, dan menjelaskan sudut pandang klien.
Tapi ada juga yang kita ga boleh lakukan dalam memberikan pertanyaan, yaitu memaksa klien buat cerita, mengintrogasi klien, mengontrol perasaan klien, memakai kata ‘kenapa’, dan mencoba memuaskan kebutuhan klien.
Nah, pada bingung kan kalo ga boleh pakai kata tanya ‘kenapa’ atau ‘mengapa’, jadi mau pakai kata-kata apa? Jrenggg.. jawabannya adalah kita pakai kata ‘bagaimana’ hehehe J

5. Observation Skills
Keterampilan observasi itu fokus pada tiga area: perilaku non verbal, perilaku verbal, dan konflik, diskrepansi, dan inkongruensi. Perilaku nonverbal tuh seperti ekspresi wajah dan bahasa tubuh klien, tapi hindari stereotype yah! Kalau perilaku verbal itu seperti selective attention sama keywords. Inkongruensi adalah ketidaksamaan antara perilaku verbal dan nonverbalnya. Bisa aja terjadi kalau klien tidak nyaman atau berbohong.

6. Active Listening
Encourage! Buat klien untuk melanjutkan ceritanya dengan gerakan verbal dan nonverbal. Jangan lupa lakukan probing! Nonverbal encouragement sepertibody language, kalau verbal encouragement seperti ‘hmm’, ‘oke..’, ‘lalu..?’
Dalam active listening ada yang disebut dengan paraphrasing, yaitu kita fokus sama isi dan mengklarifikasi apa yang dikomunikasikan. Ada juga reflection of feelings, yaitu kita memahami emosi klien.
Be careful! Paraphrasing ≠ ParrotingParroting itu mengulang pernyataan klien. Jangan sering-sering yah, nanti klien bosen loh hahaha.
Last one! (akhirnya) Summarizing yaitu kesimpulan dari keseluruhan sesi. Jadi sesi selanjutnya kita udah paham sama apa yang dibahas di sesi sebelumnya. Ada 4 dimensi utnuk paraphrasing dan summarizing: sentence stem, keywords, the essence of what the client has said in briefer and more clear form, dan a check out.

14 Maret 2014

Sosial History (Ratu Desniar Ayu Rekayani)

Sosial history bisa di lakukan dengan tertulis atau melalui cara langsung yaitu wawancara, sosial history merupakah salah satu cara untuk mengetahui bahwa seseorang atau sesuatu yang terjadi memberikan kontribusi pada munculnya permasalahan pada interviewee. Harus di sadari bahwa terkadang hal-hal yang di ceritakan oleh klien terkesan simple tanpa fisadari bahwa hal-hal tersebut menjadi pengaruh yang besar bagi permasalahan klien.


Area of social history :
» FAMILY HISTORY
masalah tempat tinggal kkien terkadang memberi pengaruh terhadap permasalahan klien misalnya klien terbiasa tinggal di lingkungan yang bertetangga kemudia harus pindah kesebuah rumah besar yang lingkungan sekitar nya jarang bertetangga karena penghuni nya sibuk bekerja. Hal ini bisa menjadi timbilnya permasalahan dalam diri klien.
pola komunikasi misalnya komunikasi antara ayah dan ibu,ibu dengan anak atau ayah dengan anak juga bisa menimbulkan suatu masalah pada pribadi seseorang. Misalnya saja seseirang yang sudah berumh tangga, sering terjadi konflik dengan pasangannya akibat pola komunikasi nya yang kurang baik hal itu bisa kita lihat dari cara diri nya berkomunikasi dengan lingkungan keluar nya seperti dengan ayah atau ibu nya. sebab hal itu dapat menjadi cerminan dari diri nya. Walaupun tidak bisa dengan mudah kita menyimpulkan harus di perdalam lagi untuk mengetahui faktor-faktor yang lainnya.
konflik dalam keluarga,seberapa sering konflik itu yerjadi di dalam suatu keluarga tersebut. Masalah budaya juga faoat ditanyakan karena budaya seseorang dengan budaya yang lainnya memiliki cara yabg berbeda,norma budaya yang berbeda-beda juga terkadang hal tersebut menjadi pemicu terjadinya permasalahan.
» EDUCATION HISTORY
tanyakan peristiwa-peristiwa tertentu yang membuat nya senang misalnya prestasi apa yang di dapat dari semasa sekolah nya. Apresiasi apa yang di dapat dari lingkungan sekitarnya.
» OCCUPATIONAL TRAINING /jobs history
hindari pertanyaan interviewer menanyakan pekerjaan subyek dengan kalimat yang menyinggung (terlebih jika subyek ternyata tidak bekerja) .
lingkungan tempat subyek bekerja. jika subyek bekerja,tanyakan pernah bekerja di mana saja. Jika subyek beberapa kali pernah berpindah-pindah kerjaan bisa di tanyakan berapa lama bekerja di perusahaan satu dan yang lainnya. jika rentang waktu nya 3 bulan bisa kita khawatirkan ada apa dengan sosialisasi subyek atau kinerja nya sehinggal dia sering sekali berpindah-pindah dari satu ke tempat lainnya dan dapat mencari tahu mengapa kantor tidak memperpanjang kontraknya.
» MARITAL HISTORY
tanyakan kepada klien apakah pernah menikah,jika iya berapa kali melakukan pernikahan. Kemudian misalnya jika klien pernah bercerai biasanya pada satu pola permasalahan perceraian satu dan yang kedua atau ketiga memiliki permasalahan dengan konteks yang sama hanya saja tipe atau kronologis permasalahannya yang berbeda tapi mazih dalam pola yang sama. Misalnya komunikasi.
» INTERPERSONAL RELATIONSHIP
setiap klien biasanya memiliki teman yang dapat di percaya nya untuk bercerita tentang masalah masalahnya. Hubungan dengan orang lain juga daoat di tanyakan.
» RECREATIONAL PREFERENCE
Tanyakan kegiatan yang disukai,seberapa sering kegiatan tersebut klien lakukan. karena sehebat-hebatnya orang yang mencintai pekerjaannya juka menyukai refreshing, seseorang yang tidak pernah refreshing akan mengalami tingkat stress yang tinggi.
» SEXUAL HISTORY
pada sexual history karena ini adalah hal yang sensitif tanyakan hal ini jika perlu saja, jika sekiranya tidak perlu, tidak perlu di tanyakan. Terlebih jika pembinaan rapport nya baik, jika tidak baik klien akan merasa tersinggung jika di tanyakan tentang sexual atau dapat menghancurkan proses wawancara. Jadi yakinkan terlebih dahulu jika hubungan antara interviewer dengan interviewee sudah bagus.
»MEDICAL HISTORY
tanyakan pernah mengalami rawat inap atau tidak. Dalam medical history mengapa hal ini perlu untuk di tanyakan. misalnya saja ada wanita yang mengalami percaya diri yang rendah ternyata hal tersebut berawal karena wanita tersebut mengalami kangker rahim sehingga rahimnya harus di angkat. hal ini dapat membuat wanita tersebut manjadi seseorang yang tidak berharga.
Obat-obatan yang pernah di minum apa saja. Seorang wanita yang mengkonsumsi obat hormon akan menjadi gemuk sehingga wanita tersebut menjadi kurang percaya diri.
» PSYCHIATRY /Psychoteraphy history
jika klien pernah ke psikiatri, interviwer bisa meminta rekap medisnya, kemudia obat apa saja yang pernah di berikan. Dengan itu daoat di ketauhi sebelum datang kepada interviewer seberapa beratkan masalah yang di alami oleh interviewee.
» LEGAL HISTORY
kasus-kasus yang menyangkut dengan hukum
» ALCOHOL AND CAFFEIN CONSUMPTION
seberapa banyak klien mengkonsumsi nya. Dalam satu hari berapa gelas.

24 Maret 2014

kemampuan konselor dalam membina rapport (Ratu Desniar Ayu Rekayani)


Rapport adalah upaya dalam menciptakan suasana yang nyaman dan hangat. Dalam suatu konseling membina rapport sangatlah penting. Biasanya membina rapport dilakukan di awal pertemuan dengan klien, membina rapport akan menajadi penentu untuk kedeoannya. karena jika seorang konselor dapat membina rapport dengan baik,klienpun akan terbuka dengan masalah-masalahnya ketika proses konseling berjalan. hal itu juga akan mempermudah konselor dalam proses konseling tersebut.
Cara membina rapport yang baik adalah dengan senyum yang hangat, sambutan yang bersahabat, jabat tangan, dan percakapan kecil seperti memberikan salam pembuka kepada klien,selain itu sebagai konselor juga harus memperhatikan budaya atau paham tentang berbagai macam budaya. Misalnya orang indonesia yang dalam normanya tidak terbiasa cium pipi kanan dan kiri.
Terkadang rapport berjalan berangsur angsur, sebab tergantung pada klien nya juga, klien yang mudah akrab akan lebih mudah dalam membina rapport. Dalam proses konseling hindarkan rawut muka yang datar, ekspresikan kepedulian serta ketertarikan akan membuat klien menjadi lebih nyaman. Dan dalam berbahasa usahakan perhatikan tingkat pendidikan klien jangan sampai klien tidak mengerti dengan percakapan konselor dengan bahasa yang tinggi.
selain membina rapport keterampilan dasar dalam wawancara juga dibutuhkan rasa empathy yaitu kemampuan menghayati fikiran klien. dalam proses empaty konselor tidak harus membenarkan semua cerita klien yang salah. Akan tetapi lebih mencoba untuk memahami dunia klien tanpa harus menghakiminya. Kurangi berbicara atau merefleksikan perasaan konselor tapi beri kesempatan kepada klien untuk lebih banyak merefleksi kan perasaannya.
17 Maret 2014

Social History (Melisa Mustika)


     Dalam blog minggu ini, saya akan bercerita mengenai social history. Apa itu social history? Menurut saya, social history itu merupakan cerita hidup klien mengenai keluarga, pendidikan, hubungan, pekerjaan, dan bidang lainnya yang mempengaruhi perilaku klien saat ini. Melalui social history, interviewer dapat memprediksi apa yang menyebabkan klien melakukan perilaku tertentu.Social history memiliki banyak area. Area-areanya yaitu keluarga, pendidikan, pekerjaan, status pernikahan, hubungan interpersonal, aktivitas waktu luang, kehidupan seksual, sejarah medis, sejarah psikoterapi, sejarah legal, penggunaan alkohol & obat-obatan, pengkonsumsian nikotin atau kafein, situasi tempat tinggal, dukungan, dan agama.
     Interviewer perlu menanyakan dimana klien lahir dan dibesarkan, bagaimana hubungan klien dengan keluarganya, dan kehidupan masa kecil klien bersama keluarga. Interviewer dapat membuat genogram (seperti diagram keluarga yang sederhana tetapi cukup jelas untuk menggambarkan keadaan keluarga klien) untuk memudahkan interviewer dalam memahami cerita klien. 
Contoh genogram:


     Selain itu, interviewer juga perlu menanyakan pengalaman klien ketika sekolah. Interviewer perlu mengetahui kemampuan bersosialisasi klien dan hasil akademik klien (meskipun tingginya nilai akademis tidak menentukan bagus atau tidaknya fungsi intelektual klien). Interviewer juga harus bertanya mengenai kegiatan klien saat ini, apakah klien bekerja atau tidak, sudah menikah atau belum, apa kegiatan yang dilakukan klien di waktu luangnya, apakah sebelumnya klien pernah pergi ke psikolog atau psikiater lain serta berbagai pertanyaan lain terkait dengan penggunaan alkohol, situasi rumah, dan agama klien. Berbagai pertanyaan ini akan sangat membantu interviewer untuk mengetahui penyebab masalah klien dan dapat membantu klien untuk menyelesaikan masalahnya.

24 Maret 2014

Keterampilan Membina Rapport dalam Proses Wawancara (Melisa Mustika)


     Interviewer harus dapat membina rapport untuk melakukan wawancara. Kemampuan membinarapport dapat membuat lingkungan terasa lebih nyaman dan klien dapat berbicara lebih bebas serta apa adanya mengenai topik apapun yang relevan saat proses wawancara. Perilaku seperti tersenyum hangat, sambutan yang bersahabat, jabat tangan, mempersilahkan klien untuk duduk dan memulai percakapan yang kecil merupakan beberapa contoh perilaku membina rapport. Interviewer harus memperhatikan budaya klien dalam membina rapport karena setiap budaya memiliki nilai yang berbeda
     Terkadang rapport akan tercipta seiring berjalannya waktu. Sikap interviewer merupakan kunci dari membina rapport. Interviewer harus menghindari raut wajah yang datar dan mencoba mengekspresikan kepedulian serta ketertarikannya terhadap klien. Interviewer diharapkan untuk tidak menunjukkan wajah menghakimi dan memperhatikan karakteristik ruangan ketika proses wawancara berlangsung, misalnya nterviewer dan klien duduk di kursi dengan tinggi yang setara agar klien merasa memiliki kedudukan yang sama dengan interviewer. Interviewer juga diharapkan untuk tidak menerima telepon dan menghindari hal-hal yang dapat mengganggu jalannya percakapan agar dapat memusatkan perhatian sepenuhnya dan secara tulus menunjukkan ketertarikan terhadap perkataan klien.
     Untuk dapat menjalin rapport yang baik, klien harus tahu bahwa interviewer memahami apa yang klien rasakan. Selain itu, interviewer juga harus hati-hati dalam melontarkan humor. Interviewerdiharapkan mengetahui tingkat pendidikan klien serta dapat menyesuaikan bahasa yang digunakan dengan klien sehingga klien merasa nyaman saat berbicara dengan interviewer.


"To do a really good interview, you have to be truly interested in the person"

17 Maret 2014

In Case... (Melisa Mustika)


   Saya mendengar presentasi dari beberapa teman saya yang mewawancarai HRD. Mereka menjelaskan bahwa teknik wawancara selalu digunakan untuk proses recruitment dan selection.HRD umumnya hanya mewawancarai aspek kepribadian dari calon karyawan. Setelah calon karyawan dianggap sesuai dengan kriteria perusahaan, user akan meneruskan wawancara untuk melihat kompetensi dari calon karyawan tersebut. Hal ini dilakukan karena HRD belum tentu menguasai bidang kompetensi calon karyawan yang akan diukur. Misalnya calon karyawan bidangaccounting, HRD hanya akan melihat kriteria perusahaan dan aspek kepribadian calon karyawan tersebut. Aspek kompetensi calon karyawan itu akan dinilai oleh user sehingga calon karyawan biasanya akan diwawancarai minimal dua kali. Selain itu, HRD juga perlu menjalin relasi dengan para karyawan. Biasanya para karyawan akan merasa panik apabila diminta untuk bertemu dengan HRD. Para karyawan berpikir mungkin saja mereka akan dapat surat peringatan atau PHK. Padahal kenyataannya tidak selalu seperti itu. HRD bisa saja ingin menanyakan produktivitas atau kesejahteraan karyawan ketika bekerja. Karena itu, relasi antara HRD dengan para karyawan diperlukan agar karyawan dapat terbuka dalam menceritakan masalah yang menghambat produktivitas atau kesejahteraan mereka. 
     Ketika melakukan proses wawancara (saya dan teman-teman mewawancarai guru BP), saya baru memahami ternyata teknik wawancara merupakan teknik yang paling sering digunakan karena dapat menggali banyak informasi. Wawancara memungkinkan interviewer untuk memperoleh informasi lebih banyak daripada sekedar menggunakan alat tes saja. Melalui wawancara,interviewer juga dapat menemukan kekuatan dan kelemahan, serta riwayat pribadi dan keluarga klien. Informasi mengenai kekuatan dan kelemahan klien sangat dibutuhkan untuk membantu mengatasi permasalahan klien. Selain itu, informasi mengenai riwayat pribadi dan keluarga klien juga penting untuk membina rapport dengan klien. Interviewer diharapkan menjadi active listenerketika proses wawancara berlangsung. The less you talk, the more you're listened to :)


   

A lot of problems in the world would dissapear if we talk to each other instead of about each other :)

9 Maret 2014

Pentingnya Menanyakan Social History pada Interviewee (Lisa Febriani)

Kenapa social history itu penting? Jawabannya adalah untuk memperoleh gambaran umum mengenai asal usul tentang kehidupan seseorang. Pertanyaan mengenai social history bisa digunakan untuk mewawancarai siapa saja: (1) kepada klien dalam proses terapeutik untuk menggali informasi mengenai asal-usul kesulitan klien; (2) kepada calon pegawai yang ingin direkrut oleh suatu perusahaan agar pihak HRD lebih mengenal lebih dalam lagi mengenai kehidupan yang sifatnya lebih ke pengalaman pribadi; (3) kepada siswa yang memiliki masalah, agar memudahkan guru BK untuk mengenali apa sesungguhnya yang terjadi dibalik masalah akademisnya di sekolah; atau bisa juga yang ke (4) yakni kepada calon suami/istri untuk lebih mengetahui asal-usul keluarganya, atau istilahnya untuk mengetahui bebet dan bobotnya untuk itu seperti apa, sehingga jika informasi telah diketahui oleh masing-masing calon ini, dan jika ,mereka telah menerima satu sama lain, maka hal positif yang akan mereka jalani adalah kehidupan yang saling mencintai dan menghargai satu sama lain, akan mampu untuk menerima kekurangan serta kelebihan yang dimiliki oleh masing-masing pasangan dan kehidupan harmonis tentunya akan mereka dapatkan.









Berikut area yang terdapat dalam social history yakni:
Family History: singkatnya untuk mendapatkan informasi mengenai asal usul keluarga klien itu seperti apa, tempat tanggal lahirnya, dan bagaimana ia dibesarkan. Hal ini juga berkaitan dengan extended family dan present family constellation. Berdasarkan pengalaman saya, setiap saya melakukan wawancara untuk tugas penelitian, pertanyaan-pertanyaan pertama saya meliputi data subyek saya dengan keluarganya itu seperti apa. Tujuannya itu untuk apa? Agar saya mengetahui bagaimana hubungan dirinya dengan keluarganya, apakah baik atau tidak, apakah lingkungan rumahnya kondusif atau membuatnya nyaman atau tidak, hal ini penting untuk ditanyakan agar saya (pewawancara) mendapatkan informasi mengenai hubungan-hubungan yang mungkin saja saling terkait yang dikarenakan adanya masalah di dalam keluarga, dan jika ada, maka perlu dilakukan penelitian lagi untuk menggali informasi lebih dalam lagi.
Educational History: hal ini berkaitan untuk mendapatkan informasi mengenai pengalaman akademisnya klien di sekolah, bagaimana rapornya, dll. Berdasarkan pengalaman saya, saya meminta subyek penelitian saya untuk menceritakan pengalaman akademisnya adalah pada saat penelitian psikologi pendidikan pada anak berkebutuhan khusus. Data yang saya dapatkan, membantu saya agar saya mengetahui apakah ada hubungan antara pretasinya di sekolah dengan masalah keterbatasan yang subyek saya miliki.
Occupational Training: informasi yang dihasilkan adalah untuk membantu mendapatkan informasi apakah klien bekerja sesuai dengan kemampuannya. Beberapa orang memiliki kesetiaannya untuk bekerja pada satu perusahaan selama bertahun-tahun, namun untuk sebagian orang banyak juga yang ditemukan tidak setia pada satu perusahaan karena sebab-sebab tertentu yang hanya orang tersebut tahu alasannya, dan sebagai pewawancara yang baik, hal ini perlu ditanyakan.
Marital History : informasi yang dihasilkan adalah mengenai kehidupan rumah tangga klien sendiri, apakah sudah menikah atau belum, atau lajang, atau janda atau jangan-jangan sudah duda? Sebagai interviewee yang baik harus tahu mengenai hal tersebut.
Interpersonal Relationship : penting untuk diketahui, karena untuk melihat seberapa baik klien mampu untuk mempertahankan hubungan dengan teman-temannya, rekan kerjanya, atau tetangganya?? Pengalaman saya menanyakan hal ini kepada subyek dalam salah satu penelitian saya adalah dengan tujuan, agar saya mengetahui bagaimana hubungan subyek saya dengan temannya, atau apakah ada pengaruh yang ditimbulkan dari teman-temannya atau tidak.
Recreational preferences/ Leisure activities : hal yang perlu diketahui dari klien adalah apakah klien ini pernah jalan-jalan? Apakah ini penting untuk ditanyakan? Jawabannya adalah IYA. Karena sejatinya manusia diciptakan dalam keadaan yang seimbang, manusia merasakan lapar, kadang kala juga merasakan kenyang, manusia terkadang senang, terkadang juga bisa merasakan kesedihan. Oleh karena itu, perlu ditanyakan mengenai rekreasi seperti apa yang klien pernah rasakan.
Sexual history : hal yang perlu diketahui juga adalah cerita seksual dari klien. Mungkin terdengar sensitif, oleh karena itu pertanyaan-pertanyaan yang diajukan juga jangan terlalu membuat klien menjadi lebih sensitif. Bagaimana orientasi seksual klien? Apakah ada penyakit menular seksual? Apakah klien pernah dilecehkan seksualnya?, itu adalah petikan beberapa contoh pertanyaan untuk menggali sexual history seseorang, sekali lagi ditekankan! Jangan menanyakan hal yang tidak penting dan menanyakan sesuatu hal yang akan menyakiti perasaan klien, gunakan cara keterampilan dasar untuk berwawancara dengan benar J
Medical history – including significant family medical history : hal yang perlu diketahui juga adalah apakah klien memiliki pengalaman dengan dokter untuk masalah penyakit-penyakit tertentu? Riwayat kesehatan sangat penting untuk mendapatkan informasi mengenai sejarah medis.
Psychiatric/ psychotherapy history : hal ini penting untuk diketahui apakah klien sebelumnya telah didiagnosis dengan gangguan kejiwaan atau tidak. Jika Iya, jangan menganggap bahwa diagnosis tersebut mutlak. Hal inilah yang saya lakukan dalam pengalaman saya. Saya memiliki saudara sebut saja “G”, G ini usianya adalah 18 tahun, namun sifatnya seperti anak kecil, ia tidak sekolah lagi sejak kelas 3 SD dikarenakan menurut pihak sekolah G tidak mampu untuk menerima pelajaran di sekolahnya. Sejak saat itu ia selalu tinggal dengan kedua orang tuanya ditengah-tengah kesibukan kakaknya yang telah bekerja, dan adiknya yang giat belajar. Ibunya sangat memanjakannya, apapun yang G inginkan selalu dituruti, jika tidak dituruti, G selalu kabur dari rumah, dan pernah suatu hari ia melaporkan orangtuanya ke kantor polisi telah menganiaya dirinya, padahal hal ini tidak benar! Menurut keluarga besarnya, G ini sudah “tidak wajar atau tidak waras” lagi, namun saya ketika saya berbicara kepada G mengenai alasannya melakukan hal-hal aneh seperti itu, G mampu menjawab pertanyaan saya seolah-olah ia menjadi penurut. Ketika saya berbicara padanya, saya tidak menduga bahwa ia tidak seperti apa yang dituduhkan oleh orang-orang sekitarnya, melainkan karena kesalahan dalam pola asuh dari orangtuanya lah yang membuat ia menjadi seperti ini,
Legal history : pertanyaan mengenai legal history yang baik adalah “apa pengalaman yang pernah anda alami yang berkaitan dengan sistem hukum atau keadilan?”, maka klien akan menjawab pertanyaan ini lebih akurat dibandingkan dengan “apakah anda pernah memiliki masalah dengan hukum?”.
Alcohol and substance abuse : cara yang baik agar klien lebih terbuka untuk bercerita mengenai pengalamannya dengan alkohol adalah “saya suka sekali minum bir, rasanya enak, lezat lagi tapi hanya sesekali saja, bagaimana dengan anda?”
Nicotine and caffeine consumption : pertanyaan yang bisa ditanyakan adalah “apakah anda suka kopi? Atau teh manis? Kalau iya, anda lebih menyukai yang mana?” kalimat pertanyaan ini sangat baik ditanyakan agar kesan dari pertanyaan ini lebih ringan.


24 Maret 2014

Teknik Keterampilan Dasar Wawancara (Lisa Febriani)


     Ketika kelas Teknik Wawancara pada hari selasa yang lalu tepatnya tanggal 11 Maret 2013, saya mendapatkan informasi yang sangat saya butuhkan mengenai keterampilan wawancara, agar kelak, jika saya mendapatkan tugas untuk melakukan penelitian atau tugas yang mengharuskan saya berwawancara, maka saya dapat mengaplikasikan keterampilan ini. Berikut penjelasan yang dapat saya bagikan:


1. Kemampuan membina rapport
     Rapport adalah upaya untuk menciptakan lingkungan yang hangat dan nyaman, biasanyarapport dilakukan pada saat awal-awal dalam sesi pertemuan, agar interviewee merasa lingkungannya sudah mendukungnya untuk berbicara lebih bebas dan jujur sesuai dengan topik yang ingin di gali pada saat interview tersebut
.
Contoh kasus: Pada saat saya melakukan wawancara dengan salah satu subyek yang berkaitan dengan topik yang saya ambil dalam penelitian tersebut, dan saya mengenal si subyek ini karena subyek ini adalah temannya teman saya. Saya kurang dapat membina rapport dengan baik, dikarenakan suasana tempat wawancara tersebut terlalu bising dan waktunya mendesak, sehingga apa yang terjadi?? Subyek saya sering kali melakukan kesalahan dalam menjawab pertanyaan saya, karena ia sering sekali “tertawa” dan merasa enggan untuk bercerita pada saya, dan menurutnya pertanyaan saya tidak mudah ia mengerti, dan walaupun sudah dilakukan pengulangan pertanyaan, subyek saya pun tetap tidak mengerti katanya. Tidak mengerti atau malu untuk membuka cerita pribadinya pada saya?? Oleh karena itu, lebih baik untuk membina rapport terlebih dahulu, agar wawancara selanjutnya dapat berjalan dengan baik.


2. Empati 
     Empati sangat eratnya dengan rapport, jika ingin berempati maka rapportnya harus baik. Empati adalah kemampuan menghayati pikiran seseorang, agar dapat mengetahui perasaan orang tersebut dalam pengalamannya. 

Contoh kasus: Pengalaman saya dalam melakukan wawancara seputar anak yang memiliki kebutuhan khusus, pada saat ini saya mewawancarai Ibu dari sang anak ini, pada wawancara saya kali ini saya berhasil membina rapport dengan baik, sehingga informasi yang saya dapatkan juga memuaskan. Namun, ketika saya memberikan pertanyaan mengenai bagaimana perasaan beliau yang saat itu memiliki anak dengan keterbatasan, yang mengharuskannya untuk menjaga dan merawatnya setiap waktu, menjaga hati anaknya dalam diskriminasi yang terjadi di lingkungannya, ditambah lagi beliau telah ditinggalkan suaminya yang telah meninggal, beliau menjelaskan hal ini pada saya dengan rasa yakin, dan tegar (itu yang saya lihat), saya mampu mengerti perjuangan beliau dalam merawat anaknya ini, saya mengerti pengorbanan beliau untuk menyembuhkan anaknya ini, namun beliau sendirian, pada saat wawancara berlangsung, beliau menangis, dan apa yang saya lakukan?? Saya juga ikut meneteskan air mata bersama-sama dengan beliau. Hal ini tidak boleh dicontoh, boleh empati tetapi jangan terlalu serius banget empatinya sama interviewee, karena nanti bisa menyebabkan isak tangis yang begitu dalam di antara keduanya.

3. Attending behavior




a. Visual : Pattern of eye contact Ketika sedang wawancara dengan interviewee hendaknya melihat ke arah mata interviewee tersebut, PERHATIKAN! Jangan melihat dengan penuh gelora nafsu dan amarah apalagi bagian-bagian tertentu pada tubuh interviewee, namun perhatikan matanya, agar interviewee merasa dirinya dihargai dan dihormati.
b. Vocal Qualities Tone & speech rate > Tekanan nada dan kecepatan berbicara juga harus dikontrol dengan baik, jangan biarkan nada yang terucap dari seorang interviewer itu terlalu tinggi, dan jangan juga terlalu rendah, karena dapat mempengaruhi jawaban dari interviewee. Contohnya: pada kasus penelitian yang sama seputar wawancara anak berkebutuhan khusus, pada pertanyaan-pertanyaan tertentu nada bicara saya terlalu rendah dan terdengar tidak enak untuk menanyakan hal tersebut sehingga ada keragu-raguan dalam diri saya, sehingga sering kali ibu dari subyek saya ini merasa keingat-ingat lagi dengan masa lalunya, dan membuat beliau tersedih. Intinya harus kenal situasi dan bagaimana cara berbicara dengan gaya yang baik dan benar.
c. Verbal Tracking : Following the client or changing the topic > Interviewer harus peka dalam memilih pernyataan klien yang harus diberi perhatian khusus dan yang harus diabaikan agar wawancara tetap fokus pada tujuan awal. Contohnya masih pada wawancara saya seputar anak berkebutuhan khusus ini, ketika saya dan ibu dari subyek sama-sama menangis, saya menunggu sejenak, sehingga semua emosi bisa sama-sama dikendalikan, setelah itu saya bertanya seputar topik awal, dan bukan mempertanyakan lebih lanjut tentang hal yang sama-sama membuat kami menangis pada saat itu.
d. Body Language : Attentive and authentic  > Dalam hal ini, interviewer harus penuh perhatian dan tulus apa adanya, tidak boleh dibuat-buat. Biarkan semua mengalir apa adanya, dengan ketulusan, maka insyaallah wawancara akan berjalan dengan lancar.

4. Teknik bertanya
a. OPEN QUESTION > Sifatnya tidak mengarahkan. Contohnya “apa yang bisa saya bantu?” atau “apa yang anda rasakan?”
b. CLOSED QUESTION > Pertanyaan yang sifatnya mengarahkan, yakni ketika wawancara sudah berlangsung lama dan ingin segera menetapkan diagnosis yang sesuai untuk klien (jika wawancara dilakukan oleh psikolog), maka pertanyaannya seputar ingin menanyakan apakah ada gangguan tidur atau tidak, jadi pertanyaannya “susah tidur atau tidak?” atau “konsentrasinya gimana?”

5. Keterampilan observasi
Keterampilan Observasi berfokus pada 3 area
a. Perilaku Non Verbal > Ekspresi wajah yang ditampilkan jangan seolah-olah membuat klien menjadi takut atau merasa lebih tinggi dari psikolognya, bahasa tubuh juga mempengaruhi jalannya wawancara (jangan terlalu banyak gerak atau melakukan aktivitas lain yang membuat klien merasa tidak diperhatikan, terakhir yaitu hindari stereotype agar data yang dikumpulkan objektif.
b.  Perilaku Verbal > Memperhatikan klien, dan memperhatikan kata kunci yang disampaikan oleh klien, perhatikan kata kunci akan memudahkan psikolog menemukan masalah apa yang sesungguhnya terjadi pada klien tersebut.
c. Konflik, diskrepansi, dan inkongruensi > Interviewer harus mewaspadai diskrepansi antara tindakan verbal dan nonverbal klien selama wawancara.

Active listening
 Terdiri dari:
1. Encouraging > Interviewer menunjukkan kata-kata yang mendukung seperti “ya..” atau “lalu..” atau “he’eh”, dan perlu mengulangi kata-kata terakhir yang diucapkan oleh interviewee tersebut dengan nada yang berbeda, kalau sama maka akan membuat kejenuhan bagi yang mendengarkannya.
2. Refleksi konten cerita (parafrase) dan refleksi perasaan klien (reflection of feeling). Kalau paraphrase itu sendiri memiliki makna harus fokus pada konten yang diucapkan oleh klien, lalu mengklarifikasikannya kembali, kalaureflection of feeling yakni mengungkapkan apa yang klien rasakan, seperti “sepertinya anda sedih ya..)
3. Menyimpulkan (summarizing> Pada menjelang akhir sesi wawancara, hendaknya memberitahukan terlebih dahulu, serta membuat simpulan mengenai hal-hal yang telah dibicarakan selama jalannya wawancara agar klien merasa psikolognya memperhatikannya.

16 Maret 2014