Rabu, 26 Februari 2014

Wawancara, senjata ampuh bagi penolong (Ratna Sari Dewi)

     Dalam pertemuan kedua dalam kelas Teknik wawancara, mata saya dibukakan begitu lebar dengan statement ci Tasya yang mengatakan bahwa sudah tidak ada lagi test psikologi yang benar-benar valid. Sebab sudah banyak alat test yang beredar luas, dan jalan untuk mengatasi itu adalah melakukan wawancara yang mampu mengali informasi lebih untuk mengungkapkan emosi dan cerita lebih tentang hidup mereka.
     Pada faktanya memang wawancara mampu mengali informasi lebih mendalam, sekaligus klien dalam masalah pada tingkah laku, yang juga bisa memberikan dukungan serta arahan pada klien menangani masalah tingkah laku. Sebab dengan adanya wawancara, informasi yang dgali lebih secara personal dan mampu langsung mengarah pada permasalahan dari klien. Disamping itu wawancara juga menjadi sarana untuk mengeksplorasi diri.
     Yang terpenting dari wawancara adalah saat interviewer membangun rapport dengan interviewee untuk menghindari bias. Dari wawancara, interviewer dapat menemukan kekuatan dan kelemahan klien (interviewee), menemukan level penyesuaian diri, mengenali sebab asal usul masalah klien, dan mengetahui riwayat pribadi dan keluarga klien. Menurut saya stamina dari seorang interviewer mampu mempengaruhi hasil wawancara, apakah keberhasilan (goal) dari wawancara itu mampu tercapai atau tidak, sebab waktu yang digunakan untuk wawancara secara mendalam membutuhkan waktu  yang lama, yang mengakibatkan tingkat konsentrasi interviewer dipengaruhi oleh staminanya.

26 Feb 2014 

Wawancara (Juwita)

Tentunya mahasiswa/i psikologi tidak asing dengan istilah wawancara, karena banyak tugas yang diminta untuk wawancara psikolog atau sseeorang yang ahli dalam bidang tertentu. Kita seringkali mengerjakan tugas untuk mendapatkan nilai. Namun, apa yang kita ketahui tentang wawancara?


Pada tanggal 13 Februari 2014, pertemuan pertama kali di kelas Tehnik Wawancara saya sudah mendapat tugas kelompok untuk mencari definisi wawancara, kelebihan wawancara, kekurangan wawancara serta penerapan wawancara dalam kehidupan sehari-hari dan melakukan wawancara pada seorang ahli dalam bidang pendidikan.

Pada tugas membuat makalah mengenai definisi wawancara, kelebihan wawancara, kekurangan wawancara saya mendapat pemasukan secara teori. Kemudian pada tugas wawancara saya mendapat pendalaman materi mengenai wawancara itu. Kelompok saya melakukan wawancara terhadap salah seorang guru BP dan mengetahui bahwa dengan menggunakan tehnik wawancara kepada murid-murid, seorang guru dapat mengumpulkan informasi nyata mengenai permasalahan murid sehingga dapat membantu meemberikan solusi yang tepat untuk masalah tersebut.

26 Feb 2014

KELEBIHAN, KEKURANGAN, PEMANFAATAN WAWANCARA & ETIKA DALAM WAWANCARA (Rismauli Pratiwi Hutahaean)

Wawancara..
apa sih wawancara itu?

Jujur, awalnya, sebelum saya mengambil kelas wawancara, saya sempat berpikir kenapa HARUS ada yang namanya kelas wawancara?
saya berpikir bahwa wawancara itu sebuah percakapan yang didalamnya mengandung tanya-jawabtidak lebih,,
Lalu..
mengapa harus ada yang namanya wawancara?
untuk apa sih wawancara itu??
kenapa harus dipelajari???

Akhirnya, mau tidak mau, saya akhirnya mengambil kelas Teknik Wawancara juga..

Pertemuan pertama berlangsung pada tanggal 13 Februari..
wah, saya sangat beruntung sekali bisa berada di kelas ini dengan dibimbing oleh dosen yang sangat handal..
singkat cerita saya mendapatkan sebuah titik terang mengenai kelas Teknik Wawancara ini..
kata-kata yang paling saya ingat yaitu kelak menjadi psikolog, kita harus memiliki yang namanya CINTAcinta di sini bukan cinta yang sebarang cinta, tapi ada kepanjangan, maksud, dan ada artinya..
Customer Service = tulus dalam memberikan pelayanan, tidak memandang orang itu dari kelas mana.
INtegrity = jujur, apapun yang terjadi harus siap untuk berkata jujur.
Togetherness = mencoba memahami, mendengarkan, dan ada kebersamaan.
Achievement = intinya mengembangkan ilmu yang sudah dimiliki, tidak disimpan seorang diri saja.

dan satu lagi yang tidak bisa saya lupakan mengenai PANCA INDERA.. hehhee
apa saja itu??
1. MATA = Melihat
   kita punya mata yang harus digunakan dengan baik, digunakan untuk
   melihat dengan jeli..
2. MULUT = Berbicara,,
   kita punya mulut yang harus kita jaga dengan baik, menyampaikan
   apa yang perlu disampaikan. Dalam proses penyampaiannya juga
   harus dengan benar, tidak melebih-lebihkan hasil, intinya yang disampaikan
   harus bersifat membangun, bukan membuat kondisi orang menjadi
   semakin memburuk.
3. TELINGA = Mendengarkan..
   kita jangan asal mendengar saja, tapi kita harus menjadi
   pendengar yang baik..
   mencoba menyimak dan memahami apa yang dialami,
   mencoba mencerna apa yang disampaikan..
   Karena apa, KARENA ITU TERSIRAT BUKAN TERSURAT..
4. OTAK = Berpikir..
   Kita harus mengendalikan kehidupan kita..
   kita mempunyai kemampuan untuk berpikir..
   JADI.. Apa yang dilihat, didengar, dan diucapkan HARUS SESUAI..!!!!
5. HATI = You're feel.. Nuranimu..
   Yup, hatimu adalah nuranimu..
   Jika nuranimu tidak tulus, maka tidak akan pernah menerima apapun..

Baiklah, selanjutnya masuk pertemuan kedua pada tanggal 20 Februari 2014, tapi kali ini yang menyampaikan pembahasan adalah asisten ibu HW, yaitu Ci T..
Nah, topik ini dibahas secara dalam lagi..
Jadi, Wawancara itu digunakan untuk mengumpulkan informasi agar dapat menyelesaikan masalah..
Kenapa demikian?
Karena dalam proses pengumpulan informasi dari seseorang, diberikan pertanyaan yang akan dijawab oleh klien. Kita sebagai seorang psikolog, bukan hanya menilai apa yang disampaikan oleh klien, tapi kita juga mengobservasi klien lewat bahasa yang disampaikannya, bahasa tubuhnya seperti apa dalam penyampaiannya, dan kita juga bisa liat cara klien mengungkapkan emosinya seperti apa..

Kegunaan wawancara juga sebagai sarana pengumpulan data, untukmengembangkan rapport dan mendorong klien untuk melakukan eksplorasi diri, memberikan informasi yang sangat berguna yang mungkin tidak dapat diperoleh dengan cara lainlalu kita dapat memeriksa kebenaran atau makna hasil tes, dan memberikan gambaran serta solusi mengenai permasalahan yang terjadi

Wawancara juga bukan sekedar percakapan biasa, karena dalam wawancara sudah tersusun daftar-daftar pertanyaan yang hendak akan ditanyakan, kemudian yang akan ditanyakan bersifat mengenai pribadi klien, baik itu yang bersifat menyenangkan dan tidak menyenangkan, dan selanjutnya, pewawancara harus memiliki pengetahuan yang mendalam dan luas, gunanya untuk mengkaji apa yang dijawab oleh klien secara lebih dalam, gunanya untuk mendapatkan hasil dan data. 

Wawancara juga memilki hal penting untuk disadari
1. Awareness..
   Interviewer harus menyadari bahwa setiap orang memiliki nilai-nilai, asumsi,
   dan pandangan yang berbeda-beda.
   Hal tersebut dapat menimbulkan berbagai bias,
   baik dari diri klien maupun dari diri interviewer sendiri.
2. Knowledge..
    Seorang interviewer perlu untuk mengetahui terlebih dahulu  mengetahui
    latar belakang klien, baik riwayat dan masalah yang dihadapi. tidak hanya itu,
    interviewer juga harus memiliki pengetahuan yang luas dan punya sedikit
    gambaran umum mengenai budaya dan etnis klien.
    Dengan demikian, interviewer dapat mengetahui sebab-akibat yang terjadi
    lewat kasus yang disampaikan klien.
    Contohnya: Suami istri berantam hampir setiap hari dirumah,
    dikarenakan suami selalu berbicara pada istrinya dengan suara yang
    kuat dan keras. Hal ini menyebabkan sang istri tidak tahan berada dirumah
    dan ingin bercerai.
    Satu sisi ketika kita mendengarkan cerita yang sepenggal ini,
    mungkin kita akan mengatakan bahwa semuanya terjadi
    karena salahnya suaminya. Namun, ketika kita cari tahu lebih dalam,
    ternyata suami klien merupakan suku batak.
 3. Skills..
    Interviewer harus dapat menyesuaikan metode dengan budaya
    yang klien miliki.
    Interviewer juga harus dapat menyesuaikan diri dengan bahasa dan
    status sosial ekonomi klien..
    Contohnya: ketika mendapatkan klien yang berbahasa jawa dan
    dia hanya bisa menggunakan bahasa itu, maka kita juga menggunakan
    bahasa yang sama. Jika tidak bisa, kita minta tolong dan bertanya
    pada teman yang bisa menggunakan bahasa Jawa untuk membantu kita.

Ternyata kelas ini sangat asik dan menarik, walaupun tugasnya bikin rambut keriting yah.. Hahaha
Tapi, saya TIDAK MENYESAL karena saya telah memilih ini, saya merasa BERTERIMAKASIH, karena dari kelas TEKNIK WAWANCARA ini, saya bukan hanya mendapatkan ilmu pembelajaran, tapi saya juga mendapatkan motivasi, saya bisa dibimbing langsung oleh dosen HW yang handal, saya juga mendapatkan banyak sekali kata-kata yang sangat membangun, yang mungkin tidak bisa saya dapatkan di semua kelas..

26 Feb 2014

Wawancara (Venessa Fulvia)

Jika kita mendengar kata wawancara, apa yang terlintas dalam benak kita?  apakah kegiatan tanya jawab? apakah berhubungan dengan reporter? atau apapun itu yang terlintas di kepala kita. 


Karena saya mahasisiwi Fakultas Psikologi, maka saat mendengar kata wawancara, maka pertama kali reaksi saya adalah menarik lalu menghela nafas panjang, karena menurut saya melakukan wawancara adalah hal yang sulit, memakan waktu, dan tidak mudah untuk dijalankan, JIKA kita tidak mengerti dasar yang harus dilakukan dan hanya asal-asal saja dalam mengerjakannya. Namun hari demi hari berlalu, hingga  tiba saatnya saya dituntut untuk mulai belajar melakukan metode wawancara. Awalnya saya berpikir wawancara hanya sebatas proses tanya jawab berdasarkan pertanyaan yang telah saya buat, istilah mudahnya saya bertanya dan ia menjawab. Namun setelah mulai mencoba menjalani proses wawancara itu sendiri, ternyata tidak sebegitu simpel dan mudahnya melakukan wawancara jika kita hanya asal membuat pertanyaan dan menanyakannya. Justru dari dasar pertanyaan yang kita buat, kita harus bisa mengembangkan pertanyaan tersebut untuk menggali informasi lebih lagi tentang hal-hal yang kita ingin ketahui agar kita menjadi kaya akan informasi.

So, apa sih itu wawancara?  
Menurut Morrison (2008), wawancara adalah proses mengumpulkan informasi dari seseorangdengan memberikan pertanyaan yang akan dijawab pasienmerupakan cara menolongseseorang ketika mereka membicarakan tentang diri mereka, dan meminta pasien untukmengungkapkan emosi dan cerita kehidupan pribadi mereka.

Lalu apa bedanya wawancara dengan percakapan biasa?
Wawancara mempunyai urutan dan dilaksanakan dengan tema yang relevan dan spesifik, dapat saja membicarakan fakta atau perasaan yang tidak menyenangkan, sangat penting bahwa pewawancara harus memiliki pengetahuan tentang area yang tercakup dalam wawancara, bertujuan untuk mengumpulkan informasi, membangun hubungan, memperbesar pemahaman pewawancara dan klien terhadap masalah tingkah laku, memberikan dukungan dan arahan dalam membantu klien menangani masalah tingkah laku.  

Kegunaan wawancara?
Sebagai sarana pengumpulan data selama evaluasi psikologis, sarana untuk mengembangkanrapport dan mendorong klien untuk melakukan eksplorasi dirimelengkapi data tes psikologis, dan memberikan informasi yang sangat berguna yang mungkin tidak dapat diperoleh dengan cara lain seperti observasi tingkah laku, maupun reaksi klien.


Jadi wawancara adalah suatu sarana atau kegiatan untuk mencari dan menggali informasi yang dibutuhkan. Terutama kita para calon psikolog, wawancara disertai dengan observasi merupakan senjata yang harus dikuasai untuk mencari data dan informasi. Selain itu kelebihan wawancara yang lain ialah merupakan suatu teknik utama yang dapat diandalkan dalam proses pengambilan informasi di berbagai setting. Hal yang perlu diperhatikan sebagai pewawancara ialah kita harus mengetahui dan menguasai prosedur dalam wawancara, kita juga perlu memberitahu orang yang hendak diwawancara mengenai tujuan-tujuan yang hendak dicapai melalu wawancara tersebut. Kita dapat memulainya dari membangun rapportyang baik, yaitu dengan melakukan hal-hal dasar seperti memberi salam yang hangat, mempersilahkan duduk, bertanya mengenai kabar, semua dilakukan agar dapat mencairkan suasana.

26 Feb 2014

Teknik Wawancara (Virna Anggraini)

    Menurut Ivey, Ivey, & Zalaquett (2010) mengungkapkan wawancara adalah proses paling dasar untuk mengumpulkan informasi, penyelesaian masalah, dan informasi psikososial. Karena dengan menggunakan wawancara interviewer dapat langsung megetahui bagaimana klien menjawab setiap pertanyaan yang diajukan oleh interviewer. Kemudian juga dapat mengetahui reaksi yang terjadi pada klien saat dilontarkan pertanyaan demi pertanyaan. Sehingga interviewer dapat mengetahui benar dan mengerti tentang apa yang sebenarnya diceritakan oleh klien. Namun, wawancara juga bisa membuat interviewer menjadi bias saat pertama kali memberikan kesimpulan tentang klien dengan melihat tampilan fisiknya atau perilaku yang muncul. Tetapi, pada dasarnya wawancara adalah cara yang terbaik dalam mengumpulkan berbagai data, karena dengan wawancara interviewer dapat menggali apa saja, dari klien juga dapat menjadi lebih terbuka dengan interviewes. Sehingga banyak hal yang bisa didapatkan dari wawancara. Namun, dalam melakukan wawancara yang baik juga sangat diperlukan beberapa macamskill untuk dapat lebih memahami diri klien.

     pada kesempatan saya dengan kelompok melakukan wawancara kepada salah seorang HRD disuatu perusahaan saya juga mendapatkan beberapa cerita-cerita dari pengalaman subjek yang saya wawancara. subjek bercerita kalau subjek bertemu dengan berbagai macam orang dengan berbagai karakteristik yang muncul pada saat di wawancara. namun, yang paling menarik adalah pada saat subjek bertemu dengan salah satu orang yang diwawancara dengan memiliki kepribadian tertutup, karena pada saat itu menurut saya keahlian sebagai seorang HRD tentunya dibutuhkan untuk dapat menggali dan mendapatkan informasi yang dibutuhkan dalam perusahaan tersebut. dan tentunya perlu teknik khusus untuk mendapatkan informasi dari orang yang tertutup karena kita tidak bisa memaksa orang tersebut untuk bercerita namun dari penuturan subjek yang saya wawancara memerlukan menanyakan hal satu-persatu kepada orang yang tertutup tersebut agar bisa mendapatkan informasi yang dibutuhkan. jadi, sebenarnya sangat menarik mempelajari teknik wawancara. 

26 Feb 2014

KELEBIHAN, KEKURANGAN, PEMANFAATAN WAWANCARA DAN ETIKA DALAM WAWANCARA (Lawita Fransiska Simbolon)


Menurut Ivey, Ivey & Zalaquett (2010) wawancara merupakan proses paling dasar untuk mengumpulkan informasi penyelesaian masalah dan informasi psikososial. Wawancara biasanya dilakukan dalam short term, yaitu sebanyak 1 atau 2 sesi.
Morrisson (2008) menyatakan bahwa wawancara adalah proses untuk mengumpukan informasi dari seseorang dengan memberikan pertanyaan yang akan dijawab pasien. Wawancara yang dimaksud merupakan cara untuk menolong seseorang ketika pasien membicarakan tentang dirinya. Dalam wawancara, terdapat aktivitas yang meminta pasien untuk mengungkapkan emosi dari kehidupan pribadinya.

Apa perbedaan wawancara dengan percakapan biasa?
1. Dalam proses wawancara, terdapat urutan-urutan dan dilaksanakan dengan tema yang relevan dan spesifik.
2. Dalam proses wawancara, subyek akan membicarakan fakta atau perasaan yang tidak menyenangkan
3. Dalam proses wawancara, pewawancara harus memiliki pengetahuan yang tercakup dalam wawancara

Apa tujuan dilakukannya wawancara?
Selama proses wawancara, maka pewawancara dapat mengumpulkan informasi, membangun hubungan dengan subyek, memperbesar pemahaman antara pewawancara dengan klien terhadap masalah tingkah laku, memberikan dukungan dan arahan dalam membantu klien menangani masalah tingkah laku. Dalam melakukan wawancara, sebaiknya ditutup dengan saran-saran dan motivasi. Hal itu berguna agar klien tidak menjadi drop.

Apa perbedaan Konseling dengan Wawancara?
1. Dalam konseling, prosesnya lebih intensif dan personal, yaitu tidak perlu didampingi orang lain (mis: orang tua)
2. Dalam konseling, fokusnya adalah untuk menolong seseorang untuk menyelesaikan masalah sehari-hari
3. Biasanya proses konseling dilakukan oleh tenaga ahli yang profesional (mis: psikolog)

Apa perbedaan Psikoterapi dengan Konseling dengan Wawancara?
Psikoterapi dilakukan lebih intensif. Fokus-fokusnya lebih kepada masalah-masalah kepribadian maupun perilaku (Axis 1 dan Axis 2). Maka dari itu, dibutuhkan baseline yang baik yang didapatkan melalui proses wawancara.

Apa kegunaannya?
Pertama adalah untuk mengumpukan data. Proses-proses yang dilakukan selama pengumpulan data, yaitu:
a. mengembangkan rapport. Sebelum proses wawancara/konseling/psikoterapi dilakukan, maka perlu adanya rapport. Rapport bisa dikatakan juga sebagai proses "basa-basi" yang dilakukan oleh pewawancara kepada klien. Proses ini misalnya saja seperti menanyakan identitas subyek.
b. Memeriksa kebenaran atau makna hasil tes
c. Memberikan informasi yang sangat berguna (bisa saja dilakukannya observasi)
Kedua, berguna untuk meramalkan tingkah laku masa depan. Ketika klien telah berhasil diwawancarai, biasanya pewawancara akan memprediksi apa yang terjadi atau dilakukan oleh klien di masa mendatang.
Hal-hal yang bisa didapatkan, yaitu menemukan kekuatan dan kelemahan klien. Selain itu, tenaga ahli dapat menemukan level penyesuaian dalam diri klien. Tenaga ahli juga mampu mengenali sebab atau asal-usul klien. Pada akhirnya, tenaga ahli dapat mengetahui riwayat pribadi dan masalah dari keluarga klien.

Berbagai hal yang penting untuk mencapai tujuan wawancara:
1. Awareness
Awareness merupakan asumsi, nilai-nilai pribadi yang berbeda. Hal ini bisa menyebabkan bias karena bersifat subyektif. Misalnya saya A melihat pasangan homoseksual sebagai pasangan yang tidak sesuai dengan prinsipnya, maka psikolog tersebut akan menyerahkan pasangan homoseksual tersebut ke psikolog lain. Kejadian ini membuat psikolog tersebut menjadi sadar akan kemampuan dan kemauannya.
Berikut ini adalah macam-macam interviewer bias:
a.) Halo effect, yaitu interviewer berusaha mengembangkan impresi umum. Misalnya saja bertemu dengan klien yang berjalan dengan badan tegap dan menaikan dagu. Maka interviewer akan menilainya sebagai individu yang sombong.
b.) Confirmatory bias, yaitu mengarahkan wawancara untuk mendapatkan informasi yang membenarkan. Dalam kasus ini, interviewer hanya menyediakan dua pilihan. Bisa juga saat awal masuk mencurigai adanya sintom, "Kamu akhir-akhir ini.........." kemudian mencocokan sintom dengan pasien.
c) Primary effect, yaitu karakteristik luar biasa dari klien (tingkat pendidikan, penampilan fisik, dsb) sampai membuat interviewer kurang percaya diri untuk menghadapi klien.
Berikut ini adalah macam-macam dari interviewee bias:
1. menyajikan hal-hal yang baik-baik; dan
2. menyajikan hal-hal yang tidak benar
Indikasinya adalah karena klien berbohong, mengalami delusi dan interviewer belum membina rapport.

2. Knowledge
Dalam melakukan proses wawancara atau konseling atau psikoterapi, sebaiknya tenaga ahli perlu memiliki pengetahuan memiliki dasar-dasar psikopatologi dan klasifikasi diagnostik. Tenaga ahli juga perlu mengetahui dampak peristiwa dalam kehidupan dan pengalaman. Dalam proses tersebut, kebudayaan juga merupakan unsur yang penting. Individu menjadi subyektif jika tidak memperhatikan unsur kebudayaan. Tenaga ahli perlu mempelajari dan mengenali aneka kebudayaan klien tentang bagaimana budaya tersebut berpengaruh terhadap kehidupan klien. Ternyata, budaya dan etnis juga berpengaruh terhadap manifestasi simtom dan sikap terhadap treatment.

3. Skills
Dalam melakukan wawancara dan konseling dan psikoterapi, maka perlu memperhatikan kemampuan pada diri tenaga ahli dan subyek maupun klien. Tenaga ahli perlu menyesuaikan metode, bahasa dan status sosial ekonomi dengan budaya klien. Dalam hal ini, tenaga ahli perlu menyesuaikan diri dengan bahasa sehari-hari dari klien atau subyek. Tenaga ahli harusnya mampu berempati dengan orang lain. Selain itu, perlu adanya keterampilan sosial yang sesuai, kemampuan berhubungan secara efektif dan memberikan kenyamanan kepada orang lain.

ETHICS, MULTICULTURAL, COMPETENCE, AND WELLNESS
(Ivey & Ivey, 2010)

Ethical Principles In Interviewing, Counseling And Psychotherapy
1) Competence
Dalam melakukan proses wawancara, konseling dan psikoterapi, maka treatment yang diberikan harus sesuai kemampuan tenaga ahli. Tenaga ahli sebaiknya mencari supervisor ketika mengalami kesulitan. Tindakan refer appropriately (menyerahkan ke tenaga ahli lain) jika menghadapi masalah klien yang kurang sesuai dengan kemampuannya.

2) Informed Consent
Informed consent merupakan materi yang sangat penting dalam melakukan proses wawancara, konseling dan psikoterapi. Informed consent menunjukan bahwa subyek atau klien bersedia untuk diwawancarai atau diterapi. Terdapat data-data yang terdapat dalam informed consent, seperti:
- Tujuan wawancara
- Instrumen yang digunakan
- Total waktu
- Penjadwalan dan pembatalan
- Struktur biaya
- Hal-hal yang diharapkan dari klien selama proses berlangsung
- dsb

3) Confidentiality
Menjaga rahasia orang lain merupakan satu hal yang harus dilakukan oleh setiap orang, terutama profesional. Ketika permasalahan seseorang diketahui orang lain, menjadi kemungkinan jika klien merasakan kecemasan, depresi bahkan sulit mempercayai orang lain. Akibatnya, klien tidak mampu membagikan masalah dan hanya bisa menyimpannya sendiri.
Terdapat hal-hal yang perlu diperhatikan dalam confidentiality:
1. Kerahasiaan memberikan kepastian
2. Jaminan yang memungkinkan klien untuk benar-benar membuka informasi
3. Klien tidak perlu menceritakan hal-hal yang tidak ingin diceritakan

4) Power
a. Power differentials
b. Dual or multiple relationship

5) Social Justice and Advocay
a. menjadi sadar pada konteks sosial dari klien mungkin adalah penyebab dari masalah klien
b. Don't blaming the victim

26 Feb 2014

Selasa, 25 Februari 2014

Mengenal lebih dalam Teknik Wawancara (Yorwendy Cungipta)


Apakah wawancara itu ?

Mengapa wawancara dilakukan?

Pastinya banyak pertanyaan-pertanyaan yang ada diotak kalian saat akan mengerjakan tugas atau penelitian yang berbau kualitatif ini.Teknik wawancara merupakan salah satu assesmen pengumpulan, proses paling dasar untuk mengumpulkan informasi, penyelesaian masalah, dan informasi psikososial (Ivey, Ivey, & Zalaquett, 2010).



Dengan wawancara kita dapat mengali informasi dari seseorang untuk mengetahui apa yang seharusnya kita lakukan dalam pengambilan keputusan. Dalam dunia psikologi, data yang kita dapatkan akan sangat berguna untuk memilih atau membuat treatment yang tepat. Pada saat Konseling, wawancara membutuhkan proses yang lebih intensif dan personal dibandingkan dengan wawancara. Karena pada tahap ini kita harus berfokus untuk menyelesaikan masalah orang lain. Masalah ini berhubungan kesejahterahan hidup pasien, untuk itu kita harus membina raport dan jangan sampai kita menganggu kenyamanan diri pasien.



Tetapi teknik wawancara tidak dapat berdiri sendiri. Lebih tepatnya semua Assessmen psikologi tidak dapat berdiri. Untuk itu teknik wawancara paling tepat dilakukan bersamaan dengan Observasi. Karena valid atau tidak data yang kita dapatkan akan langsung diketahui, sehingga kita dapat menyusun pertanyaan berdasarkan data dari metode observasi. Dengan begitu, kita akan kaya informasi berdasarkan bahasa nonverbal dan verbal.



Tidak mudah dalam melakukan teknik wawancara, kita harus berhati-hati dengan bias-bias yang sering terjadi pada saat interview. Yang pertama adalah Halo Effect, kecenderungan untuk mengeluarkan pendapat/kesan sendiri tentang seseorang, lalu mencampur adukan kesan kita dengan data yang kita dapat. Halo effect ini dapat membuat kita mengarahkan jawaban seseorang itu menjadi jawaban yang kita percaya atau kita yakini. Yang kedua adalah Confirmatory Bias, yaitu kita mempunyai kesimpulan awal tentang seseorang, lalu kita akan mendukung kesimpulan itu sehingga kita hanya akan menanyakan pertanyaan yang berhubungan dengan kesimpulan itu saja. Yang ketiga adalah Primary Effect yaitu, kita berpikiran bahwa kita lebih rendah dari pasien kita, istilahnya kita menjadi keder atau ngedown karena melihat karakteristik fisik atau tingkat pendidikan pasien kita.



Bias wawancara juga dapat terjadi dari sisi Intervee. Terkadang intervee Hanya menyajikan hal-hal yang baik saja atau berbohong pada saat wawancara. Pewawancara harus membina hubungan baik dan mengembangkan trust intervee. Mengembangkan pengetahuan yang besar berguna mendeteksi apakah hal yang sampaikan intervee benar atau tidak.



Ethnics, Multiculturan Competence, and Wellness



Sebagai psikolog kita harus menjaga kepercayaan dari pasien, untuk itu instruksi sebelum wawancara atau sesi terapi harus diberikan secara terperinci, baik itu segi biaya, waktu, instrumen yang akan digunakan dan perjanjian ataupun pembatalan janji. Penting untuk menjaga kerahasiaan pasien untuk menjaga Confidential karena confidential tersebut dapat memberikan kepastian terhadap pasien dan untuk selanjutnya dapat memungkinkan klien untuk benar-benar membuka informasi rahasia tampa rasa takut.





18 Feb 2014

Tehnik wawancara (Syifa Saviriandini)

Wawancara merupakan salah satu cara yang dipakai dalam psikologi. Tidak hanya dalam bidang psikologi, wawancara juga dipakai dalam beberapa bidang pekerjaan. Pengalaman saya dalam mengerjakan tugas kuliah yang membutuhkan atau mengharuskan metode wawancara, menurut saya metode ini cukup efektif untuk mengambil atau mencari data. Karena dengan metode wawancara kita bisa menggali lebih dalam apa yg ingin kita gali dalam memecahkan suatu masalah. Selain itu dengan wawancara kita pasti bertemu langsung dengan orang yang ingin kuta wawancarai dan kita bisa melihat body language dari orang yang menjadi subyek kita. Dengan begitu kita bisa menganalisis apakah subyek kita berbohong atau tidak. Bagaimana kepribadiannya apakah terbuka atau tertutup.selain itu kita juga bisa melihat kontak matanya bagaimana, cara bicara dan perilakunya.


Tetapi disisi kelebihan yang ada dalam metode wawancara ini , ternyata metode ini juga memiliki kekurangan. Seperti, orang yang pernah atau berpengalaman diwawancarai akan mengetahui apa yang dinilai dari wawancara tesebut yang akhirnya membuat orang itu berperilaku baik saat diwawancarai padahal belum tentu dan akhirnya menghasilkan bias atau biasa juga informasinya kurang akurat karena mewawancarai 2 orang atau lebih. Dalam mewawancarai seseorang kita harus berhati hati dalam pemilihan kata dan sesuaikan juga dengan bahasa subyek agar subyek lebih mengerti maksud pertanyaan yg dimaksud.

Manfaat metode ini dalam bidang psikologi sangat banyak. Dalam bidang klinis kita bisa menganalisis gangguan atau masalah yg dialami klien, selain itu kita bisa melihat perilakunya seperti apa saat ia bercerita dan akhirnya dapat menjelaskan gangguan atau kondisi dari pasien. Dalam bidang pio kita bisa melihat perilaku juga dan dapat memprediksi kedepannya dari hasil wawancara itu apakah orang tertentu cocok dengan pekerjaan seperti ini atau apakah bisa bertahan dengan pekerjaan seperti ini.

25 Feb 2014

Be a great interviewer, but please don’t be the one “kepo” (Yosi Rahma Putri)



Senang sekali rasanya pada hari ini akhirnya dapat mengikuti kuliah Teknik Wawancara. Suasana kelas yang interaktif, membuat mahasiswa sampai tertawa mendengar penjelasan dosen yang sangat menyenangkan.
 
Saya ingin berterima kasih kepada Ibu Henny E. Wirawan, M.HUM., PSI., PSIKOTERAPIS, CGI, QIA, CRMP dan Ibu THEOZIPHA NATHASA P. C., M.PSI. selaku dosen Teknik Wawancara. Karena berkat penjelasan materi tentang Teknik Wawancara dari beliau, akhirnya saya membuat sebuah blog untuk pertama kalinya dalam hidup saya. (lebay mode on, but its true!)


Be a great interviewer, but please don’t be the one “kepo”

Setiap manusia memiliki kebutuhan akan knowledge, maka sangat wajar jika manusia memiliki rasa keingintahuan yang tinggi. Oleh sebab itu maka munculah sebuah Teknik Wawancara yang merupakan salah satu cara untuk memenuhi kebutuhan manusia akan knowledge, mencari tahu sebuah fakta yang akurat.
"Asiiiiik! Akhirnya gue lolos tahap seleksi, dan minggu depan gue harus dateng ke kantor nih, soalnya bakalan diinterview". Ketika kita mendengar kabar gembira dari salah satu kerabat yang masuk tahap seleksi kerja, biasanya akan berlanjut ke tahap selanjutnya yaitu tahap interview atau wawancara.

Wawancara atau interview sudah tidak asing lagi bagi kebanyakan orang, khususnya yang berusia di atas 17 tahun. Mengapa demikian? Karena pada usia di atas 17 tahun masyarakat cenderung lebih aktif mencari tahu tentang dunia pekerjaan. 

Pengertian dari wawancara atau interview adalah proses paling dasar untuk mengumpulkan informasi, penyelesaian masalah, dan informasi psikososial (Ivey, Ivey, & Zalaquett, 2010)

Dalam dunia pekerjaan wawancara dilakukan untuk negosiasi gaji yang sudah disepakati, mengklarifikasi kemampuan pelamar kerja agar sesuai dengan jabatan yang akan diterima.
Wawancara pun cenderung bersifat short term, hanya dilakukan satu atau dua sesi (Ivey, Ivey & Zalaquett, 2010). Maka dalam ketika tahap wawancara telah selesai, pelamat kerja akan mengetahui hasil dari wawancara tersebut apakah diterima atau ditolak. Setelah hasil tersebut sudah diterima, maka tidak ada lagi sesi wawancara.

Namun wawancara sering dianggap sama dengan sebuah percakapan.  
Menurut Sukandarrumidi (2004) wawancara adalah proses tanya jawab, dimana terdapat dua orang atau lebih yang berhadapan secara fisik, dan dapat mendengarkan suara percakapan dengan telinga sendiri.

Proses tersebut juga terjadi ketika sedang melakukan sebuah percakapan, karena adanya komunikasi antar individu. Lalu apakah wawancara itu sama dengan percakapan biasa? Jawabannya adalah tidak sama. Karena wawancara lebih terstruktur terhadap apa yang akan ditujukan kepada seseorang dan memiliki tujuan yang jelas. Beberda dengan sebuah percakapan yang hanya membicarakan topik tertentu yang diinginkan, tanpa adanya panduan yang sistematis dalam melakukan interaksi antar individu.

Selain dunia pekerjaan wawancara juga biasa dilakukan dalam dunia pendidikan.
Seperti yang telah disampaikan oleh salah satu guru BK (Bimbingan Konseling) SMA,“wawancara itu tuh sering kita pake biar tahu gimana kondisi siswanya, karena dengan melakukan wawancara kita berhadapan langsung dengan siswanya, sehingga dapat memahami kondisi yang sebenarnya”.

Namun dalam dunia pendidikan wawancara tidak selalu berjalan dengan lancar, karena kondisi para siswa yang kooperatif membuat wawancara menjadi terhambat seperti yang dikatakan guru BK SMA, “kita juga susah buat wawancara siswa, soalnya tuh mereka kan udah ada kegiatan belajar dari pagi sampe sore, trus kalo pulang jam 4 mereka langsung aja pulang ke rumah, padahal udah ada janji buat nemuin di ruang BK. Apalagi kita juga sebagai guru sebenernya jauh lebih lelah. Jadi sebagai guru BK harus mengerti kondisinya untuk melakukan wawancara memang tidak mudah”.

Wawancara juga dapat menjadi metode pelengkap, alat verifikasi terhadap data yang diperoleh dengan metode observasi.

Seperti yang dilakukan oleh guru BK SMA, setelah melakukan wawancara terhadap siswa, maka langkah selanjutnya melakukan observasi dan sociometric untuk melihat kecocokan terhadap apa yang dikatakan dengan apa yang telah dilakukan siswa.

Satu hal penting yang membedakan antara wawancara dengan percakapan biasa adalah
bahwa dalam wawancara interviewer (pewawancara) harus memilliki pengetahuan terlebih dahulu tentang area yang tercakup dalam wawancara.
Selain itu dalam wawancara mungkin saja membicarakan fakta atau perasaan yang tidak menyenangkan.

Seperti pada saat saya mewawancarai seorang ibu yang memiliki anak autism. Lalu saya sebagai interviewer (pewawancara) harus mengetahui bagaimana dukungan dari keluarga interviewee (orang yang diwawancarai). Lalu kedua mata intervieweemulai berkaca-kaca, namun tetap menceritakan bagaimana kondisi pada saat itu justru dari keluarganya yang tidak memberikan dukungan, tetapi justru datang dari para tetangga interviewee.

Proses wawancara tersebut tetap berjalan kondusif, karena pada saat sebelum melakukan wawancara interviewee telah menyetujui informed consent yaitu persetujuan mengenai proses wawancara antara interviewer dengan interviewee.Karena dengan proses wawancara ini interviewee justru ingin berbagi informasi dengan orang lain yang seputar autism.


Oleh sebab itu jika ingin melakukan sebuah wawancara, gunakannlah pertanyaan5w+1h.
Akan lebih baik jika meminimalisir pertanyaan "ya" atau "tidak". Dengan mengajukan pertanyaan dengan kalimat terbuka, maka akan mendapatkan informasi yang lebih kaya dan jelas.

Dalam melakukan wawancara sebaiknya bersikap netral.
Karena jika sudah memiliki sikap prasangka terhadap interviewee, maka pertanyaan-pertanyaan yang akan diajukan akan menjadi tidak fokus pada tujuan. Tidak menutup kemungkinan akan menimbulkan ketidaknyamanan interviewee, sehingga akan memberikan jawaban yang bukan sesungguhnya.

Contoh: Pelaku kejahatan sandal jepit.

"Ohh...Jadi elu itu yang suka ngilangin sendal di mesjid yaa? Kan mesjid itu tempat ibadah emangnya elu ga tau? Trus emangnya elu ga takut dosa? Kalo gw jadi elu sih takut bangetlah pastinya, nanti kan bisa digebugin orang sekampung isshhh! Kok elu ga mikir kayak gitu sih?"

Pertanyaan tersebut sudah menunjukan pendapat pribadi yang negatif dariinterviewer. Sehingga menimbulkan rasa tidak nyaman pada interviewee, suasana wawancara pun sudah tidak kondusif
dan menyebabkan hasil wawancara tidak akurat.

Maka yang perlu dilakukan adalah probing. Yaitu mengembangkan pertanyaan yang telah dibuat, agar mendapatkan informasi yang lebih kaya dan akurat.

Contoh: 
 
x: apa yang sudah abang lakukan pada hari ini?
y: hmmm, saya tadi tidur neng... terus bangun... ehh terus tidur lagi... terus ke mesjid
x: oke, jadi abang setelah bangun tidur ke masjid yaa. Lalu sesampainya di mesjid apa yang abang lakukan?
 y: iya ke masjid, nyampe terus tidur-tiduran trus solat trus tidur eh pas mau pulang baru inget kalo saya gapake sendal!
x: oke, lalu apa yang membuat abang bisa lupa tidak pake sendal?
y: yaa soalnya saya kan kuli bangunan neng, trus kepala saya ketimpuk sama batu bata gitu, "gedebuuuuuuug" gitu lah neng bunyinya, saya ampe pingsan juga. Tau-tau udah ada di puskesmas.
x: ohh begitu yaa bang, lalu apa kata dokter di puskesmas?
y: kata dokter lumayan parah lah, ini bisa ilang ingatan gitu neng. Makanya saya langsung buru-buru ambil sendal orang soalnya mau ke puskesmas lagi. Dokter bilang kalo ga cepet-cepet diperiksa lagi nanti bisa ilang ingatannya 1000% ilang neng...
x: ohh begitu yaa, jadi abang takut kalo hilang ingatan yaa?
y: iyalah neng, soalnya tuh abang ga mau lupa sama pacar abang soalnya dia tuh "fers lop" abang deh! Ibarat sendal jepit nih neng, abang rela diinjek-injek yang penting nempel melulu selalu sama dia neng.....
x: ohh gitu, oke bang makasih ya udah mau cerita. Semoga abang cepet sembuh yaa, biar bisa kerja lagi dan bisa selalu setia sama "fers loph" nya abang....

Selain probinginterviewer sebaiknya bisa mengembalikan kondisi seperti semula. Karena setelah bercerita sebuah musibah, akan timbul perasaan negatif kembali dari interviewee. Salah satu caranya adalah dengan memberikan dukungan atas musibah yang telah dialami interviewee. 

Demikian pembahasan mengenai wawancara, semoga dengan membaca blog ini akan memberikan manfaat dalam melakukan wawancara ataupun percakapan sehari-hari.


25 Feb 2014

Interview (Kresentia Stefanie)

     Mendengar kata wawancara bukanlah kata yang asing lagi bagi kita semua. Mungkin beberapa dari kita beranggapan bahwa wawancara hampir sama saja dengan mengobrol santai dengan teman atau hanya sekedar bercakap-cakap. Dalam bidang psikologi wawancara itu adalah suatu proses yang paling dasar untuk mengumpulkan informasi, penyelesaian masalah dan informasi psikososial ( Ivey, Ivey, & Zalaquett, 2010). Ada juga tokoh lain yang mengungkapkan pengertian tentang wawancara yaitu Moris (2008) yang menjelaskan bahwa wawancara adalah proses mengumpulkan informasi dari seseorang dengan memberikan pertanyaan yang akan dijawab pasien. 

    
 
      Pada dasarnya Wawancara tidak sama dengan percakapan biasa seperti yang selama ini mungkin kita pahami, ada beberapa perbedaan dalam wawancara dan percakapan biasa. Wawancara dilakukan dengan tujuan tertentu untuk menemukan informasi yang ingin diketahui, sedangkan dalam percakapan biasa tidak memiliki tujuan khusus. Perbedaan lainnya adalah pertanyaan yang diajukan dalam wawancara mempunyai urut-urutan tertentu dan pertanyaan yang diajukan juga sesuai dengan tema yang relevan dan lebih spesifik dari perbincangan biasa. Ketika melakukan wawancara ada juga kemungkinan untuk membicarakan fakta atau perasaan yang tidak menyenangkan, sedangkan dalam perbincangan biasa kita bisa saja menghindar dari pembicaraan yang tidak menyenangkan karena dalam perbincangan biasa kita biasa lebih santai dan tidak memiliki tujuan tertentu. Perbedaan lainnya adalah interviewerharus memiliki pengetahuan yang luas tentang area yang dikuasi oleh intervieweesehingga bisa lebih mudah membangun kehangatan selama wawancara.
 
      Ada beberapa hal yang harus kita perhatikan dalam melakukan wawancara, supaya wawancara yang kita lakukan bisa mencapai tujuan yang telah kita harapkan. Hal yang harus kita perhatikan antara lain :
 
 
1. Awareness
 
Interviewer sebaiknya memiliki kesadaran yang baik atau memiliki kepekaan terhadap lingkungan sekitar selama melakukan proses wawancara tersebut. Interviewer juga harus bisa memperhatikan kondisi interviewee, karena kondisi yang sedang dialami oleh interviewee akan mempengaruhi jawab mereka, jika jawaban yang diberikan tidak sesuai dengan kenyataan maka tujuan wawancara kemungkinan tidak sepenuhnya tercapai.
 
2. Knowledge
 
Ketika melakukan wawancara sebaiknya interviewer sudah memiliki pengetahuan mengenai interviewee. Sehingga interviewee merasa nyaman berbincang denganinterviewer, karena topik yang akan dibahas menarik bagi interviewee. sebaiknya jugainterviewer juga sudah mengenal dan mempelajari berbagai simtom dan latar belakang budaya interviewee untuk memudahkan dalam membina rapport.
 
3. Skills
 
Melakukan wawancara juga membutuhkan kemampuan khusus, seperti harus menyesuaikan bahasa yang digunakan ketika melakukan wawancara. bahasanya harus sesuai dengan latar belakang pendidikan interviewee supaya tidak terjadi kesenjangan antara interviewer dan interviewee. kemampuan lain yang sebaik dimiliki olehinterviewer adalah kemampuan untuk berempati memahami perasaan interviewee ketika melakukan wawancara, dan interviewer juga harus meningkatkan keterampilan social supaya bisa menjalin hubungan yang nyaman dan efektif dengan orang lain.
 
Dari penjelasan yang telah saya berikan diatas, semoga bisa membantu teman sekalian untuk menjadi interviewer yang baik dan benar. Terima kasih :)
 
 19 Feb 2014

Interview -- an Introduction (Kirty Andika Putri)

    
Jika mendengar kata wawancara, mungkin beberapa orang langsung teringat proses dalam seleksi pekerjaan, proses pengajuan beasiswa, atau wawancara yang dilakukan presenter berita di televisi mengenai suatu hal. Bagaimanakah wawancara dalam bidang psikologi? Definisi wawancara menurut Ivey, Ivey, & Zalaquett (2010) merupakan proses paling dasar untuk mengumpulkan informasi, penyelesaian masalah, dan informasi psikososial. Selain itu Morrison (2008) menyatakan bahwa wawancara adalah proses mengumpulkan informasi dari seseorang dengan memberikan pertanyaan yang akan dijawab pasien. Dalam kehidupan sehari-hari, kita juga sering melakukan percakapan dengan orang lain untuk mendapatkan informasi. Tahukah anda bahwa percakapan yang kita lakukan tersebut berbeda dengan wawancara? Dalam wawancara terdapat urutan dan dilaksanakan dengan tema yang spesifik, tidak seperti percakapan biasa yang umumnya dilakukan dengan spontanitas. Selain itu dalam wawancara mungkin saja membicarakan fakta dan perasaan tidak menyenangkan. Di dalam wawancara pewawancara atau interviewer harus memiliki pengetahuan tentang area yang tercakup dalam wawancara. Pelaksanaan wawancara dalam psikologi bertujuan untuk mengumpulkan informasi, membangun hubungan, memperbesar pemahaman interviewer dan klien terhadap masalah tingkah laku, memberikan dukungan dan arahan dalam membantu klien menangani masalah tingkah laku.






Sebelum melakukan wawancara, terdapat beberapa hal yang perlu disadari agar tujuan dalam pelaksanaan wawancara tercapai, di antaranya

1. Awareness.

Harus terdapat kesadaran dari interviewer bahwa setiap individu memiliki asumsi, nilai-nilai yang berbeda dengan orang lain, dimana hal ini dapat menimbulkan bias. Bias ini dapat berasal dari interviewer dan interviewee. Bias interviewer dapat berupa Halo effect (kecenderungan interviewer untuk mengembangkan impresi umum mengenai seseorang dan menyimpulkan hal lain berdasarkan impresi tersebut), Confirmatory bias (interviewer membuat kesimpulan tentang klien dan mengarahkan wawancara untuk mendukung kesimpulan yang dibuat), dan yang terakhir adalah Primacy Effect (karakteristik tertentu yang dapat menyebabkan interviewer menilai karakteristik lain yang berkaitan dengan karakteristik tertentu tersebut). Bias juga dapat dilakukan oleh orang yang diwawancara atau interviewee yang menyajikan hanyak hal yang baik saja dan tidak benar, atau menyajikan data yang tidak akurat.


2. Knowledge
Salah satu yang harus dimiliki interviewer adalah pengetahuan, baik pengetahuan mengenai dasar-dasar psikopatologi sampai pada kebudayaan yang ada, khususnya adalah kebudayaan klien yang memungkinkan untuk mempengaruhi klien dalam berperilaku.


3. Skills


Dalam melakukan wawancara, interviewer harus menyesuaikan metode yang digunakan dengan budaya klien dan menyesuaikan bahasa yang digunakan dengan latar belakang budaya dan sosial budaya klien.


Dalam melakukan wawancara, terdapat beberapa etika yang harus diperhatikan, beberapa diantaraya yaitu competence, lakukan penanganan terhadap klien sesuai dengan kemampuan yang dimiliki, tidak salah untuk memiliki supervisi yang lebih berpengalaman untuk membantu. Selanjutnya adalah informed consent, jelaskan terlebih dahulu tahapa dalam wawancara dan beritahukan klien mengenai durasi pertemuan dalam sesi yang dilakukan, jelaskan juga mengenai tujuan dari wawancara yang dilakukan, penjadwalan dan pembatalan perjanjian sampai struktur biaya dalam setiap pertemuan, sampai hal yag diharapka dari klien selama wawacara berlangsung. Confidentiality, gambarkan pentingnya kerahasiaan dalam perolehan informasi, keterbatasa kerahasiaan, dan hal-hal yang berkaitan dengan kerahasiaan. Jika psikolog sudah memberikan kepastian kepada klien bahwa informasi yang diterima tidak akan diberitahukan pada orang lain tanpa seizinnya, ini akan memungkinkan klien untuk memberikan informasi yang diperlukan tanpa adanya rasa takut.



20 Feb 2014

Wawancara (Florentia Novita)

 

Hmm.. wawancara itu istilah yang sudah tidak asing lagi yaa buat semuanya, wawancara itu secara tidak langsung kita sadari telah terjadi di dalam kehidupan sehari-hari kita. Misal kita mau kepo atau ingin tahu masalah pribadi teman atau kerabat, sebelumnya pasti kita akan memikirkan hal apa saja ya yang ingin ditanyakan. 
Nahh.. bedakan dengan percakapan biasa yaa, wawancara itu merupakan proses paling dasar untuk mengumpulkan informasi dan penyelesaian masalah. Dan tentunya wawancara itu sudah terurut, terarahm sudah direncanakan dan tema nya pun spesifik juga pewawancara yang kudu harus memiliki pengetahuan yang luas mengenai tema yang ingin diwawancarai. Berbeda dengan percakapan biasa yang sifatnya hanya mengobrol biasa dan seadanya.

 

Berbeda pula yaa dengan konseling yang sifatnya lebih intensif dan personal dan konseling itu fokusnya menolong orang untuk menyelesaikan masalah sehari-hari yang cukup kompleks dan biasanya konseling itu dilaksanakan hanya oleh tenaga-tenaga ahli professional.





Dalam wawancara tentunya harus ada hal-hal penting yang perlu diperhatikan untuk mencapai tujuan wawancara itu sendiri..
Yang pertama yaitu awareness, dimana wawancara yang kita lakukan usahakan jangan sampai bias, sebagai pewawancara yang baik kita harus netral.

Yang kedua yaitu knowledge, sebagai pewawancara yang baik kita harus mempunyai pengetahuan yang luas mengenai tema yang akan diwawancarai. Harus tahu benar mengenai masalah dan kebudayaan dari klien.

Yang ketiga yaitu skills, sebaiknya sebagai pewawancara yang baik kita sudah seharusnya menyesuaikan metode wawancara dengan busaya klien. Ada saatnya juga kita perlu berempati, eitss.. tetapi tidak berlebihan tidak perlu menyentuh bagian tubuh karena akan menyebabkan ketergantungan secara emosional.

 

20 Februari 2014