Selasa, 30 April 2013

Appreciate what do you have (Aris Nugraha)

     Apa yang terjadi ketika kita mendengar kata "sexual dysfunction" atau disfungsi seksual? Pemikiran kita pasti tentunya mengenai penyakit-penyakit yang berhubungan dengan alat kelamin pria atau wanita. Saya juga memikirkan hal yang sama di awal presentasi. Namun, yang dimaksud dari disfungsi seksual tidaklah selalu mengarah pada penyakit-penyakit menular seksual. Namun, hal ini juga dapat berarti kesulitan mencapai orgasme, ejakulasi dini, ketakutan tidak mampu untuk memuaskan pasangan, dan lain-lain.
     Di dalam pernikahan, setiap orang pasti mengharapkan mampu untuk memuaskan pasangannya. Sexual dysnfunction ini dapat dipengaruhi secara biologis ataupun psikologis. Secara biologis, ini dapat dipengaruhi oleh penyakit-penyakit yang dimilikinya sehingga mempengaruhi performance-nya dalam memuaskan pasangannya. Secara psikologis, mungkin adanya ketakutan tidak mampu untuk memuaskan pasangannya atau juga adanya ketakutan untuk melakukan hubungan seks sehingga adanya kram atau kekejangan pada otot. Hal ini umumnya terjadi pada wanita yang menyebabkan vaginanya tertutup atau dalam istilahnya dikenal dengan nama vaginismus.
     Vaginismus ini tidak hanya terjadi pada pasangan yang baru saja menikah. Namun, dapat terjadi pada korban pemerkosaan yang dimana adanya paksaan dari pelaku untuk melakukan hal tersebut. Pemaksaan untuk memasukkan penis ke dalam vagina dapat memberikan rasa sakit yang luar biasa. Untuk mengatasi vaginismus, treatment dari dokter sangat penting untuk mengurangi kekejangan pada otot vagina.
     Selain secara psikologis, penyakit yang secara biologis dapat menyebabkan sexual dysnfunction dimana orang akan kurang memiliki gairah untuk melakukan hubungan seks. Gangguan ini mungkin dikarenakan rasa sakit yang disebabkan oleh penyakit, seperti diabetes, jantung, kanker, asma, dan lain-lain. Sexual dynsfunction yang disebabkan oleh gangguan biologis menjadi faktor utama yang paling berpengaruh terhadap sexual dysnfunction dibandingkan dengan
“The relationship between commitment and doubt is by no means an antagonistic one.
Commitment is healthiest when it is not without doubt, but in spite of doubt.” By Rollo May.

 3 April 2013

Alasan Untuk Hidup (Dionysius Dias Ardi Nugroho)

Apakah anda pernah berpikir diri Anda tidak berharga? Atau Anda pernah berpikir diri Anda tidak berguna. Mungkin banyak yang belum tahu bahwa diri Anda adalah luar biasa. Saya dapat berkata begitu karena sudah memahami proses pembentukan sel yang baru. Sel terbentuk dari bergabungnya sperma dan ovum. Dalam satu sel sperma terdapat 1000 sperma. Sedangkan ovum ada 4 buah. Dari 4 sel ovum hanya akan ada 1 sel yang siap dibuahi. Dari 1000 sel sperma hanya 1 sel saja yang akan menembus ovum dan bersatu sehingga terjadi pembuahan dan terbentuk sel yang baru. Sel yang baru tersebut akan membelah dan membelah sehingga tumbuh menjadi calon bayi.  Bayi merasa sangat nyaman berada di kandungan ibu. Bayi selalu mendapatkan nutrisi dan tidak ada yang mengganggu, tetapi perempuan harus berjuang selama 9 bulan untuk mempersiapkan kelahiran. Proses melahirkan ada 2 yaitu normal & caesar. Proses caesar dapat dilaksanakan apabila seorang perempuan kesulitan melahirkan secara normal. Persiapan melahirkan secara normal dapat dilakukan dengan cara melakukan senam hamil sebelum melahirkan maka perempuan akan lebih kuat. Setelah berhasil keluar karena kerja sama antara bayi dan ibu, semua orang di ruang tempat melahirkan menunggu bayi itu menangis sebagai tanda kehidupan baru telah muncul. Setelah masa perang dunia ke 2, jumlah individu yang lahir sangat banyak oleh sebab itu diciptakan alat kontrasepsi atau alat untuk mencegah kelahiran. Di Indonesia, sekitar tahun 1990an telah digalakkan program keluarga berencana untuk mengendalikan angka kelahiran. Alat kontrasepsi memiliki banyak jenis dan bentuk sehingga jika ingin mencegah kelahiran bisa menggunakan yang paling aman yaitu yang secara hormonal seperti pil kb. Hal terakhir yang akan dibahas adalah aborsi. Proses kelahiran begitu indah, adanya seorang manusia baru tidak berdosa yang akan lahir. Semua akan rusak bila terjadi aborsi. Manusia yang baru itu tidak sempat merasakan kehidupan dunia. Sebagai orang yang memperjuangkan kehidupan, saya menolak dengan keras aborsi jika itu hanya untuk kepentingan pribadi. Jika seorang ibu melakukan aborsi karena alasan medis, hal itu bisa diterima. Proses pembuahan hingga kelahiran adalah perjalanan yang panjang. Keberhasilan sperma menemus sel telur adalah hal yang luar biasa. Anda adalah satu dari seribu sel yang telah memenangkan persaingan. Anda harus yakin bahwa Anda adalah pribadi unik yang memiliki potensi luar biasa. Anda harus berjuang dalam menghadapi kerasnya hidup karena Anda telah lahir ke dunia melalui proses yang luar biasa.

28 Maret 2013

Sekilas Info Kesehatan (Dionysius Dias Ardi Nugroho)

Saat menonton televisi diatas pukul 22.00, biasanya muncul iklan kondom dan iklan klinik untuk menangani masalah seksual suami istri. Bagi orang yang telah menikah, indikator kebahagiaan bukan hanya materi, tetapi juga hubungan seksual. Iklan tersebut muncul agar kehidupan rumah tangga bisa harmonis. Mata kuliah perlaku seksual tanggal 28 Maret 2013 membahas mengenai challenge to sexual functioning. Materi ini memberi penjelasan mengenai masalah-masalah seksual yang dialami laki-laki dan perempuan. Masalah tersebut ditimbulkan karena faktor fisik dan psikologis. Faktor psikologis yaitu rasa takut, stress, depresi dan cemas. Faktor psikologis yaitu penyakit dan pengaruh obat-obatan. Pasangan suami istri perlu saling komunikasi untuk menjaga rasa nyaman. Mungkin salah satu pihak(suami atau istri) sedang mengalami masalah di kantor sehingga tidak mengalami kepuasan hubungan seksual. Komunikasi interpersonal perlu dilakukan. Dengan adanya komunikasi interpersonal individu dapat mengeluarkan perasaan-perasaan yang terpendam sehingga bisa merasa lebih baik.     Setiap orang selalu diharapkan untuk menjaga kebugaran tubuh. Kebugaran tubuh dapat dijaga dengan cara menciptakan pola makan dan tidur yang teratur, rajin berolahraga, dan tidak merokok. Konsultasi kepada dokter dan psikolog bisa membantu menyelesaikan masalah seksual. Awalnya saya berpikir jika membahas masalah seperti ini adalah hal yang tabu, tetapi saya sadar bahwa untuk memberikan informasi mengenai kesehatan harus jelas agar setiap orang memiliki wawasan dan dapat menyelesaikan masalah yang dialami.

3 April 2013

Sexual Transmitted Infection??? Oh No... (Aurelia Felicia)

   Hubungan seksual dapat dikatakan sebagai salah satu kebutuhan dasar manusia, tetapi ada yang melakukannya sebelum atau setelah menikah, dan dengan seorang pasangan atau berganti-ganti pasangan. Namun, apakah kalian tahu bahwa ada yang namanya sexual transmitted infection atau infeksi menular seksual (IMS). Biasanya, usia-usia muda dan remaja lebih berisiko mengalaminya. Selain itu, perempuan yang sudah terkena infeksi akan lebih mengalaminya dalam jangka panjang karena lapisan yang menutup vagina lebih tipis bila dibanding dengan lapisan yang menutupi penis.
   Sayangnya, infeksi ini bersifat laten, yaitu membutuhkan waktu dan proses yang lebih lama untuk mendiagnosis infeksi tersebut. Ada banyak bentuk infeksi, seperti ectoparasitic, gonorrhea, syphilis, chlamydia, chancroid, vaginal infections, pelvic inflammatory disease (PID), dan HIV/AIDS. Misalnya, ectoparasitic merupakan penyakit yang disebabkan parasit yang hidup di permukaan kulit. HIV adalah virus yang menyerang sistem kekebalan tubuh. Sedangkan, AIDS adalah gejala-gejala penyakit yang menyerang tubuh sesudah sistem kekebalan tubuh rusak oleh virus HIV. Biasanya, dapat ditularkan karena hubungan seksual, ibu menyusui sang anak, dan transfusi darah. Maka dari itu, sebaiknya ibu yang terkena HIV/AIDS tidak memberikan asi pada anaknya. Tidak hanya itu, masih ada pula hal-hal yang perlu diketahui. Pasangan yang ingin menikah atau mempunyai anak, sebaiknya berkonsultasi atau konseling pernikahan pada ahlinya.
   Lebih baik kita mencegah sebelum terlambat atau terkena virus atau infeksi-infeksi seksual. Bisa saja dengan menjaga kebersihan (terutama daerah intim), tidak bergonta-ganti pasangan dalam berhubungan, dan menggunakan alat kontrasepsi yang tepat. Tidak salah pula jika kita memeriksa atau mencoba mendeteksi secara dini, sebelum infeksi lebih bertambah parah. Dengan begitu, pasangan kita pun tidak akan tertular infeksi.
~ Jaga diri sendiri dan pasangan kita dari infeksi yang dapat menyerang… ;)

30 April 2013

Atasi Disfungsi Seksual Sebelum Terlambat! (Aurelia Felicia)

   Seks... mendengar kata itu biasanya yang terbayang adalah hubungan intim yang penuh gairah. Setiap orang pun pada dasarnya memiliki kebutuhan ini dan akan menikmatinya terutama dilakukan bersama pasangan yang kita cintai. Namun, ternyata tidak semua hubungan itu penuh gairah dan menyenangkan. Mengapa? Permasalahan pada fungsi seksual salah satunya. Adanya disfungsi seksual mengakibatkan kurangnya gairah, kurangnya antusias akan seks, dan tidak mampu untuk rileks. Misalnya, karena individu mengalami ejakulasi dini.
   Disfungsi seksual bisa meningkat karena faktor umur. Umur seseorang yang terus bertambah membuat kemampuan fungsi seksual mengalami penurunan. Selain itu, bisa karena penyakit yang diderita, kecacatan, dan konsumsi obat-obatan. Karena hal tersebut, individu menjadi merasa tidak mampu atau tidak cakap melayani dan memuaskan pasangannya. Banyak situasi seperti itu sehingga membuat banyak pasangan yang tidak akur dan tidak intim lagi. Jika sampai ke tahap yang parah, bisa jadi akan berujung pada perpisahan.
   Jangan sampai banyak pasangan pisah karena masalah disfungsi seksual. Masalah ini bisa menjadi sangat serius jika hanya didiamkan begitu saja. Maka dari itu, jika semakin memburuk, sebaiknya dilakukan treatment untuk mengatasi masalah disfungsi seksual tersebut. Setidaknya, individu dapat menaikkan kepercayaan dan harga diri dalam kemampuan funsi seksualnya.
~ Hindari dan cegah sebelum menjadi lebih buruk karena masalah tidak dapat hilang begitu saja…

2 April 2013

BE CAREFUL OF HIV/AIDS! (Catherine Prana)

HIV/AIDS... sebagian besar orang akan merasa jijik dan takut mendengar istilah tersebut, benar? padahal sebenarnya kita pun rentan dengan virus HIV tersebut jika tidak hati-hati ketika melakukan aktivitas sehari-hari kita... Apa sih HIV itu?  Human Immunodeficiency Virus (atau disingkat HIV) adalah virus yang memperlemah kekebalan pada tubuh manusia. Seberapa rentan sih kita dengan virus tersebut? Ternyata banyak aktivitas yang mungkin tidak kita sadari bisa membawa kita pada penularan virus HIV tersebut.. Untuk lebih jelas, berikut pemaparan tentang cara penularan virus HIV.. Ada 3 jalur penularan yaitu melalui hubungan seks yang tidak aman, darah yang mengandung virus HIV, dan ibu yang mengandung yang darahnya terdapat virus HIV dapat menjadi jalur penularan virus HIV kepada anaknya ketika melahirkan...

Untuk jalur pertama, yaitu hubungan seks yang tidak aman, mungkin banyak di antara kita yang berpikir itu terlalu ekstrim, kita berpikir "ah saya bebas dari HIV, saya 'kan ga pernah berhubungan seksual yang macem-macem"... Memang untuk jalur penularan yang pertama itu kedengarannya ekstrim untuk orang-orang yang tidak "nakal"... Bagaimana untuk jalur penularan kedua, yaitu melalui darah... Contohnya, ketika para perempuan yang pergi ke salon untuk melakukan manicure atau pedicure, pastikan alat-alat yang digunakan bersih, bisa saja kan alat tersebut dipakai orang sebelumnya dan ternyata dia mengalami luka serta darahnya yang mengandung virus HIV menempel pada alat tersebut.. Contoh berikutnya lebih rentan lagi untuk kita semua.. Pasti kita semua pernah pergi ke dokter gigi, bukan? Nah, pastikan juga alat-alat yang digunakan dokter itu steril karena alat-alat tersebut akan masuk ke mulut kita, bayangkan jika alat tersebut sudah terkontaminasi darah dengan virus HIV misalnya ketika melakukan tindakan mencabut gigi, pasti ada darah keluar yang mungkin beberapa di antaranya darah tersebut sudah terkontaminasi...

Untuk jalur ketiga yaitu ibu yang mengandung dan darahnya mengandung HIV sangat rentan bagi anaknya juga untuk tertular virus HIV... Bayangkan kejadian berikut, ibu yang sehat saja pada akhirnya bisa melahirkan anak dengan virus HIV dan ia sendiri tertular karena tidak menyangka banyak hal di sekitarnya yang sangat rentan untuk menjadi jalur penularan... Jadi kisahnya seperti ini, ada seorang ibu yang sama sekali tidak terkena virus HIV datang ke rumah sakit untuk memeriksakan kandungannya, ternyata mungkin alat yang dipakai dokter tidak steril dan akibatnya ibu ini terkena HIV dan anaknya pun ikut tertular...

Untuk jalur ketiga ini sepertinya tidak adil bagi anak yang ada dalam kandungannya yah kalau dia harus tertular virus HIV sejak lahir... Setelah saya mendengar penjelasan dari Bu Henny, saya baru mengerti ternyata ada cara untuk meminimalisasi kemungkinan anak tersebut tertular  HIV juga.. Caranya adalah pasangan suami istri yang istrinya mengidap AIDS dan ingin memiliki anak tanpa AIDS dapat melakukan hubungan seksual pada jam tertentu, yaitu ketika sistem imun sedang tinggi, pada jam 2-4 subuh.. Selanjutnya, anak yang akan dilahirkan harus melalui proses caesar, jangan melalui vagina.. Itu adalah cara-cara untuk meminimalisisr, tetapi belum tentu menghilangkan resiko anak tersebut tertular HIV juga karena cukup sulit untuk memperkirakan waktu berhubungan seksual yang tepat..

Kisah ini juga menjadi pembelajaran buat kita semua ternyata jalur penularan memang sedikit hanya 3, tetapi banyak kemungkinan-kemungkinan yang tidak terpikirkan oleh kita.. Jadi, berhati-hatilah terhadap lingkungan sekitar kita, pastikan dulu kita punya pengetahuan ini sehingga kita bisa lebih aware akan kejadian-kejadian di sekitar kita... :)

26 April 2013

DO NOT EVER UNDERESTIMATE! (Catherine Prana)

Perkuliahan hari ini membahas hal-hal yang menurut saya baru dan “waw” yaitu mengenai macam-macam sexual dysfunction.. Pertama, saya akan menguraikan beberapa macam disfungsi seksual sehingga ada gambaran dan pengetahuan kita semakin bertambah… Ada disfungsi seksual yang berkaitan dengan desire seseorang, sehingga yang terganggu adalah hasratnya.. Berkaitan dengan hal tersebut, ada yang mengalami ketiadaan hasrat melakukan hubungan seksual (hypoactive) dan menghindari semua kontal genital dengan orang lain (sexual aversion disorder).

Disfungsi seksual berikutnya berkaitan dengan orgasme.. pada perempuan, orgasme tidak dapat dicapai ketika melakukan hubungan seks dan dinamakan female orgasmic disorder.. Kalau terjadi pada laki-laki dinamakan male orgasmic disorder.. Nah, istilah berikut pasti sering kita dengar yaitu ejakulasi dini.. Ejakulasi dini ini merupakan hal yang membuat laki-laki sering frustrasi dimana ejakulasi terjadi lebih cepat daripada yang seharusnya .. Ejakulasi dini bisa disebabkan karena terlalu banyak menonton film porno, sering melakukan masturbasi..

Disfungsi seksual lainnya berkaitan dengan rasa sakit ketika melakukan hubungan seksual, seperti vaginismus dan dyspareunia. Dyspareunia adalah rasa sakit berulang ketika melakukan hubungan seksual.. Vaginismus adalah kelainan dimana otot vagina menjadi tegang (spasm) sehingga hubungan seksual tidak mungkin dilakukan atau mungkin dilakukan dengan rasa sakit yang begitu hebat…

Setelah mengetahui macam-macam disfungsi seksual, seharusnya kita lebih aware karena hal ini bisa terjadi pada siapapun.. Kalau kita menjumpai hal tersebut suatu saat nanti, kita sudah mempunyai bekal pengetahuan.. Kita dapat bergerak lebih cepat untuk mencari pertolongan, baik lewat medis (dokter) maupun psikoterapi (psikolog).. Orang awam yang tidak tahu pasti akan mengabaikan gejala-gejala yang mungkin dijumpainya karena merasa tidak perlu pertolongan sampai nanti dampaknya makin parah.. Kita harus tahu bahwa masalah disfungsi seksual dalam rumah tangga bisa berdampak ke hal-hal lain, merembet, dan akhirnya menjadi masalah besar yang tidak terselesaikan..

Kepuasan seksual menjadi salah satu hal yang penting dalam kehidupan pernikahan seseorang, walaupun bukan satu-satunya hal yang paling penting.. Kepuasan seksual menjadi hal yang melekatkan, mendekatkan kedua partner yang terikat pernikahan, memberi kenyamanan, kedekatan emosional, merasa dibutuhkan satu sama lain, dan hal positif lainnya..

Dengan mengetahui pentingnya kepuasan seksual dalam kehidupan pernikahan, janganlah kita meremehkan gejala-gejala atau apapun yang aneh yang mungkin akan kita temui sekarang (bagi yang telah menikah) atau suatu saat nanti. Do not ever underestimate it! For your marriage satisfaction :)


28 Maret 2013

Ingin Sehat? Cegah dari Sekarang! (Laras Yuliansyah)


Image
Apa yang Anda rasakan ketika mendengar terdapat orang di sekitar tempat tinggal Anda mengalami sexually transmitted infection, seperti Gonorrhea, Syphilis, atau Chlamydia? Bagaimana respon Anda? Takut? Jijik? Mengerikan?
Penyakit tersebut memang berbahaya dan sungguh mengerikan, apalagi jika sexually transmitted infection ini menyerang alat kelamin meskipun infeksi ini juga dapat terkena pada bagian tangan, wajah, atau bagian tubuh lainnya. Sexually transmitted infection ini dapat disebabkan karena bakteri atau virus. Pada saat presentan di kelas Perilaku Seksual (25/04/2013) menyajikan gambar mengenai salah satu penyakit dari sexually transmitted infection, saya pun merinding dan membayangkan bagaimana rasa sakitnya karena menurut saya alat kelamin itu sangat vital sekali. Untuk itu, bagi yang masih belum terjangkit (atau jangan sampai itu terjadi pada diri kita semua), cobalah untuk merubah pola hidup menjadi lebih memperhatikan kebersihan. Apalagi infeksi ini dapat ditularkan tidak hanya melalui hubungan seksual. Salah satu cara yaitu dengan mengganti pakaian dalam setiap hari. Selain itu, ya tentu saja jangan melakukan hubungan seksual dengan berganti-ganti pasangan karena ketika melakukan hal tersebut sangat besar sekali kemungkinannya untuk tertular infeksi ini.
Dari penyakit tersebut, tentu saja dapat menimbulkan dampak. Dampak yang dirasakan seperti rasa sakit atau terbakar pada bagian yang terkena infeksi. Selain itu, terdapat juga dampak psikologis yang dirasakan seperti menurunnya self-esteem terutama jika infeksi ini terjadi pada bagian yang mudah terlihat, seperti tangan atau wajah. Ketika seseorang mengalami infeksi tersebut, mungkin saja mereka menjadi memiliki irrational belief. Oleh karena itu, seorang psikolog dapat membantu penderita untuk restructuring cognitive-nya. Selain itu, bidang psikologi juga dapat membantu dengan cara preventif bagi yang belum menderita agar jangan sampai menderita infeksi ini, misalnya dengan cara sosialisasi kepada masyarakat mengenai sexually transmitted infection.

27 April 2013

Don’t Give Up If You Have a Sexual Dysfunction (Laras Yuliansyah)

Bagi pasangan yang sudah menikah, pada umumnya menginginkan pasangannya mampu memberikan kepuasan seksual. Tapi, bagaimana jika pasangan kita mengalami disfungsi seksual? Banyak faktor yang mampu menyebabkan disfungsi seksual, seperti pengalaman traumatik akibat pemerkosaan atau karena penyakit biologis, seperti jantung dan kanker.
Pada umumnya, seseorang yang menderita penyakit seperti jantung atau kanker mengalami rasa takut ketika ingin melakukan hubungan seksual dengan pasangan sehingga hal ini menyebabkan pasangan tidak mengalami kepuasaan seksual. Coba bayangkan, bagaimana rasanya ketika diri kita mengalami penyakit tersebut ditambah adanya rasa ketakutan tidak mampu memuaskan pasangan secara seksual? Sudah merasa sakit fisik tetapi harus diiringi juga adanya beban karena ketakutan. Hmm.. sangat menyedihkan L
Seseorang yang mengalami penyakit jantung akan mengalami rasa takut tidak akan mengalami orgasme karena orang yang dengan penyakit jantung, detak jantungnya akan meningkat ketika melakukan hubungan seksual. Begitupun juga dengan penyakit kanker, seseorang yang menderita kanker akan memiliki rasa takut akibat efek dari pengobatan yang dijalaninya yang mungkin akan mempengaruhi dalam hubungan seksual. Lalu, apakah seseorang yang menderita jantung atau kanker tetap dapat melakukan hubungan seksual? Para ahli medis menyarankan bahwa mereka tetap dapat melakukan hubungan seksual ketika kondisi mereka sudah dalam keadaan sehat.
Jika hal ini terjadi pada diri Anda, pasangan Anda, atau kerabat dekat Anda, apa yang akan Anda lakukan? Mampukah Anda bertahan? Menyerah? Depresi? Atau justru mencari pasangan lain untuk mencari kepuasan seksual? Saya terpikirkan perkataan dosen saya di minggu-minggu sebelumnya:
Menikah itu bukan hanya seks yang dipikirkan. Meskipun seks itu perlu dalam hubungan, tetapi itu bukan faktor utama.” – Ibu Henny E. Wirawan

1 April 2013

you have to take the responsibilities of your own choice (Steven Kosasih)

     Perkuliahan kali ini membahas mengenai penyakit menular seksual dan HIV- AIDS. sebelumnya sedikit banyak saya sudah mengetahui mengenai penyakit menular seksual dan HIV-AIDS karena pernah mendapat materi ini saat pendalaman iman remaja..saat mendengarkan kuliah saya menjadi teringat kembali akal hal ini dan mulai me-recall2 kembali... singkatnya penyakit menular seksual ada berbagai macam jenis mulai dari sifilis, herpes, dll sampai yang terparah HIV-AIDS, AIDS tidak langsung terjadi tapi berkembang dahulu dari HIV.. sedangkan penularannya bisa melalui jarum suntik yang sudah terinfeksi atau tidak steril, penggunaan narkoba suntik secara bergantian, transfusi darah, jarum atau tinta tattoo, berhubungan seksual dengan banyak partner dan yang terakhir berhubungan seksual dengan orang yang mempunyai penyakit kelamin atau berpotensi mempunyai penyakit kelamin...

yang muncul di benak saya ketika mengetahui hal hal ini adalah bingung.. seharusnya seks dilakukan dengan 1 pasangan dalam ikatan pernikahan dan seks adalah sebuah hal yang sakral..tapi mengapa sebuah hal sakral bisa menimbulkan penyakit??? jawabannya semua tergantung pilihan gaya hidup masing-masing individu... individu yang berpola hidup "jorok" seperti menggunakan narkoba suntik, free seks dll tentu saja akan lebih berpotensi mendapat penyakit seksual, semua hanya tergantung pilihan yang diambil didalam menjalani kehidupan seks.. meskipun hubungan seks bukan menjadi satu2nya cara untuk menularkan penyakit seksual seperti yang saya sebutkan diatas. itulah pentingnya pendidikan mengenai seks untuk setiap individu khususnya remaja...remaja harus diberi pengertian dan pemahaman mengenai seks, cara2 penularan penyakit seksual dan diajak untuk memerangi hal ini agar terciptanya generasi yang lebih "sehat" kedepannya...

akhir kata, kita semua mempunyai pilihan atas segala sesuatunya termasuk dalam masalah seksual dan tentu saja kita sendiri lah yang menanggung akibat dari perbuatan kita sendiri, maka dari itu pilihlah pilihan yang tepat dalam kehidupan seksual anda,  have a safe seks..sekian :)

25 April 2013

why we do seks? (Steven Kosasih)



pekuliahan kali ini membahas mengenai fungsi dari seksual.. apa sih yang pertama terlintas saat kita memikirikan apa gunanya melakukan kegiatan seksual?? tentunya masing2 orang mempunyai alasan masing-masing.. bagi saya melakukan kegiatan seksual itu merupakan salah satu kegiatan dari luapan emosi cinta dan kasih sayang serta perasaan nyaman yang dilapisi dengan gairah dan keinginan...
pertanyaannya mengapa untuk meluapkan perasaan yang penuh "kebahagiaan" ini banyak pasangan yang mengalami masalah? sebut saja vaginismus, yaitu kejang pada lapisan ke 3 pada otot vagina atau ejakulasi dini. bahkan banyak mereka yang melakukan treatment seperti treating pada male erectile disorder yang dimana vakum dipasang saat akan melakukan penetrasi dengan tujuan untuk membuat penis bereksi atau kasis lainnya banyak pasangan yang menggunakan aphrodisiac yaitu zat yang digunakan untuk meningkatkan hasrat seksual....masalah-masalah ini hanya merupakan beberapa dari masalah didalam menjalani hubungan sekesual yang benar terjadi...

pertama, keterbatasan memang selalu ada pada setiap orang begitu juga dalam urusan seks..hal ini memang tidak bisa dipungkiri dan dihindari.,dan untuk mengoptimalkannya dibutuhkan bantuan media atau treatment-treatment khusus...namun bagi saya kenikmatan atau pencapaian tujuan dari hubungan seks bukanlah hanya milik 1 pihak tapi ini adalah milik kedua pasangan tersebut..karena itu keduanya harus saling bekerja sama untuk mencapai itu..karena seks yang sehat bukan hanya sekedar kenikmatan tetapi bagaimana perasaan "cinta kasih" yang bermain didalamnya..yang benar-benar bermakna dan sakral...bukan sekedar nafsu, kenikmatan dan selesai...seks milik kalian bukan milikmu..sekian :)

31 Maret 2013

losing desire (Dionisius Ferdi Weros)

Losing sexual desire is something that might frighten married couples, especially if it occur in early marriage stage. In most case, it's woman that loses her sexual desire. It is not a very surprising thing because woman's sexual desire is much more complex then man. The importance of psychological factor makes building up woman's sexual desire much more difficult. Romantic situation is very important for building up woman's sexual desire. Minimum stress and positive emotion also give a lot of contribution towards woman's sexual desire. A positive communication between husband and wife is also important.

Low testosterone may explain why women have harder time building up their sexual desire. It is said that testosterone is a powerful hormone that has something to do with sexual desire. The reason why women need more time building up their sexual desire is maybe because women have lower testosterone. That is why probably psychological factor becomes more important for women. This phenomenon could maybe be explained through evolutionary psychology. Risk of pregnancy makes women more careful in choosing the men they have sex with. So, this is why woman needs man that truly love them and is willing to show their effort to the woman, for example in fulfilling psychological needs.

Few months ago, I read an article that criticize the diagnosis criteria of hypoactive sexual desire disorder. In the article, it is said that women suffer from that diagnosis criteria. The diagnosis criteria pathologize women's lost of sexual desire.  Actually, if we look in a different perspective, then in most case the problem actually comes from the husbands. Husbands low effort in building up their sexual desire is actually the main problem. The husbands never realize the importance of fulfilling their wives' psychological needs in order for them to build up sexual desire.

Sexual intercourse before building up sexual desire is a very uncomfortable thing. Imagine if you have a work to do, but the problem is you don't enjoy it at all and you need to do it over and over again. The same happen towards wives. They are forced to have sex before building enough sexual desire and this happen over and over again. It is not surprising that this will discourage women to have sex in the future. This is probably why women are losing sexual desire.

So, before visiting the doctor or psychologist or therapist because of your wives' absence of sexual desire, it would be a better idea for husbands to first check themselves. Are there any effort to fulfill their wives' psychological needs before sexual intercourse? If not then start giving them or if it's not enough try more variations. Like I said before great sex needs great love. Great love needs intimacy, passion and commitment. So, husbands start giving love to your wives if you don't want them to hate sex. In both love and sex, partners need to give a lot of effort.

31 Maret 2013

silence is golden? (Dionisius Ferdi Weros)



I think almost everyone knows about the meaning of "silence is golden" quote, but it is very difficult to do it in our daily life. We simply just love talking, we want other people to understand what are we thinking currently. We want to convey our feelings to them. We want to show other people that we're smart and intelligent by telling them information that we have currently. This all can be done through talking. Sometimes, people felt that they're a dumb person when they decided not to talk. There's a lot of negative attribution to silence, including in interview process.

In interviewing, especially in clinical setting, silence is considered a threat to the whole process. One of my greatest fears is that one day, as a psychologist, I have to meet clients that decided not to talk at all because they feel so embarrassed about their problems. If I couldn't make the client start talking, then I feel that the whole interviewing process has failed. I couldn't get any information from them to be discuss. Also, it's impossible to discuss anything with the client because he or she doesn't want to talk! How am I supposed to do? Let them to keep their silence?

Last Monday, I learned a valuable lesson from Madam Henny during the Interviewing Technique class. She told us that psychologist can show their empathy to the client's problem through silence. A warm glance to the client's eyes, a caring smile, and a genuine feeling to help the client is very important in interviewing process. In my opinion, the client could feel if the psychologist's feelings are genuine or not. Almost every human being, except probably psychopaths, have some sort of antenna that can pick up other people's feelings. And we need to remember that we could only share our deepest and most embarrassing secrets to the people we trust. If through the silence process the client feels that the psychologist is untrustworthy, then they will decide to keep silence.

The client will start talking when they feel much safer. They feel much safer when they know that the psychologist is there to help them. But sure, it would take a lot of time because sharing a dark secret is not an easy thing to do. So, it is very important to show through your face that you really care about their distress. I think it is important for us to practice how to smile and glance, especially as psychologist, you have to show a caring smile and warm glance even in the worst condition.

So the conclusion is quite simple silence is golden, even in interviewing process. We need to remember that empathy still could be felt and shown even in silence.

12 Maret 2013

Social History (Lisya Jofendy)

     Apa yang di ketahui mengenai social history?? social history mencakup banyak hal serta banyak bidang. kehidupan sosial memang tidak bisa di lepaskan dari kehidupan manusia karena, kedua hal tersebut saling berkaitan dan bergantungan. manusia tidak dapat hidup sendiri, pastilah membutuhkan orang lain. tapi kali ini akan membahas social history dalam teknik wawancara. what is social history? dalam hal ini, social history dapat di ketahui bahwa setiap orang tidak akan memiliki pengalaman yang sama, jadi pengalaman setiap orang itu akan berbeda-beda. lalu yang perlu di ketahui juga bahwa masalah yang di hadapi oleh interviewee tidak hanya di sebabkan oleh faktor bawaan (nature) namun juga oleh faktor lingkungan (nurture). masalah sosial sering terjadi dalam berbagai lingkungan seperti pada keluarga. dalam keluarga pun tidak lepas dari masalah, misalnya masalah penyakit, ada beberapa penyakit yang sudah turun temurun. jika dalam keluarga tersebut ada yang menderita suatu penyakit seperti, diabetes atau asma maka kemungkinan anaknya pun akan mengalami hal yang serupa. dalam keluarga juga biasanya konflik sering terjadi, karena perbedaan umur yang signifikan serta kurangnya menghabiskan waktu bersama sehingga timbulnya jarak di antara satu sama lain walaupun pada keluarga sendiri. konflik-konflik itu timbul karena adanya pembelajaran atau ilmu-ilmu yang didapat oleh seseorang, dengan belajar akan mengetahui banyak hal dan jika ada konflik jadi tahu bagaimana cara mengatasinya. dengan adanya pendidikan formal, dapat membentuk kepribadian seseorang yang di bentuk dalam lingkungan pendidikan tersebut, seperti sekolah dan lembaga-lembaga kursus. waktu yang banyak di habiskan di luar rumah, dapat lebih membentuk kepribadian serta karakter seseorang karena adanya pengaruh dari lingkungan sekitar. jika lingkungan kita positif maka akan terbentuk kepribadian yang positif juga tetapi jika berada pada lingkungan yang negatif dan tidak tahan dengan godaan-godaan yang terdapat pada lingkungan tersebut maka secara tidak langsung kepribadian seseorang pun akan terbentuk negatif juga. jadi, banyak hal yang dapat di pelajari walaupun hal-hal tersebut termasuk dalam bagian wawancara karena, penting juga untuk mengetahui hal-hal yang belum di ketahui walaupun pada bidang wawancara.

 

27 Maret 2013

Keterampilan Dasar Wawancara (Lisya Jofendy)

     Wawancara?? apa yang di ketahui mengenai wawancara?? pastinya kebanyakan akan menjawab wawancara adalah proses tanya jawab untuk mendapatkan informasi yang lebih dalam. tapi apa selain itu yang di ketahui mengenai wawancara?? terlebih wawancara dalam dunia psikologi. wawancara pastinya selalu terpakai dalam bidang manapun, tidak terkecuali dengan dunia psikologi. dalam dunia psikologi, wawancara di gunakan untuk lebih mengenal dan mendapatkan informasi yang jauh lebih dalam serta lebih akurat mengenai klien. pastinya untuk mendapatkan hubungan yang akrab, ada beberapa cara yang harus di lakukan oleh psikolog. psikolog harus terlebih dahulu melakukan pendekatan dengan klien, bagaimana caranya? banyak cara yang bisa di lakukan, seperti, memberikan sambutan hangat (tersenyum) jika klien sedang ingin berkonsultasi dengan psikolog, basa-basi dahulu untuk memperdekat hubungan antara klien dengan psikolog, pastinya klien tidak ingin langsung di tanya atau tidak ingin langsung bercerita, tidak sedikit yang sebelumnya ingin bercerita yang ringan. hal terutama yang harus di lakukan oleh psikolog adalah mendengarkan jika klien sedang bercerita, dengan cukup mendengarkan dan menghargai jika saat klien sedang menceritakan masalahnya, maka klien akan merasa jika ia sudah di terima dan merasa nyaman bercerita dengan psikolog. saat klien sedang bercerita, psikolog tidak bisa berbuat atau melakukan hal yang aneh-aneh. hal aneh-aneh apa saja yang di maksud?? seperti mengangkat telepon, atau membuat kesibukan sendiri yang dapat membuat klien menjadi tidak nyaman bahkan ia akan merasa jika ia akan sia-sia bercerita. selanjutnya adalah raut wajah psikolog, walaupun klien sedang bercerita, raut muka psikolog tidak boleh terlihat cemberut, kosong atau tidak fokus. raut wajah psikolog sebisa mungkin harus terlihat fokus, banyak senyum serta ceria, dengan seperti itu klien akan merasa senang dan tidak takut untuk bercerita. masalah yang diceritakan oleh klien pasti akan bervariasi, walaupun mungkin psikolog sudah sering mendengarkan cerita yang seperti itu, tetapi tetap raut muka psikolog harus terlihat semangat, tidak boleh lesu bahkan terlihat membosankan. sebagai psikolog, tidak boleh berbuat seenaknya, misalnya pada saat klien sudah ingin bercerita masalah itu, psikolog harus mendengarkannya sampai klien selesai cerita, sebisa mungkin tidak boleh mengubah alur pembicaraan, pertanyaan untuk melakukan sesi wawancara juga harus jelas, serta tetap satu arah, maksudnya adalah masih satu dalam topik apa yang sedang terjadi pada klien.wawancara tidak harus sama dengan pertanyaan yang di buat oleh psikolog, boleh berkembang tetapi harus masih dalam satu topik. dengan seperti ini maka kemungkinan wawancara dapat berjalan dengan lancar serta mendapatkan informasi yang diinginkan.

 

19 Maret 2013

Buku tulis dalam suasana menegangkan (Lisya Jofendy)

     Apa yang di takutkan jika akan melamar pekerjaan?? atau murid sekolah yang di panggil untuk menghadap guru bimbingan konseling (bk) ? jika melamar pekerjaan pastilah yang di takutkan adalah saat menghadapi psikotest dan sesi wawancara, dalam hal ini pasti suasana pun akan menjadi menegangkan. untuk murid sekolah pasti akan bertanya kepada diri sendiri jika di panggil oleh guru bk, pertanyaannya pasti "saya kenapa ya?saya bikin salah apa ya" biasanya dengan muka ketakutan atau kecemasan saat menghampiri guru bk. pada saat seseorang ingin melamar pekerjaan, banyak hal yang sebelumnya harus di lakukan untuk mencapai pada sesi wawancara dan sudah menjadi rahasia umum jika bagian HRD yang akan menyeleksi para calon karyawan baru. dalam dunia psikologi terdapat banyak bidang yang bisa di minati dan di pelajari, salah satunya psikologi industri dan psikologi pendidikan. kebanyakan yang mempelajari industri pada masa datangnya akan menjadi HRD. seseorang yang menjabat menjadi HRD adalah seseorang yang telah minimal lulus S1, tidak harus dari jurusan psikologi melainkan bisa dari semua jurusan. apa sih tugas HRD?? tugas HRD yaitu mengontrol dan mengawasi aktivitas pada suatu perusahaan serta mengevaluasi proses rekruitmen nya para calon karyawan baru. para calon karyawan baru pertama akan menghadapi psikotest terlebih dahulu, jika hasil psikotest cukup memuaskan maka selanjutnya akan dihubungi untuk melakukan sesi wawancara. pada sesi wawancara ini sebaiknya jangan pernah berbohong karena, dari sesi wawancara inilah para calon karyawan di lihat dari gerak-gerik atau postur tubuh, berbohong atau tidak. HRD memang mengharapkan pada sesi wawancara ini, yang bertujuan lebih mendapatkan informasi mengenai para calon karyawan serta untuk mengetahui apakah calon karyawan yang sedang di interview ini berbohong atau tidak.

     Selain bagian industri terdapat juga bagian pendidikan, biasanya bagian pendidikan menghasilkan yang nantinya akan bekerja sebagai seorang guru bk. guru bk bertugas mengawasi aktivitas murid-murid di sekolah dan membantu menyelesaikan masalah murid di sekolah tempat ia bekerja. seorang guru bk biasanya lulusan dari S1 Psikologi dan melanjutkan S2 dengan mengambil minat ke pendidikan, tetapi walaupun lulusan S1 biasanya bisa mendapatkan pekerjaan sebagai guru bk ini. jika ada murid sekolah yang bermasalah pastinya nanti akan dari pihak sekolah akan meminta bantuan guru bk untuk mengetahui ada masalah apa dengan murid tersebut. selain itu, orang tua murid juga bisa berkonsultasi jika anaknya ada masalah dengan pendidikan. biasanya ada beberapa murid yang memang ingin berkonsultasi tanpa harus di minta, selain hal itu, guru bk juga bisa membantu para murid yang ingin melanjutkan ke jenjang perkuliahan, saat kondisi seperti itu tidak sedikit murid yang kebingungan untuk memilih jurusan apa nantinya, saat itulah guru bk di butuhkan, untuk memberi arahan agar sang murid tidak salah pilih jurusan nantinya. jadi kesimpulannya untuk bagian industri wawancara sangat di butuhkan untuk mengetahui informasi yang lebih mendalam mengenai para calon karyawan baru yang ingin bekerja di perusahaan tersebut serta dapat mengetahui bagaimana tingkah laku calon karyawan. sedangkan untuk bagian pendidikan, wawancara dibutuhkan untuk mengetahui masalah apa yang sedang terjadi dengan murid karena mengakibatkan sedikit tergganggu aktivitasnya di sekolah, selain itu guru bk juga bisa di jadikan tempat berkonsultasi jika murid sedang membutuhkannya.

8 Maret 2013

Pentingnya Social History dalam Wawancara (Danny Reinaldo)

Dalam perkuliahan teknik wawancara pada minggu kemarin membahas mengenai social history dalam proses wawancara. Untuk menangani masalah yang terjadi pada seorang individu, dapat dilihat dari sejarah sosial yang dimiliki oleh individu itu sendiri. Setiap individu adalah unik dan berbeda satu sama lainnya. Begitu pula dengan sejarah sosial mereka yang sudah pasti berbeda yang satu dengan yang lainnya. 

Oleh karena itu cara menangani masalah pada seorang klien tidak dapat disamakan dengan klien yang lainnya karena mereka tentu memiliki social history yang berbeda. Wawancara disini tugasnya adalah untuk memfasilitasi klien untuk menceritakan sejarah sosialnya agar tidak terjadi kesalahan dalam penanganan masalahnya tersebut.

Hal yang paling penting untuk diketahui oleh interviewer adalah sejarah keluarga, karena di dalam keluarga lah klien tersebut dibentuk. Pertama tanyakan dimana klien tersebut lahir dan dibesarkan, lalu tanyakan pula mengenai keluarganya. Karena ada kemungkinan bahwa komunikasi dalam keluarga, karakteristik anggota keluarga dan konflik klien di masa lalu memiliki hubungan dengan gangguan yang dialami subjek saat ini. Dengan mengetahui sejarah dalam keluarga, kita juga dapat mengetahui biografi dari orang tua, saudara dan anak, hubungan klien dengan kerabat, dan gangguan mental yang dialami dalam keluarga klien. Semua hal tersebut dapat lebih mudah diketahui dan dipahami dengan membuat sebuah Genogram keluarga.

Sejarah pendidikan klien juga tidak kalah penting untuk diketahui, karena setelah keluarga, sekolah memiliki peranan dalam membentuk klien. Disini kita akan mendapatkan informasi tentang bagaimana prestasi akademik klien, apakah klien pernah mendapat cap buruk di sekolah mereka, dan ada kemungkinan bahwa klien anda memiliki catatan prestasi akademik yang baik namun dikeluarkan dari sekolah karena penggunaan obat - obatan terlarang.

Hal - hal lain yang perlu diketahui adalah mengenai sejarah pekerjaan klien, sejarah perkawinan klien, apakah klien sudah menikah atau belum bahkan mungkin sudah pernah menikah namun bercerai, hubungan interpersonal klien, sejarah kesehatan, sejarah penggunaan obat - obatan, dan sejarah seksual. Topik seksual cukup sensitif, sehingga interviewer harus berhati-hati dalam memilih kalimat pertanyaan untuk klien, termasuk masalah seksual, orientasi seksual, penyakit menular seksual dan pelecehan seksual.

Sejarah sosial yang pernah dialami klien dapat membantu interviwer dalam menangani gangguan pada klien. Itulah sebabnya sejarah sosial yang ada pada klien perlu untuk di gali lebih dalam lagi untuk mengungkapkan apa sebenarnya penyebab dari gangguan yang dialami klien. Modal utama yang harus dimiliki oleh interviewer adalah mendengarkan, karena dengan mendengarkan, kita akan memahami masalah dibalik cerita yang disampaikan klien pada kita, selanjutnya baru mengajukan pertanyaan - pertannyaan yang penting dan berharga untuk dicatat guna mendapatkan informasi yang dibutuhkan untuk kesembuhan klien.
 
23 Maret 2013

Keterampilan dasar wawancara (Danny Reinaldo)

Berbicara mengenai wawancara, seringkali orang - orang awam menganggap hal ini merupakan sesuatu yang mudah untuk dilakukan karena mereka hanya tahu bahwa wawancara hanyalah sekedar teknik tanya jawab antara interviwer dan interviewee dengan tujuan untuk mendapatkan informasi yang dibutuhkan oleh interviewer. Namun ternyata dibutuhkan beberapa keterampilan dasar wawancara yang harus dimiliki oleh interviewer, agar dapat melakukan wawancara dengan baik.

Yang pertama adalah membina rapport, dimana interviewer membangun hubungan yang hangat, ramah, dan sopan, agar klien merasa nyaman sehingga klien dapat menceritakan segala masalah yang sedang dialaminya bahkan sampai masalah yang bersifat pribadi sekalipun. Interviewer juga harus mempunyai empati, yaitu ketepatan dalam merasakan, menghayati, dan memahami apapun yang dikatakan oleh klien menyangkut perasaan, pengalaman dan perilaku klien.

Berikutnya adalah attending behavior, dimana seorang interviewer yang baik akan memberikan kesempatan dan keleluasaan bagi klien untuk menceritakan tentang diri mereka maupun masalah yang mereka alami. Selain itu, interviewer harus memiliki kemampuan bertanya yang baik serta kemampuan observasi terhadap klien selama proses wawancara berlangsung. Interviewer juga dituntut untuk dapat menyampaikan apa yang sedang terjadi pada klien, perasaan yang sedang klien rasakan saat ini, serta dapat mengklarifikasi masalah yang terjadi dari apa yang dikatakan klien selama proses wawancara berlangsung.

Menurut saya, rapport memang menjadi dasar atau pijakan dalam wawancara yang memegang peranan utama sukses atau tidaknya sebuah proses wawancara, namun selain itu hal - hal lainya juga harus kita miliki  untuk dapat melakukan wawancara dengan baik. Dikatakan sulit memang sulit, namun dengan terus berlatih dan praktek langsung, hal tersebut lama - kelamaan dapat kita miliki.
 
16 Maret 2013

About Social History (Fitri Mega Wicahyati)

     Pada kelas minggu ini membahas mengenai Social History atau biasa disebut riwayat sosial, ini merupakan pembahasan yang sangat menarik bagi saya, karena dengan social history ternyata kita mendapatkan banyak informasi. Tentunya dapat menggali informasi apa yang kita butuhkan mengenai klien.
     Baik, langsung saja mari kita bahas mengenai social history. Dalam Wawancara mengapa perlu social history ? jawabannya adalah karena setiap orang memiliki cerita yang berbeda atau persepsi hidup yang berbeda sekali pun individu itu berasal dari satu keluarga, sekalipun mereka identik, sama halnya seperti anak kembar, mereka tetap saja memiliki persepsi yang berbeda mengenai kehidupannya. Berbagai masalah yang terjadi saat ini dalam diri individu, biasanya berasal dari faktor bawaan, dan faktor lingkungan. Jadi, tentunya social history diperlukan agar diketahui akar permasalahan itu berasal dari mana.
     Social History lebih dari sekedar fakta yang dikumpulkan, yang lebih terpenting sebagai seorang psikolog adalah kita tahu persepsi klien tentang kehidupannya. Dari cerita-cerita klien dapat memberikan gambaran bagaimana kehidupan mereka. Setelah kita mengetahui gangguan yang ada pada diri klien, psikolog tidak boleh fokus pada gangguannya saja, karena kalau hanya fokus pada gangguannya kita tidak akan peduli dengan apa yang klien rasakan, karena kita hanya fokus pada gangguannya, sehingga tidak mengetahui apa yang terjadi pada klien dan mengapa ia memiliki gangguan tersebut.
     Tujuan dari social history tentu saja untuk mendapatkan informasi yang cukup, seperti bagaimana detail kehidupan klien. Pembahasan mengenai riwayat sosial terjadi diawal wawancara agar psikolog tahu masalah dari klien tersebut, sehingga untuk menghindari asal treatment dan pastikan psikolog tahu persis masalah kliennya, agar dapat menolongnya dengan tepat.
     Dalam melakukan wawancara biasanya Genogram atau gambaran sketsa keluarga itu sangat diperlukan (genogram sebaiknya dua generasi ke atas, dan dua generasi ke bawah). Memahami riwayat keluarga itu penting, apakah masalah individu ini muncul pada riwayat keluarga lain atau apakah masalah keluarga lain muncul pada diri individu ini, dan kemungkinan apa yang akan terjadi dengan adanya masalah. Kemungkinan besar masalah dapat diprediksi, dan dilihat melalui genogram. Walaupun genogram bukan satu-satunya cara yang dapat digunakan, tetapi genogram dalam social history sangat berkaitan.

23 Maret 2013

Keterampilan Dasar Wawancara (Febryna Liviany)

     Berdasarkan kelas teknik wawancara pada tanggal Maret 2013 yang membahas mengenai keterampilan dasar dalam melakukan wawancara terdapat enam hal. Keterampilan awal yang harus dimiliki ialah kemampuan membina rapport, untuk mendapatkan data yang lengkap maka harus dicari tahu terlebih dahulu, lingkungan harus nyaman sehingga klien dapat berkata dengan bebeas dan jujur tentang topik yang relevan dengan interview. Suasana yang bersahabat dengan klien serta sikap kesopanan yang ditampilkan juga merupakan rewspon awal dari klien. Rapport akan tercipta secara bertahap dan tidak mungkin didapat secara instan. Sikap interviewer merupakan akar kesuksesan dalam membina rapport. Ekspresi yang ditamppilkan oleh interviewee juga berperan penting dimana harus menghindari raut muka datar serta memperlihatkan raut muka yang peduli terhadap klien. 
     Dalam membina rapport, seorang interviewee juga harus menghindarkan hal yang dapat mengganggu jalannya percakapan. Interviewee tidak diperkenankan untuk bersikap mengetahui segala sesuatu akan tetapi harus mengerti keadaan klien. Saat kita mulai berbicara, tata bahasa kita harus diperhatikan dengan baik sehingga klien dapat mengerti apa yang kita bicarakan. Keterampilan kedua ialah empati. Keefektifan dari respon empati bergantung pada kualitas rapport dengan klien. Sebagai seorang psikolog harus dapat mengeti apa yang dialami oleh klien dengan lebih mendalam daripada simpati, hal ini merupakan hal yang penting. Respon yang empati membuat klien mengetahui bahwa klien diterima, mengerti dan menyetujui dunia yang dimilikinya tanpa membuat tuduhan kepada dunianya tersebut. Sebagai seorang psikolog, kunci yang penting ialah harus fokus kepada klien.
     Keterampilan yang ketiga ialah perilaku menghadiri. Kunci dari perilaku ini ialah mengurangi bicara psikolog dan memberikan klien menceritakan kehidupan yang dialami oleh dirinya. Empati dapat dilakukan dengan tindakan non-verbal yaitu dengan hening akan tetapi perubahan mengenai raut wajah terlihat. Sikap ini dapat mudah dilakukan apabila psikolog fokus dengan klien dibandingkan dengan dirinya sendiri. Terdapat empat dimensi dari perilaku ini yaitu visual, vocal qualities, verbal tracking, dan body language. Dalam visual ini yang harus dilakukan ialah menatap klien serta jangan mengalihkan pandangan, kemudian dalam vocal qualities yang diperhatikan ialah nada serta kecepatan bicara. Dimensi yang ketiga ialah verbal tracking yaitu jangan mengubah tujuan pembicaraan, dimensi yang terakhir ialah body language yaitu berhubungan dengan gerak tubuh.
     Keterampilan yang selanjutnya ialah teknik bertanya. Terdapat dua bentuk teknik bertanya yaitu pertanyaan terbuka dan tertutup, dalam pertanyaan terbuka sifatnya tidak mengarahkan klien sedangkan pertanyaan tertutup berujuk pada jawaban tertentu. Dalam bertanya kepada klien jangan gunakan kata mengapa karena tidak mengungkap hal yang terdapat dalam diri klien. Keterampilan yang selanjutnya ialah kemampuan observasi, kemampuan ini berfokus pada tiga area yaitu perilaku non verbal, verbal serta konflik, diskrepansi dan inkongruensi. Perilaku nonverbal dapat terlihat dari ekspresi wajah dan bahasa tubuh. Perilaku verbal atensi yang selektif serta kata kunci yang penting. Dalam diskrepansi dan konflik, pewawancara harus mewaspadai tindakan verbal dan nonverbal saat dilakukan wawancara.
     Keterampilan yang terakhir ialah kemampuan mendengarkan dengan aktif terdapat tiga hal yaitu encourage yaitu secara verbal dan nonverbal sebagai terapis dapat menggunakan hal ini agar klien mau untuk melanjutkan bicara, nonverbal encouragement yaitu memberikan jarak antara sepuluh hingga lima belas detik untuk berdiam sejenak. Hal yang kedua ialah parafrase yaitu pengungkapkan menjelang sesi akhir serta merefleksikan perasaan. Hal yang terakhir ialah penyimpulan yaitu dilakukan disaat awal serta akhir interview. Terdapat empat dimensi dalam parafrase dan penyimpulan yaitu kalimat yang serius, kata kunci, esensi dari bentuk perkataan klien dan pemeriksaan kembali.
     Sebagai seseorang yang masih awam mengenai wawancara, semua hal ini merupakan akar dari kesuksesan seseorang melakukan teknik wawancara. Hal ini juga merupakan modal dasar serta dapat dipelajari berbagai aturan yang boleh serta tidak boleh dilakukan oleh psikolog yang baru mulai praktek sebagai psikolog sehingga memiliki arahan yang sesuai dan benar.
 
20 Maret 2013

Social History (Febryna Liviany)

     Berdasarkan kelas teknik wawancara pada tanggal 21 Maret 2013 yang membahas mengenai social history. Apa sih social history? Social historyialah rangkaian informasi yang ingin didapatkan oleh klien yang mencangkup lingkungan klien. Dapat secara oral maupun tertulis. Sesi untuk social history ini ialah kuarang lebih satu sesi dan maksimal sebanyak tiga kali sesi.  Permasalahan yang dihadapi oleh klien dapat disebabkan oleh dua faktor yaitu genetik dan bawaan.  Riwayat yang dimiliki oleh klien lebih dari sekedar fakta tapi merupakan cerita mereka. Dari cerita yang telah diuangkapkan oleh klien maka dapat disimpulkan klien memiliki strategi yang adaptif atau maladaptif. Tujuan dari social history ialah untuk mendapatkan informasi yang cukup agar kita dapat membangun kesulitan yang dihadapi oleh klien. Psikolog juga mendengarkan persepsi yang dimiliki oleh klien, serta maksud dan perasaan yang ada di dalam cerita mereka tersebut.
     Beberapa area dalam social history sebanyak tujuh belas hal. Pertama, sejarah keluarga dimana mereka dilahirkan dan dibesarkan, harus mengetahui apa dari pihak keluarga memiliki masalah serupa dengan dirinya. Dalam sejarah keluarga terdapat bagaimana pola komunikasi antar keluarga, konflik yang terjadi sekarang dan masa lalu dapat berhubungan dengan distres yang dihadapi oleh klien. Kemudian terdapat norma kebudayaan, keluarga besar menjadi kunci penentu untuk seluruh aspek kehidupan klien.  Apabila mengetahui sejarah keluarga klien maka sebagai interviewer memiliki tiga tugas yaitu mengembangkan gambaran orangtua, saudara dan anak, yang kedua ialah mempelajari hubungan antara pasien dengan keluarga, yang ketiga mempelajari gangguan mental dalam keluarga pasien.
     Area yang selanjutnya ialah sejarah pendidikan, bagaimana klien berfungsi di sekolah, serta bagaimana ia berelasi dengan orang lain. Hasil tanda belajar yang berupa rapot tidak memberikan gambaran mengenai kecerdasan seseorang hal ini dikarenakan nilai yang di dapat seseorang dapat maksimal karena klien berbuat curang seperti menyontek. Mengapa sejarah pendidikan merupakan hal yang penting? Hal ini dikarenakan waktu yang dihabiskan oleh klien pada umumnya banyak untuk menempuh pendidikan sehingga menyebabkan pembentukan kepribadian seseorang.  Seseorang yang berhasil membentuk persahabatan pada saat sekolah biasanya akan berlanjut memiliki hubungan yang sukses dalam kehidupan selanjutnya. Hubungan yang kurang baik dapat mengindikasikan kegagalan dalam dasar kemampuan sosial.
     Area yang ketiga ialah sejarah pekerjaan,  kegiatan apa yang sehari-hari dilakukan oleh subyek. Indikator yang sukses dalam fungsi pekerjaan ialah memperoleh sejarah mengenai pekerjaan. Lakukan pertanyaan kepada klien mengenai lapangan pekerjaan dimana ia bekerja,  apakah pekerjaan itu sesuai dengan minat yang ia miliki atau untuk memenuhi keinginan orang lain. Selanjutnya ialah riwayat mengenai pernikahan, bagaimana hubungannya dengan pasangan serta berapa kali menjalani pernikahan. Apabila klien mengalami perceraian, apakah perceraian tersebut disebabkan masalah atau kematian. Area yang kelima ialah hubungan interpersonal, bantu klien untuk membicarakan mengenai hubungannya dengan orang lain.
     Area yang keenam ialah kesukaan saat melakukan rekreasi, kekurangan kemampuan rekreasi dapat membuat klien menjadi ketergantugan alkohol. Hidup harus seimbang antara bekerja dengan liburan agar dapat menikmati kehidupan yang ia miliki. Area yang ketujuh ialah riwayat seksual, pertanyaan ini sering kali sulit untuk dijawab karena merupakan pertanyaan yang sensitif. Area yang kedelapan ialah riwayat medis, meliputi rawat jalan, rawat inap, operasi, dll. Pastikan klien membawa seluruh riwayat laporan medis saat perjanjian pertemuan dilakukan. Area yang kesembilan ialah riwayat psikoterapi, penting untuk diketahui apakah klien pernah didiagnosis dengan gangguan psikologis, jangan asumsikan diagnosis merupakan hal yang pasti. Area yang kesepuluh ialah masalah hukum, cari tahu mengenai pandangan dirinya secara hukum. Area yang kesebelas ialah ialah penyalahgunaan alkohol, klien yang memiliki masalah dalam hubungan dan memiliki kebiasaan minum minuman beralkohol akan menyebabkan perilaku yang berulang. Area yang kedua beolas ialah konsumsi nikotin serta kafein, klien pada umumnya tidak menyadari beberapa zat lain yang bersifat ketergantungan seperti nikotin dan kafein. Beberapa hal menjadi pewawancara untuk mendapatkan informasi mengenai riwayat sosial yang baik ialah mendengarkan klien, pertanyakan hal-hal yang harus dipertanyakan, harus merasa ingin tahu, harus mengingat hal yang penting dan yang terakhir ialah ajak klien berbicara dengan jelas.
 
27 Maret 2013

Social History dalam Teknik Wawancara (Anita Lusiana)

Pada pertemuan Senin, 18 Maret kemarin, Ibu Henny telah membahas tema yang baru, yaitu SOCIAL HISTORY. Terlintas dalam pikiran saya, apa yang membuat social history itu berkaitan dengan wawancara. Setelah hampir dua jam dibahas, ternyata keterkaitannya sangat banyak. 
Saya akan mencoba me-review apa yang dibahas siang tadi.  Social history itu sendiri mempunyai arti, kita sebagai wawancara harus tahu mengenali kehidupan sosial klien, misalnya mengetahui riwayat kehidupan klien, yang gunanya nanti untuk menolong klien untuk menyelesaikan masalahnya dengan tepat. Masalah yang terjadi pada diri klien sendiri akan memberikan kontribusi pada munculnya masalah dalam diri klien, dan masalah-masalah yang dihadapi pada klien itu tidak hanya disebabkan oeh fatktor bawaan saja tetapi banyak juga yang disebabkan oleh faktor lingkungan.

Area dari social history ada banyak, diantaranya ada family history. Family history dalam teknik wawancara ditujukan untuk mengetahui masalah yang ada dalam diri klien, muncul atau tidak dalam keluarga yang lain, misalnya orangtua klien, om, tante, bahkan opa, dan oma nya sekalipun. Dengan adanya family history, interviewee juga akan tahu masalah yang dihadapi kliennya berhubungan atau tidak dengan keluarga besarnya. 
Lalu yang kedua ada educational history. Educational history ini merupakan riwayat pendidikan klien. Kita bisa tahu hubungan yang berkelanjutan dengan teman-teman di masa sekolahnya dulu dalam kehidupan klien. Dalam educational history, rapport dijadikan sebagai nilai mutlak oleh sekolah. Namun sebenarnya, rapport tidak dapat dijadikan nilai murmi seseorang, karena bisa saja dia  menyontek saat mengerjakan tugas atau ujian. 
Selanjutnya ada job history. Job history ini menjelaskan apa yang dilakukan klien sehari-hari, kita sebagai interviewee tidak boleh menanyakan "apa perkerjaan anda sekarang?". Sebab jika klien belum atau tidak bekerja, mungkin klien akan tersinggung dengan pertanyaan tersebut. 
Keempat ada marital history. Status perkawinan sendiri ada single, menikah, bercerai, janda atau duda. Dengan adanya status perkawinan, interviewee dapat mengetahui cara klien untuk menjalin hubungan dengan pasangannya. Kita dapat mengetahui apalah klien tipe orang yang setia atau tidak.
Selanjutnya ada intrrpersonal relationship, hubungan ini menjelaskan hubungan klien dengan rekan kerjannya. Dalam hubungan interpersonal, tidak dilihat dari seberapa banyak teman yang kita miliki, melainkan teman yang bisa di ajak untuk berbagi.
Yang keenam ada recreational preferences, kita dapat menanyakan pada klien, bagaimana cara klien untuk bersenang-senang? Sebagian mungkin akan melakukan rekreasi di waktu cuti dalam pekerjaannya. Namun, harus dipertanyakan jika klien tidak pernah mengambil cuti. Mungkin klien terlalu stres dengan pekerjaannya sehingga klien terlalu fokus untuk bekerja dan bekerja saja.

Lalu ada sexual history. Ini merupakan topik yang paling sensitif bagi kebanyakkan orang, mungkin klien sudah bercerai, sehingga topikk ini akan mengingatkannya pada suatu hal yang menyakitkan. Mungkin juga klien sendiri adalah korban dari pelecahan seksual, yang dimana korban pelecehan seksual biasanya akan tutup mulut bila ditanya oleh orang yang baru dikenalnya.
Selanjutnya tentang medical history, ini meliputi rawat inap, rawat jalan, riwayat operasi, masalah kesehatan gigi dan mulut yang serius, last medical check up, nama, dan dosis obat-obatan yang dokonsumsi. Dengan adanya sejarah medis, kita dapat tahu masalah klien. Misalnya, bisa saja klien masih sakit katena masih mengomsumsi obat-obatan tertentu.
Yang kesembilan ada psychoterapy history, hal ini berhubungan dengan klien yang pernah di diagnosis dengan gangguan psikis oleh psikolog.
Kesepuluh ada legal history, hal ini berhubungan dengan catatan kriminal, di penjara, atau lain sebagainya. 
Selanjutnya ada alcohol and substanbce abuse, hal ini berhubungan dengan klien yang sering mengomsumsi minuman alkohol atau menggunakan obat-obatan terlarang. 
Yang terakhir ada nicotine and caffeine consumption. Seperti yang kita tahu, rokok mengandung nikotin yang tinggi, selain itu kopi juga mengandung kafein. Kita tidak boleh mengomsumsi roko secara berlebihan karena tubuh akan memjadi rusak. Tidak hanya itu, meminun kopi yang hittam dan kental juga kurang baik untuk kesehatan tubuh.

Keduabelas hal mengenai social history tersebut dapat menjadi senjata bagi interviewee untuk menanyakan hal-hal yang sifatnya sosial kepada klien. Kita sebagai interviewee kelak harus bersikap ramah terhadap klien, dan harus bersikap subjektif.
 
19 Maret 2013

Social History Klien (Danny Felix)

     Ada satu hal dalam teknik wawancara yang tidak kalah pentingnya untuk dilakukan. Apakah itu? Social history dari klien itu sendiri atau sejarah kehidupan dari klien. Mengapa kita perlu mengetahui sejarah kehidupan dari klien? Tentu hal ini penting diketahui karena kita sebagai calon Psikolog dalam bidang apapun, sejarah kehidupan klien akan membantu kita mengkonseptualisasi sumber kesulitan klien yang sesungguhnya. Setiap klien pasti memiliki permasalahan yang berbeda, karena pemicunya pun dapat berbeda tergantung dari sejarah kehidupan yang sudah dilalui klien.
     Lantas, apa saja yang perlu kita ketahui dari klien dalam sejarah kehidupannya? Jawabannya, sangat banyak yang perlu kita gali dari sejarah kehidupan klien. Dari segi latar belakang keluarga klien, kita perlu tahu di mana ia dilahirkan, dibesarkan, dan bahkan asal-usul keluarganya. Ini dimaksudkan agar kita tahu apakah kesulitan klien bisa berasal dari kehidupan keluarganya. Ada lagi dilihat dari segi latar belakang pendidikan klien. Bukan berarti permasalahan inteligensi klien tapi juga bisa dari segi apakah klien memiliki teman dan senang dalam kehidupan pendidikannya di sekolah atau tidak, karena sekolah merupakan tempat kedua setelah keluarga yang akan membentuk klien saat ini.
     Masih banyak lagi seperti pekerjaan klien saat ini, status perkawinan klien jika sudah memasuki usia menikah, hubungan dengan lingkungan klien, jadwal rekreasi atau di mana klien berrekreasi, kehidupan seksualnya jika sudah menikah, sejarah medis dan psikoterapi (jika ada), legal history klien, pemakai obat-obatan, peminum alkohol, dan masih banyak hal lainnya. Semua hal ini penting diketahui dengan maksud untuk mencari apakah ada hubungannya dengan permasalahan klien yang sedang dihadapinya dengan latar belakang kehidupan klien.
     Jadi dari artikel-artikel sebelumnya, sudah terbayang bukan sulitnya menjalani sebuah wawancara? Apalagi jika dilakukan dalam bidang psikologi, banyak hal yang perlu diperhatikan. Tentu tidak hanya dalam bidang psikologi saja, dalam bidang lainnyapun banyak hal yang perlu diperhatikan jika ingin menjalankan sebuah wawancara. Yang terpenting adalah pengalaman dan berlatih lebih banyak lagi agar dapat menjadi kompeten dalam berwawancara.
 
24 Maret 2013

we have different experience (Dionisius Ferdi Weros)

Humans are made through their life experiences. Our behaviors, even the most erratic ones, are molded by daily life activities. Some people might experience the same events, but others could experience vastly different things. Sometimes, they will be involved in something that most people will never experience. We need to remember that even if someone had a same experience, they can precept that experience differently. How we precept stuff is also affected by our past experience. So, experience and perception are things that go along together. Genetics, of course, also have important contribution, but in this blog post we will talk more about the importance of understanding client's history in psychological healing process.

Psychological disorders or abnormal behaviors don't occur suddenly without any good reason, for example post-traumatic stress disorder usually occur after traumatic experience. It becomes very important for psychologist to know and understand the clients' experiences and how they affect their current behavior. There's a lot of stuff that we need to talk about when we interview the client, such as the client's family, friends, habit, daily life activities, past trauma, and many more. After gathering this information, a psychologist could gain in insight what cause the clients' abnormal behaviors. For example, after checking the client's family background, a psychologist knew that she was a physical abuse victim. The psychologist realized that her past experience, as an abuse victim, could be the explanation for her current abusive behavior as a mother. That's why Madam Henny said that as psychologist we need at least one meeting to gain all kinds of information about the client's history. The information will help the psychologist on interpreting the client's behavior and psychotherapy process after knowing the reason.

Understanding the client's history is also an important thing. Imagine, one day, as psychologist, you meet a client that told her she want to die because she broke up from her boyfriend after dating only for three months. Honestly, I feel that it is a very simple problem because you're not yet married to him. Sometimes, it feels very weird to see clients that needs help for a very simple problem. There are so many bigger problems in the world. How is it possible for the client to solve bigger problems if they need help a psychologist for a "simple" problem? We, as psychologist, need to realize that everyone have a different perception. A "simple" problem for a person might be a disaster for the others. Generalizing perception is a very dangerous mistake to occur during interview process. It is important for psychologist not to be so judgmental towards the client. It is very important for us to be neutral during the interview process.

In conclusion, we, humans, are created through genetic process. At the same time, we grew up and experience a lot of things. Genetic process and experience could help us know the reason of our behavior. So, it is very important for psychologist to know about the client's history. But, simply knowing is not enough, we need to understand the client's perception. Knowing the client's history and understanding their perception are two main weapons for psychologist to help them grow up and become a better person.

24 Maret 2013

Knowing the Past, “Fix” Present, Better Future (Meylisa Permata Sari)

Ini adalah artikel terakhir saya sebelum UTS.. Setelah UTS tentu saja akan ada artikel-artikel lainnya yang akan dibuat. Tulisan ini dibuat berdasarkan pertemuan Teknik Wawancara pada tanggal 18 Maret 2013, yang membahas tentang Social History.
Saat seseorang datang ke seorang psikolog, orang tersebut memiliki masalah pastinya. Untuk menyelesaikan masalah tersebut, psikolog tidak hanya mengetahui masalah apa saja yang dialami oleh klien, namun ia harus mengetahui asal dari masalah tersebut. Nah, social history menyediakan konteks di mana klien (dan masalahnya) berkembang. Tidak heran wawancara tentang social history dilakukan di sesi pertama dan memakan waktu paling lama. Saat pertama kali bertemu, wajar jika orang tersebut merasa ragu untuk menceritakan masalahnya, terlebih jika masalahnya sesuatu yang memalukan baginya. Butuh waktu agar klien merasa nyaman dengan psikolog, jadi tergantung kemampuan psikolognya juga dalam membangun rapport dengan klien.
Mengapa social history perlu ditanyakan? Karena setiap orang itu ceritanya berbeda, meskipun mirip, persepsi seorang dengan orang lain berbeda. Dari cerita klien, psikolog dapat melihat apakah mereka hidup secara adaptif atau maladaptif. Jadi psikolog dapat mengetahui masalah apa yang dihadapi klien beserta asal masalah tersebut. Dalam mewawancarai masalah social history, tugas psikolog hanya memberikan dorongan bagi klien agar mau bercerita.
Berikut adalah area social history yang perlu digali, yaitu..
Family History.
Seputar di mana klien dilahirkan dan dibesarkan, karena mungkin saja ia dibesarkan bukan ditempatnya lahir. Kemudian apakah ada anggota keluarga klien mengalami masalah yang sama, karena ada beberapa masalah yang diturunkan lewat genetik.
Di budaya Timur, contohnya Indonesia, tidak jarang seseorang tinggal dengan extended family. Hal tersebut sangatlah berpengaruh, Ibu Henny memberikan contoh bagaimana jika seorang anak tinggal bersama orangtua dan kakek-neneknya. Anak tersebut diajari dengan dua cara yang berbeda. Saat orangtuanya mengatakan tidak, ternyata kakek-neneknya mengatakan iya, tidak heran jika anak tersebut menjadi bingung. Untuk menyimpan informasi secara efektif, ada baiknya jika dibuat genogram.

Educational History
     Pertanyaan ini kedua terpenting karena saat bersekolah, kepribadian seseorang dibentuk, begitu juga cara mereka bersosialisasi. Di sini tidak dipentingkan bagaimana nilai klien saat disekolah, karena nilai baik dapat dicapai dengan banyak cara (cth.: belajar, menyontek), dan bahwa nilai itu menjadi patokan kegagalan atau keberhasilan seseorang di dunia kerja.

Occupational Training/Job History
     Tidak semua orang memiliki pekerjaan saat pergi ke psikolog, jadi untuk mengetahui apa yang klien kerjakan, sebaiknya menanyakan dengan pertanyaan seperti “apa kesibukan Anda setiap hari?”. Hal tersebut agar klien yang tidak memiliki pekerja tidak merasa kecil hati atau tersinggung. Hal ini ditanyakan untuk mengetahui apakah pekerjaan tersebut apakah memang impian mereka atau impian orang lain.

Marital History
     Topik ini juga salah satu hal yang sensitif untuk ditanyakan, apalagi jika klien mengalami/melakukan sesuatu yang tidak diizinkan masyarakat, seperti bercerai. Dari pertanyaan mengenai marital history, kita dapat melihat seberapa mungkin seseorang memiliki relasi yang bertahan lama.

Interpersonal Relationship
     Di sini kita ingin mengetahui bagaimana kualitas pertemanan klien. Bagi klien yang telah bekerja, maka kita dapat melihat bagaimana hubungannya dengan rekan kerjanya.

Recreational Preferences
     Hal ini ditanyakan untuk melihat bagaimana cara klien untuk coping dengan stress-nya. Di Indonesia, umumnya seseorang memiliki 12 hari untuk cuti, sehingga tiap bulan bisa melepas stress sekali. Setelah rekreasi, maka stress akan berkurang, dan hal tersebut akan menyebabkan meningkatnya performa dalam bekerja.

Sexual History
     Seksualitas merupakan salah satu topik yang sensitif juga. Jika seseorang telah menikah, hal tersebut akan lebih mudah digali, yang sulit adalah jika seseorang belum menikah atau pernah menikah. Hmm.. Kalau mengikuti istilah Ibu Henny, namanya bayar DP buat nikah. Di zaman ini tidak jarang lagi seseorang melakukan hubungan seksual di luar hubungan pernikahan, meskipun itu di Indonesia yang menganut budaya Timur.

Medical History
     Salah satu hal yang ditanya adalah nama dan dosis obat-obatan yang dikonsumsi klien, karena beberapa obat memiliki beberapa efek samping. Karena itulah psikolog juga perlu belajar tentang obat-obatan, walau tidak diizinkan untuk membuka resep.

Psychiatric/Psychotherapy History
     Ditanyakan apakah klien pernah konsultasi atau berobat sebelumnya, agar dapat dijadikan catatan jika klien tidak perlu memulai dari 0, namun lain halnya jika perawatan yang sebelumnya tidak baik (do more harm than good).

Legal History
     Bukan hanya hal yang menyebabkan seseorang dipenjara saja yang ditanyakan, tapi pelanggaran-pelanggaran kecil juga perlu ditanyakan (cth.: ditilang). Klien yang pernah melakukan perilaku ilegal yang ekstrim mungkin memiliki karakteristik patologi.

Alcohol & Substance Use/Abuse
    Ditanyakan bagaimana kebiasaan “minum” klien, dan jenis apa yang ia minum. Jika kebiasaan minum atau penggunaan substansi merupakan bagian dari kehidupan kerja, sosial, maka hal tersebut lebih mungkin untuk terjadi lagi.

Nicotine and/or Caffeine Consumption
     Seseorang tidak hanya tergantung terhadap obat-obatan terlarang saja, namun nikotin juga dapat menyebabkan adiksi layaknya narkotika. Di samping nikotin, kafein juga dapat menyebabkan adiksi. Memang kopi memiliki beberapa efek samping yang positif, seperti mencegah parkinson dan kanker rahim, namun dalam jumlah yang banyak kopi dapat menyebabkan terjadinya tachycardia atay degup jantung yang sangat cepat.
Nah, hal-hal tersebut lah yang perlu ditanyakan saat seorang klien datang ke seorang psikolog. Sekian hasil refleksi dari saya. Mohon maaf jika ada kekurangan, namun saya berharap agar tulisan ini bermanfaat bagi orang yang membacanya. Terima kasih..

24 Maret 2013

Social History (Chrissie Magdalena)

  Dalam melakukan wawancara, penting bagi pewawancara untuk mengetahui sejarah sosial klien. Mengapa? Setiap klien atau setiap individu memiliki kisah hidup atau pengalaman hidup yang berbeda dan pengalaman hidup tersebut yang membuat gangguan pada klien berbeda-beda. Pengalaman hidup tersebut dapat berbeda karena dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu family history, educational history, occupational training/job history, marital history, interpersonal relationship, recreational preferences, sexual history, medical history, psychiatric/psychotherapy history, legal history, alcohol and substance use/abuse, nicotine and/or caffeine consumption. Faktor-faktor inilah yang harus diperhatikan oleh pewawancara, bukan terfokus pada gangguan yang diderita klien.
     Family history; seperti urutan kelahiran, anggota dalam rumah, kebudayaan dalam keluarga, kematian anggota keluarga atau orang dekat lainnya, serta ada atau tidak gangguan mental dalam keluarga ataiu keturunan sebelumnya; perlu diperhatikan dan menjadi aspek penting yang memengaruhi perkembangan hidup seseorang. Educational history merupakan aspek kedua yang terpenting dalam perkembangan hidup seseorang. Dalam sejarah pendidikan yang perlu diperhatikan adalah keterampilan sosial klien. Bagaimana hubungan sosial klien dengan teman-temannya? Apakah klien mampu dalam menjalani proses sosialisasi? Nilai rapor tidak menjadi jaminan fungsi intelektual seseorang.
     Occupational training/job history. Sejarah pekerjaan adalah hal yang sensitif bagi beberapa orang yang belum mendapatkan pekerjaan atau sedang menganggur. Oleh karena itu, pewawancara perlu melakukan teknik lain yang lebih halus. Dalam hal ini yang perlu diperhatikan adalah “Apakah individu tersebut melakukan pekerjaan tersebut, karena minatnya? Ataukah hanya memenuhi keinginan orangtua?” Marital history. Status pernikahan merupakan hal yang penting dalam aspek ini. Biasanya, status pernikahan seseorang dapat diketahui dari formulir yang telah diberikan sebelum melakukan wawancara. Selain itu, berapa kali klien pernah menikah juga menjadi hal penting yang perlu diketahui.
Interpersonal relationship seperti namanya, aspek ini membahas mengenai hubungan seseorang dengan teman sekerjanya, tetangganya, dan lain-lain. Selain itu, pewawancara perlu menanyakan kepada klien bagaimana hubungan tersebut berlangsung. Recreational Preferences. Cara seseorang memeroleh kesenangan mereka juga hal yang penting. Selain itu, bagaimana klien menanggapi rekreasi atau hal-hal yang menyenangkan juga menjadi aspek penting.
Sexual history adalah topik yang sangat sensitif. Dalam menanyakan sejarah seksual klien, pewawancara harus memilih kata-kata yang baik dan berhati-hati. Hal-hal yang perlu diperhatikan adalah kecenderungan seksual, fungsi seksual, masalah seksual, penyakit menular seksual, perbuatan seksual, dan orientasi seksual.
Medical history. Pewawancara perlu mengetahui apakah klien pernah menjalani rawat inap, rawat jalan, dokter yang dikunjungi, dan obat-obatan yang dikonsumsi. Psychiatric/psychotherapy history. Penting bagi pewawancara untuk mengetahui diagnose klien yang telah didiagnosa dengan gangguan psikiatris. Pandangan klien mengenai masalah atau gangguan tersebut juga penting. Kemudian, perawatan apa yang telah diterima oleh klien sebelumnya juga perlu diketahui oleh pewawancara.
Legal history. Apabila perilaku klien menunjukkan dengan jelas melanggar peraturan yang berlaku (peraturan tidak harus berurusan dengan hukum atau undang-undang negara), ia dapat dikategorikan patologi. Alcohol and substance use/abuse. Klien atau teman, keluarga klien yang memiliki ketergantungan terhadap penggunaan alkohol dan obat-obatan dapat kembali mengonsumsinya. Banyak klien yang tidak menyadari zat-zat yang adiktif lainnya, yaitu nikotin dan kafein. Hal tersebut yang perlu diperhatikan dalam aspek nicotine and/or caffeine consumption.
 
24 Maret 2013

insight dari Psikologi Klinis (Chrissie Magdalena)

Pada hari Senin minggu lalu, di mata kuliah Teknik Wawancara, saya mendapat tugas untuk menulis mengenai insight yang didapat dari bahan presentasi mengenai Teknik Wawancara pada Psikolog Klinis Dewasa dan Psikolog Klinis Anak.
Ketika sesi konseling berlangsung, umumnya, psikolog klinis akan melakukan dua metode dalam mengumpulkan data secara sederhana, yaitu observasi dan wawancara. Observasi dilakukan dengan mengamai tingkah laku klien. Wawancara dilakukan dengan cara menanyakan beberapa pertanyaan dengan maksud untuk mendapatkan informasi atau data.
Dalam melakukan wawancara, mereka tidak hanya asal bertanya. Namun, mereka memiliki strategi sendiri dalam bertanya. Mengapa perlu ada strategi? Hal tersebut dilakukan agar tidak terkesan frontal terhadap klien dengan beberapa kasus. Selain itu, untuk mendapatkan data apabila klien kurang terbuka atau kurang kerja sama. Strategi-strategi dalam bertanya dapat dimiliki melalui pengalaman. Tidak hanya itu, psikolog juga harus membina rapport terlebih dahulu dengan klien, agar klien dapat merasa nyaman.
Pada umumnya, mereka mengatakan bahwa kelebihan dan kekurangan dari wawancara adalah sama. Kelebihan wawancara adalah dapat melihat mimik/ekspresi wajah, gerak tubuh, dan intonasi suara saat klien berbicara, sehingga psikolog mendapatkan data secara verbal dan non verbal. Sedangkan kekurangan wawancara adalah menguras tenaga interviewee, karena proses wawancara berlangsung lama.
Apakah perbedaan psikolog klinis anak dan psikolog klinis dewasa? Psikolog klinis anak umumnya akan menerima klien yang berada dalam usia anak-anak. Sedangkan psikolog klinis dewasa akan menerima klien yang berada dalam rentang usia dewasa. Cara penanganannya pun berbeda. Apabila klien anak-anak, biasanya didekati terlebih dahulu menggunakan mainan dan tidak hanya anak tersebut yang diwawancara, tetapi juga orangtua atau orang terdekat.
Berbeda dengan psikologi klinis dewasa, klien yang datang akan bercerita dan cerita tersebut diarahkan agar terus berada dalam topik permasalahan atau informasi yang ingin didapatkan.
Menurut saya tidak hanya pengalaman yang dibutuhkan, tetapi juga dengan hati dan pemikiran yang kritis. Hal tersebut diperlukan, karena klien bisa saja menyampaikan yang ia maksudkan secara tersirat. Kemudian, klien juga mungkin saja merasa minder, segan, atau malu dalam menyampaikan hal-hal yang sensitif atau traumatik. Secara keseluruhan, saya tertarik dengan bidang psikologi klinis khususnya psikologi klinis dewasa. Kemudian, saya juga setuju dengan pendapat para psikolog klinis tersebut bahwa wawancara dan observasi tidak dapat dipisahkan dan merupakan proses yang penting dalam mengumpulkan informasi.
 
9 Maret 2013