Senin, 06 Mei 2013

Teknik Wawancara: PIO dan Pendidikan (Monica Unsri)

Membahas mengenai psikologi industri dan organisasi atau yang biasa disebut PIO, banyak hal-hal menarik yang saya dapatkan dari kelas Teknik Wawancara pada Senin lalu. Teknik wawancara adalah proses mendapatkan informasi yang berlangsung dua arah dan digunakan pada bidang PIO saat akan merekrut karyawan baru, promosi atau saat adanya masalah di suatu perusahaan. Beberapa tahap yang biasa dilakukan untuk melakukan perekrutan adalah dilihatnya CV calon karyawan, psikotes, wawancara, penawaran gaji, barulah penerimaan di perusahaan.

Ketika melakukan wawancara, penting untuk melakukan ice breaking sebelum memberikan pertanyaan kepada calon karyawan untuk relax dan menghilangkan ketegangan, baru kemudian diberikan pertanyaan-pertanyaan. Setelah itu baru interviewer menjelaskan job desk perusahaan. Obervasi pun turut diikutsertakan saat proses berlangsungnya wawancara untuk menghindari faking good atau kemungkinan calon karyawan berbohong agar diterima di perusahaan.

Menariknya, di bidang PIO, proses wawancara dapat dilakukan di luar perusahaan, tetapi untuk beberapa posisi tertentu. Misalnya, untuk posisi sales berbeda dengan posisi General Manager (GM). Mewawancarai calon sales biasanya memang di lakukan di kantor, beda halnya dengan calon GM yang dilakukan di luar kantor seperti kafe atau restoran yang sesuai dengan kesepakatan antara interviewer dan interviewee. Kenapa? Karena untuk jabatan tinggi seperti itu, biasanya mereka sangat sibuk dan tidak memiliki banyak waktu untuk melakukan wawancara yang berlangsung lama. Selain itu, tidak jarang calon GM adalah orang yang akan dibajak dari perusahaan lain, sehingga sah-sah saja dalam dunia PIO jika dilakukan wawancara di luar perusahaan dan untuk menunjukkan seberapa baik perusahaan yang akan membajak orang tersebut. Pertanyaan yang diajukan untuk calon sales pun biasanya merupakan pertanyaan standar, sedangkan untuk pertanyaan bagi posisi GM, hal-hal yang ditanyakan sifatnya terselubung dan berupa pertanyaan seperti apa pengalaman-pengalamannya untuk menggali seberapa besar kompetensi yang dimiliki untuk posisi GM.  

Sedangkan dalam ranah pendidikan, wawancara digunakan untuk memperoleh informasi sebanyak-banyaknya untuk membantu siswa, misalnya saat berlangsungnya proses konseling oleh guru BK karena biasanya siswa yang sedang melakukan konseling berarti memiliki masalah, entah itu masalah akademis atau pribadi. Pentingnya penerimaan siswa terhadap psikolognya adalah hal utama untuk memudahkan kelancaran proses wawancara saat dilakukan konseling. Biasanya, untuk menyiasati adanya kemungkinan anak yang tertutup saat diwawancarai, seorang psikolog mengaku menempatkan diri sesuai situasi, misalnya menjadi sosok guru, teman, ibu, atau ayah bagi siswa tersebut. Menurutnya, wawancara merupakan teknik yang paling sering digunakan dalam dunia pendidikan karena memiliki kelebihan seperti dapat memperhatikan body language, mimik wajah, kemudian perubahan emosi, yang tidak bisa didapatkan dari angket atau dari teknik yang lain. 

10 Maret 2013

Tidak ada komentar:

Posting Komentar