Minggu, 17 Maret 2013

Warning Alarm! (Levina Sutiono)


Pada post kali ini, saya akan membahas kesan yang baru saja saya dapatkan beberapa jam yang lalu, tepatnya pada saat saya mengikuti perkuliahan Teknik Wawancara..Seperti acara perkuliahan minggu lalu, hari ini pun terdapat cukup banyak kelompok yang maju untuk mempresentasikan hasil wawancara mereka terhadap seorang psikolog. Presentasi hasil wawancara pada hari ini lebih difokuskan pada psikolog yang bekerja di bidang industri dan pendidikan.

Melalui presentasi teman-teman mahasiswa dan ulasan yang diberikan oleh bu Henny tadi, saya merasa mendapat suatu pelajaran moral baru yang menurut saya dapat menjadi warning alarm ketika saya bekerja nanti...Salah satu kelompok yang mempresentasikan hasil wawancara mereka terhadap seorang psikolog industri mengatakan bahwa subjek yang mereka wawancarai bukanlah seorang sarjana Psikologi. Subjek mereka ternyata adalah seorang sarjana Teknik Elektro. Saya cukup terkejut mendengar hal itu. Seketika itu juga, saya berpikir "lho kok bisa??"

Bagaimana bisa seorang sarjana Teknik Elektro mengerti tentang teknik wawancara, observasi dan penggunaan psikotes yang baik dan benar? Bagaimana cara ia menjalani pekerjaannya tersebut? Pada saat itu, beberapa teman mahasiswa mengajukan pertanyaan mengenai hal tersebut kepada kelompok. Bu Henny pun ikut memberikan jawaban dan penjelasan atas hal tersebut. Beliau mengatakan bahwa memang ketika berada dalam dunia kerja nanti, kita mungkin akan bertemu dengan orang-orang yang bekerja di bidang HRD ataupun sebagai guru BP, namun tidak memiliki latar belakang pendidikan psikologi. Hal tersebut juga tidak menutup kemungkinan bahwa mereka dapat memiliki kemampuan wawancara yang baik, bahkan mungkin lebih baik dibandingkan dengan seseorang yang baru saja lulus S1 Psikologi. Bagaimana bisa??

Bu Henny menjelaskan bahwa kemungkinan pertama adalah orang tersebut telah memiliki banyak pengalaman dalam wawancara. Hal tersebut dapat membuat mereka mampu melakukan wawancara dengan baik dan benar. Oleh karena itu, apabila kelak kita sudah lulus dan bekerja pada suatu perusahaan/sekolah dan bertemu dengan orang-orang yang bukanlah seorang lulusan sarjana Psikologi, jangan dengan sombongnya mengatakan bahwa diri kita pasti lebih baik dibandingkan orang tersebut. Hal ini dikarenakan bisa saja mereka memang lebih baik dari kita yang baru saja lulus S1 Psikologi.

Tetapi, bukan berarti suatu saat kita tidak dapat menjadi lebih baik dari mereka. Keuntungan yang dimiliki oleh seorang sarjana Psikologi adalah kita mempelajari teori-teori yang juga merupakan senjata kita dalam membuat suatu penilaian. Selain itu, latihan dan pengalaman juga dapat membuat kita suatu saat nanti bahkan menjadi lebih baik dan lebih ahli dari orang tersebut.

Pada saat mendengar penjelasan tersebut, saya seperti mendapat pencerahan atas pertanyaan yang sempat timbul dalam pikiran saya. Selain itu, saya personally tertegur karena jujur saja sebelum mendengar penjelasan tersebut, saya berpikir bahwa pekerjaan di bidang HRD maupun pekerjaan sebagai seorang guru BP hanyalah milik seorang sarjana Psikologi. Saya seperti mendapat suatu warning alarm untuk tidak sombong dan merendahkan orang lain yang mungkin bukanlah seorang sarjana Psikologi di dunia kerja nanti. Setelah mendengar penjelasan dari beliau di kelas tadi, saya juga menjadi sadar akan betapa bodoh dan sombongnya pikiran saya selama ini. Thanks to her for realizing me hehehe :)

7 Maret 2013

Tidak ada komentar:

Posting Komentar