Jumat, 15 Maret 2013

Viewing Sexuality from the Perspective of Science (Aris Nugraha)


     Dalam memilih pasangan, hal pertama yang kita lihat tentu saja fisik. Ini wajar saja karena setiap orang pasti akan melihat dari sisi fisik terlebih dahulu dalam melihat pasangannya. Bagi kaum pria akan memilih pasangan wanita yang cantik dan sexy. Begitu pula dengan kaum wanita, mereka akan memilih pasangan pria yang tampan dan gagah. Semua itu jika kita melihat dari segi fisik yang dapat dilihat dengan mata kita. Bagaimana jika kita melihat pasangan dari segi sains? Hal ini sangat menarik bagi saya dan saya peroleh dari menonton film yang berjudul “The Science of Sex Appeal”.
     Hal pertama yang dapat kita lihat dari segi sains adalah golden ratio. Golden ratio adalah perbandingan antara jarak kedua mata dibandingkan dengan jarak lebar pada mulut atau jarak antara pinggang dengan pinggul pada wanita. Menurut teorinya, jarak yang ideal adalah 7:10 namun tidak jarang juga bahwa ada orang yang tertarik dengan jarak yang mungkin sekitar 5:10 atau kurang dari jarak ini. Selain itu, ada lagi yang mempengaruhi ketertarikan seseorang dengan lawan jenis, yaitu simetris atau tidak simetris. Hal ini dilakukan pada penelitian dimana foto orang yang simetris dan tidak simetris ditempelkan di mading. Kemudian, setiap orang yang lewat akan diminta untuk menanggapi foto mana yang dianggap lebih maskulin atau feminim. Hasilnya adalah 8 dari 10 orang setuju bahwa orang dengan wajah yang simetris dianggap lebih maskulin atau feminim. Ini menunjukkan bahwa orang dengan wajah yang simetris menjadi salah satu faktor terhadap ketertarikan dengan lawan jenis.
     Penelitian yang dilakukan ternyata tidak sampai disitu. Menurut dari sudut pandang evolutionary psychology, mengatakan bahwa ada pengaruh dari masa subur seorang wanita yang mempengaruhi ekspresi, suara serta bau yang muncul. Ekspresi wajah wanita yang sedang mengalami ovulasi cenderung terlihat berbeda dengan wanita yang tidak mengalaminya. Wanita tersebut cenderung lebih ekspresif pada saat memasuki masa subur. Selain itu, suara yang dikeluarkan oleh wanita cenderung lebih lembut dan feminim. Ini terlihat dari penelitian dimana setiap laki-laki diminta untuk memberikan nilai dari 0-10 terhadap suara wanita yang mereka dengarkan. Hasilnya adalah wanita yang sedang memasuki masa subur cenderung memiliki suara yang lebih lembut dan feminim. Pengaruh yang terakhir adalah bau. Bau dapat dihasilkan dari keringat baik laki-laki dan perempuan. Ternyata, bau juga memiliki pengaruh terhadap ketertarikan lawan jenis. Ketertarikan ini disebabkan oleh adanya bau yang khas yang dikeluarkan dari setiap orang dimana baunya tersebut tidak akan pernah sama. Penelitian dilakukan dengan cara setiap wanita diminta untuk mencium bau keringat dari setiap baju yang disediakan. Bau keringat tersebut berasal dari hasil fitness dari setiap laki-laki. Hasilnya cukup mengejutkan bahwa wanita secara tidak sadar akan memberi nilai yang rendah terhadap bau baju yang masih merupakan anggota keluarganya. Hasil ini dikarenakan setiap baju yang disediakan terdapat beberapa baju tersebut berasal dari anggota keluarga mereka sendiri. Ini menunjukkan bahwa bau juga memiliki pengaruh terhadap ketertarikan lawan jenis.
    Di antara semua itu, ada satu hal lain yang mempengaruhi ketertarikan lawan jenis, yaitu status dan fisik. Wanita akan cenderung memilih pria yang telah memiliki status begitu pula sebaliknya pria akan cenderung memilih wanita yang memiliki fisik yang baik. Mengapa demikian? Hal ini dikarenakan wanita mencari pria yang mampu untuk melindungi dan memberi nafkah terhadap dirinya dan anaknya kelak. Sedangkan pria mencari wanita yang memiliki fisik yang baik dikarenakan wanita dengan fisik yang cantik dan sexy dianggap memiliki gen yang baik. Akibatnya, wanita akan lebih tertarik dengan pria yang telah memiliki status dan pria cenderung tertarik dengan wanita yang memiliki fisik yang baik. 

13 Maret 2013

Tidak ada komentar:

Posting Komentar