Dalam memilih
pasangan, hal pertama yang kita lihat tentu saja fisik. Ini wajar saja karena
setiap orang pasti akan melihat dari sisi fisik terlebih dahulu dalam melihat
pasangannya. Bagi kaum pria akan memilih pasangan wanita yang cantik dan sexy.
Begitu pula dengan kaum wanita, mereka akan memilih pasangan pria yang tampan
dan gagah. Semua itu jika kita melihat dari segi fisik yang dapat dilihat
dengan mata kita. Bagaimana jika kita melihat pasangan dari segi sains? Hal ini
sangat menarik bagi saya dan saya peroleh dari menonton film yang berjudul “The Science of Sex Appeal”.
Hal pertama
yang dapat kita lihat dari segi sains adalah golden ratio. Golden ratio
adalah perbandingan antara jarak kedua mata dibandingkan dengan jarak lebar
pada mulut atau jarak antara pinggang dengan pinggul pada wanita. Menurut
teorinya, jarak yang ideal adalah 7:10 namun tidak jarang juga bahwa ada orang
yang tertarik dengan jarak yang mungkin sekitar 5:10 atau kurang dari jarak
ini. Selain itu, ada lagi yang mempengaruhi ketertarikan seseorang dengan lawan
jenis, yaitu simetris atau tidak simetris. Hal ini dilakukan pada penelitian
dimana foto orang yang simetris dan tidak simetris ditempelkan di mading.
Kemudian, setiap orang yang lewat akan diminta untuk menanggapi foto mana yang
dianggap lebih maskulin atau feminim. Hasilnya adalah 8 dari 10 orang setuju
bahwa orang dengan wajah yang simetris dianggap lebih maskulin atau feminim. Ini
menunjukkan bahwa orang dengan wajah yang simetris menjadi salah satu faktor
terhadap ketertarikan dengan lawan jenis.
Penelitian
yang dilakukan ternyata tidak sampai disitu. Menurut dari sudut pandang evolutionary psychology, mengatakan bahwa
ada pengaruh dari masa subur seorang wanita yang mempengaruhi ekspresi, suara
serta bau yang muncul. Ekspresi wajah wanita yang sedang mengalami ovulasi
cenderung terlihat berbeda dengan wanita yang tidak mengalaminya. Wanita
tersebut cenderung lebih ekspresif pada saat memasuki masa subur. Selain itu,
suara yang dikeluarkan oleh wanita cenderung lebih lembut dan feminim. Ini
terlihat dari penelitian dimana setiap laki-laki diminta untuk memberikan nilai
dari 0-10 terhadap suara wanita yang mereka dengarkan. Hasilnya adalah wanita
yang sedang memasuki masa subur cenderung memiliki suara yang lebih lembut dan
feminim. Pengaruh yang terakhir adalah bau. Bau dapat dihasilkan dari keringat
baik laki-laki dan perempuan. Ternyata, bau juga memiliki pengaruh terhadap
ketertarikan lawan jenis. Ketertarikan ini disebabkan oleh adanya bau yang khas
yang dikeluarkan dari setiap orang dimana baunya tersebut tidak akan pernah
sama. Penelitian dilakukan dengan cara setiap wanita diminta untuk mencium bau
keringat dari setiap baju yang disediakan. Bau keringat tersebut berasal dari
hasil fitness dari setiap laki-laki. Hasilnya cukup mengejutkan bahwa wanita
secara tidak sadar akan memberi nilai yang rendah terhadap bau baju yang masih
merupakan anggota keluarganya. Hasil ini dikarenakan setiap baju yang
disediakan terdapat beberapa baju tersebut berasal dari anggota keluarga mereka
sendiri. Ini menunjukkan bahwa bau juga memiliki pengaruh terhadap ketertarikan
lawan jenis.
13 Maret 2013
Tidak ada komentar:
Posting Komentar