hari ini adalah
hari pertama dimulainya kegiatan presentasi bagi para mahasiswa/i kelas
teknik wawancara kelas C dengan pengajar ibu Henny. sebelum mengambil
mata kuliah teknik wawancara, sempat terpikir oleh saya bahwa kelas ini
mungkin akan sangat sulit bagi saya, terutama karena saya merasa bahwa
wawancara adalah kemampuan yang paling sulit untuk saya kuasai.dan
mungkin akan sulit juga bagi saya untuk memahami materi yang akan
disampaikan di kelas nantinya. namun dugaan-dugaan saya itu cukup salah,
memang ilmu yang diberikan dalam perkuliahan tidak sepenuhnya mampu
saya aplikasikan dalam menjalani tugas-tugas wawancara yang diberikan
oleh beberapa dosen lainnya, namun ilmunya tetap dapat saya jadikan
pegangan untuk kelak jika saya berprofesi sebagai seorang praktisi
psikologi ataupun pekerjaan lainnya yang membutuhkan skill interview.
pada presentasi hari ini, banyak yang saya pelajari, pertama-tama tentu
mengenai apa itu wawancara dan bagaimana penerapan teknik wawancara
dalam pekerjaan sebagai psikolog. lalu dimana kekurangan teknik
wawancara dibandingkan teknik lainnya, dan yang terpenting adalah
mengetahui etika dalam mewawancarai seorang klien. ada kelompok yang
menjelaskan bahwa psikolog (narasumber) yang ia wawancarai berkata bahwa
ia seringkali lupa apa yang akan ia tanyakan pada klien, padahal
menurut saya sangat penting untuk mempersiapkan poin-poin penting apa
saja yang harus ditanyakan pada klien agar kita dapat mengetahui apa
yang benar-benar ingin kita ketahui dari klien tanpa terkesan
berputar-putar di pertanyaan yang sama dan agar tidak terlihat seolah
tidak ada persiapan dan tidak profesional di hadapan klien. psikolog
tersebut bahkan tidak mengacu pada pedoman wawancara dan tidak
menggunakan aturan wawancara yang baku. lalu diceritakan juga oleh bu
Henny bahwa sebagai seorang psikolog yang terpenting adalah kita tidak
boleh menunjukkan ekspresi yang berlebihan di hadapan klien, bukan
berarti ekspresi kita harus datar seolah tanpa jiwa, namun ada baiknya
tetap menjaga sikap profesional di hadapan klien, semengejutkan apapun
persoalan klien. lalu ada juga petuah-petuah bijak dari ibu Henny
mengenai tanggung jawab dan etika sebagai seorang psikolog. ada juga 5
senjata rahasia yang harus dimiliki sebagai seorang psikolog kelak.
kemudian dari kelompok presentasi mengenai klinis dewasa misalnya,
seperti yang dikatakan ibu Henny, beliau lebih senang menginterview
klien yang usianya tidak jauh berbeda, karena menurut saya sendiri hal
tersebut akan menciptakan suasana yang tidak terlalu canggung antara
klien dan psikolog, dan secara psikologis sebagai orang yang usianya
tidak berbeda jauh, kita dapat lebih memahami permasalahan klien dan
penyelesaiannya.lalu ada juga pengalaman dari psikolog klinis anak,
dimana untuk menangani anak-anak memang lebih sulit dan dibutuhkan
tenaga ekstra untuk menghadapi mereka, terutama jika anak itu memiliki
gangguan ADHD yang mana anak tersebut akan jadi sangat aktif, tentu
membutuhkan stamina yang prima juga bagi psikolog yang harus menghadapi
klien cilik yang seperti itu. lalu dari presentasi itu juga saya jadi
tahu bahwa dalam menghadapi klien cilik, adanya ruangan yang cukup besar
dan mainan yang banyak karena sebagai anak-anak, biasanya mood mereka
lebih sulit untuk dikondisikan dalam lingkup konseling, dimana dalam
kasus klinis dewasa tentu klien sudah lebih bisa mengendalikan diri
mereka untuk menghadapinya. anak-anak itu harus dipancing mood-nya agar
jadi lebih nyaman dan santai, psikolog yang akan menanganinya juga harus
mencoba untuk mengakrabkan diri sedikit demi sedikit dengannya,
biasanya sebelum ditinggal berdua dengan psikolog, ibu dari klien cilik
tersebut harus menemani juga dan perlahan-lahan setelah anak itu mulai
nyaman dengan psikolog, ibunya boleh meninggalkan keduanya dan kegiatan
konseling/pengobatan pun dapat dilaksanakan. banyak yang saya pelajari
dari kuliah hari itu, namun yang paling berkesan sejak awal perkuliahan
teknik wawancara hingga perkuliahan minggu terakhir bagi saya adalah
petuah-petuah ibu Henny mengenai pengalamannya sebagai seseorang yang
sudah makan asam garam dalam profesi psikolog.
5 Maret 2013
Tidak ada komentar:
Posting Komentar