Dalam dunia kerja tentunya
profesi HRD (Human Resourches
Development) bukanlah hal yang asing lagi di telinga masyarakat Indonesia. Mengapa?
Karena awal dari segala bidang pekerjaan harus melewati seleksi yang dilakukan
oleh HRD perusahaan setempat, khusunya perusahaan yang sudah cukup besar. Penentuan
karyawan diterima ataupun tidak juga berdasarkan keputusan HRD. Kebanyakan
individu yang berprofesi sebagai HRD merupakan sarjana psikologi, namun apa
benar semua orang HRD adalah lulusan psikologi? Apa individu yang memiliki
tittle diluar psikolog tidak dapat menjadi seorang HRD yang baik? dan apa
mungkin karena ia bukan lulusan psikologi maka dianggap tidak kompeten dalam
menangani masalah human resourches?
Sepertinya tidak demikian.
Siapa saja sebenarnya dapat menjadi HRD, seperti seorang HRD yang saya dan
kelompok saya wawancarai sehubungan dengan tugas mata kuliah Teknik Wawancara.
Beliau menceritakan bahwa beliau sudah lama bekerja di salah satu perusahaan
importir alat-alat listrik di Jakarta. Awalnya memang beliau bekerja bukan
sebagai HRD, namun ketika bosnya menginginkan beliau memegang jabatan tersebut
beberapa tahun lalu, beliau tidak mungkin menolak perintah bosnya. Singkat
cerita akhirnya beliau menjabat sebagai seorang HRD sampai sekarang. Beliau
berkata bahwa menjadi HRD memang tidak mudah, karena kita harus dapat menilai
calon karyawan baru dengan benar, bukan berdasarkan subjektivitas. Objektivitas
sangat diperlukan guna kelancaran perusahaan.
Tidak mudah juga melihat
apakah nantinya calon karyawan baru akan bekerja dengan baik dan jujur atau
tidak. Maka dari itu dibutuhkan HRD dengan pengalaman yang sudah banyak
menghadapi calon karyawan. Seorang HRD yang sudah terlatih dan berpengalaman dengan
mudahnya dapat merekrut karyawan dan tidak memerlukan lagi tes-tes kepribadian.
Lalu jika demikian apa
yang membedakan HRD lulusan psikologi dan HRD lulusan yang lain? Apakah hanya
bermodalkan ijin dalam menggunakan alat tes kepribadian? Apakah benar hasil tes
kepribadian dapat menjamin kredibilitas calon karyawan baru ini? Satu-satunya
perbedaan adalah lulusan psikologi yang akan menjadi HRD telah dibekali dengan
teori. Teori tentang manusia dari berbagai sudut pandang kepribadian, teori intelegensi
manusia, bahkan teori mengenai
karakteristik manusia yang lainnya. Namun apakah bekal ini cukup untuk menjadi
seorang HRD yang handal? Tidak. Mengapa? Karena disamping bekal teori ini,
seorang Psikolog PIO (HRD) juga membutuhkan yang namanya pengalaman (jam
terbang). Semakin orang memiliki jam terbang yang banyak, semakin besar kemampuannya
dalam menghadapi orang lain. Menilai apakah orang yang sedang kita hadapi sedang
berbohong atau tidak, apakah kompetensinya yang tertulis dalam CV sesuai dengan
yang kenyataannya. Melakukan compare
antara teori dan pengalaman kerja nyata adalah hal penting yang harus dilakukan
di bidang ini.
Jadi jangan dulu bermegah
diri dan sok bisa karena merupakan lulusan psikologi yang dapat menggunakan
alat tes dan melakukan skoring, tapi cobalah bersaing dengan yang lain. Jika
memang kita memiliki bekal yang banyak, mengapa kita harus kalah dengan mereka
yang berbekal sedikit?
11 Maret 2013
Tidak ada komentar:
Posting Komentar