Pada
kesempatan ini saya akan me-review apa saja yang telah saya dapatkan di dalam
kuliah teknik wawancara(singkat: tekwan) pada tanggal 25 Februari 2013 yang lalu.
Perkuliahan dimulai dengan presentasi kelompok pertama dan kedua yang telah
melakukan wawancara dengan psikolog klinis dewasa. Presentasi selanjutnya diisi
oleh kelompok ketiga dan keempat yang juga telah melakukan wawancara terhadap
psikolog klinis anak. Presentasi ini bertujuan untuk membagi
pengalaman-pengalaman para psikolog tersebut dalam menggunakan teknik wawancara
dalam ranah pekerjaan mereka.
Pertanyaan
pertama kami kepada para psikolog klinis, baik anak maupun dewasa, adalah apa
pengertian dari wawancara? Tentu jawaban dari berbagai psikolog berbeda-beda,
tetapi intinya kira-kira begini; wawancara adalah proses pengumpulan informasi
yang umumnya dilakukan dengan tanya jawab yang dilakukan secara terarah. Sesuai
dengan resep 5W 1H, maka terjawab lah sudah WHAT.
WHO? Karena berada dalam ranah klinis, tentu
saja jawabannya tak lain adalah pasien/klien dan orang-orang yang ada sangkut
pautnya. Pada klinis dewasa, biasanya yang diwawancarai adalah sang
pasien/klien itu sendiri. Pada klinis anak, kebanyakan yang diwawancarai adalah
orangtua atau pengasuh dari anak tersebut. Kok orangtua/pengasuhnya? Kan yang ‘sakit’ anaknya? Memang benar, tapi tidak
banyak anak yang bisa mengekspresikan dirinya melalui percakapan dengan
sistematis dan detail, begitulah jawaban psikolog yang kami wawancarai. Karena itu,
umumnya yang diwawancarai adalah orangtua/pengasuh dan orang-orang yang
berkaitan langsung dengan sang anak. Jika yang diwawancarai adalah pasien/klien
sendiri, itu disebut auto anamnesa. Jika
yang diwawancarai adalah orang-orang yang berkaitan dengan pasien/klien, itu
disebut allo anamnesa.
WHEN?
WHERE? Di mana saja dan kapan saja kalau memang memungkinkan. Umumnya pada
klinis dewasa, wawancara dilakukan di saat dan di tempat praktek/ruang
konseling. Lain halnya dengan klinis anak, wawancara bisa dilakukan di mana
saja. Misalnya di ruang bermain(play room), di sekolah jika masalah anak berada
di sekolah, ataupun di ruang praktek/konseling sendiri. Bahkan dalam kehidupan
sehari-hari pun wawancara sering digunakan walaupun bukan dalam ranah klinis.
WHY?
Tentu saja untuk mengumpulkan informasi tentang pasien/klien. Selain itu
wawancara juga digunakan untuk membina raport dengan pasien/klien agar tercipta
trust yang nantinya akan sangat
mempengaruhi proses selanjutnya. Wawancara juga digunakan untuk menyampaikan diagnosis,
treatment yang akan diberikan, dan sampai penyampaian hasil treatment tersebut.
HOW?
Latihan. Latihan ini mutlak hukumnya kalau mau bisa melakukan wawancara dengan
baik dan menghadapi kendala-kendala yang akan ditemui saat melakukan wawancara.
Dan yang satunya lagi adalah jam terbang.
Semakin banyak jam terbang seorang
psikolog, tentunya semakin banyak pula ‘latihan’
yang ia lakukan untuk selalu berusaha lebih baik dalam menggunakan teknik
wawancara ini.
3 Maret 2013
Tidak ada komentar:
Posting Komentar