Pada
kelas Teknik Wawancara minggu ini, saya menjadi terinspirasi mengenai
penggunaan wawancara dalam dunia psikologi klinis anak dan dewasa. Dalam
berhadapan dengan anak-anak, seorang psikolog mungkin perlu menjadi seseorang
yang bukan dirinya agar ia dapat masuk dalam dunia anak-anak. Selain itu,
wawancara yang dilakukan juga berbeda dengan wawancara terhadap orang dewasa. Untuk
mendapatkan informasi dari anak-anak, pertanyaan-pertanyaan mungkin diberikan
dalam bentuk yang berbeda dengan pertanyaan pada orang dewasa. Berinteraksi
dengan anak sambil anak tersebut bermain mungkin juga dapat dilakukan agar anak
mau menjawab pertanyaan-pertanyaan yang dikemas semenarik mungkin seperti
ketika sedang berbicara atau bercanda dengan anak-anak. Setting ruangan juga perlu dibuat menarik agar anak mau berada
dalam ruangan tersebut.
Selain
memperoleh informasi dari anak, seorang psikolog yang bergerak dalam bidang
klinis anak juga dapat memperoleh informasi melalui orangtua atau keluarga anak
tersebut. Mungkin informasi tersebut akan lebih tepat dibandingkan dengan
informasi yang diperoleh dari anak. Walaupun demikian, menurut saya tetap perlu
adanya interaksi atau komunikasi dengan anak untuk memperoleh informasi. Jika terdapat
perbedaan mengenai informasi antara orangtua atau keluarga dan anak, maka
psikolog perlu mencari tahu perbedaan tersebut dan menemukan informasi yang
tepat. Dengan demikian, psikolog dapat mengetahui cara yang tepat untuk
membantu anak tersebut.
Berbeda
dengan klinis anak, peralatan yang dibutuhkan pada bidang klinis dewasa mungkin
akan lebih sedikit dan tidak serumit dengan klinis anak. Misalnya, setting ruangan tidak perlu dibuat
seperti tempat bermain. Wawancara juga dapat dilakukan dengan lebih mudah
karena orang dewasa pada umumnya dapat memahami pertanyaan yang diberikan. Namun,
psikolog perlu peka terhadap setiap jawaban atau perilaku orang yang
diwawancara karena terdapat kemungkinan ia berbohong dalam menjawab pertanyaan.
Walaupun demikian, bukan berarti bahwa dalam bidang klinis anak tidak dipelukan
kepekaan terhadap anak dan orangtua atau keluarganya. Kepekaan tetap diperlukan
dalam melakukan wawancara dan juga perlu disertai dengan observasi agar dapat
memperoleh informasi yang lebih baik.
5 Maret 2013
Tidak ada komentar:
Posting Komentar