Rabu, 06 Maret 2013

Review Teknik Wawancara Psikologi Klinis Anak dan Dewasa (Mellyta Novi Astuti)

Pada kelas teknik wawancara tanggal 28 Februari 2013, ada beberapa kelompok dari kelas C yang mempresentasikan mengenai Teknik Wawancara di bidang Psikologi Klinis Anak dan Dewasa.  Kelompok 1 dan 2 membahas Klinis dewasa serta 3 dan 4 membahas tentang klinis anak. Dari presentasi yang disampaikan oleh keempat kelompok tersebut ada beberapa kesimpulan yang dapat dirangkum. Saya akan membahas apa sajakah kesimpulan yang saya dapat pada presentasi tersebut.
  1. Pengertian Wawancara
Dari semua kelompok dapat disimpulkan bahwa wawancara merupakan suatu modal bagi lulusan psikologi agar dapat lebih menggali informasi dari subyek yang kita wawancara. Dalam bidang klinis anak ataupun dewasa, teknik wawancara memiliki pengertian dan tujuan yang sama. Yang membedakan dari kedua bidang tersebut adalah jika klinis dewasa seorang bisa langsung mewawancarai subyek, sementara dalam bidang klinis anak seorang psikolog dapat mewawancarai orang di sekitar anak tersebut terlebih dahulu sebelum mewawancarai subyek.

  1. Aplikasi wawancara
Dalam bidang klinis anak ataupun dewasa, biasanya wawancara sering digunakan dari awal sesi hingga akhir sesi berlangsung. Wawancara menjadi modal yang penting dalam bidang ini karena psikolog harus mengetahui informasi-informasi yang dibutuhkan untuk menangani kasus subyek. Namun psikolog tidak hanya menggunakan wawancara saja, psikolog juga harus mengobservasi subyek saat diwawancara dan jika perlu psikolog akan memberikan tes-tes psikologi.

  1. Kelebihan dan kekurangan wawancara
Seperti pada dasarnya teknik lain, teknik wawancara memiliki kelebihan dan kekurangan tersendiri. Kelebihan dari teknik wawancara dalam bidan klinis dewasa dan anak adalah prosesnya lebih cepat dibandingkan dengan teknik lain untuk mendapatkan data karena pewawancara dapat langsung menanyakan informasi yang diinginkan, jika kurang jelas dapat bertanya lagi dan lagi. Subyek dapat langsung menjawab atau bercerita terlebih dahulu saat diberi oleh pertanyaan, kerena itu wawancara bersifat fleksibel. Akan tetapi, jika dalam klinis dewasa terkadang terdapat subyek yang berpura-pura menjadi baik atau menjadi bias saat diwawancara. Sementara pada bidang klinis anak terdapat anak-anak yang sangat sulit diajak berbicara, karena itu biasanya seorang psikolog klinis anak harus lebih sabar dalam menghadapi suyeknya.

  1. Masalah wawancara
Seperti yang sudah saya tuliskan di bagian kelebihan dan kekurangan wawancara, terdapat beberapa kekurangan wawancara yang menjadi maslah dalam bidang klinis anak dan dewasa. Jika dalam klinis dewasa, masalah yang biasa dialami adalah informasi yang didapat terkadang idak jujur. Banyak subyek yang terkadang berpura-pura menjadi baik karena malu menceritakan kisahnya sendiri. sementara dalam bidang klinis anak, maslah yang dihadapi biasanya anak bersikap kurang terbuka dan kurang dapat diajak bekerja sama.

  1. Penanganan masalah dalam wawancara
Lalu bagaimana biasanya psikolog menangani masalah-masalah tersebut? pada klinis dewasa biasanya seorang psikolog harus benar-benar teliti dalam mengobservasi subyeknya. Selain itu, seorang psikolog harus memperluas wawasannya agar tidak diremehkan oleh pasiennya.  Sementara dalam bidang klinis anak, seorang psikolog biasanya menangani masalahnya dengan mengobservasi lingkungannya. Seorang psikolog anak juga terkadang harus mewawancra orang-orang terdekat dari anak tersebut seperti orangtua, saudara, guru, atau pengasuhnya. Cara penanganan lain yang dapat ditempuh adalah dengan teknik pendamping dan pendukung (dapat dikatakan seperti wawancara yang tidak langsung). Seperti mungkin dapat menggunakan gambar, play doll dan lain-lain. Sehingga data tetap akan terkumpul, baik cepat atau lambat atau dengan cara/teknik yang berbeda.

6 Maret 2013

Tidak ada komentar:

Posting Komentar