Rabu, 06 Maret 2013

Review Teknik Wawancara: Psikolog Klinis Anak (Levina Sutiono)

Dalam post ini saya akan membicarakan mengenai kesan saya dalam kelas yang berbeda dari yang sebelum-sebelumnyanya, yaitu kali ini dalam kelas Teknik Wawancara :)

Well, dalam kelas Teknik Wawancara hari kamis kemarin, terdapat 4 kelompok yang mempresentasikan hasil wawancara mereka dengan para psikolog, baik psikolog dewasa maupun psikolog anak..

Pada post kali ini, saya akan lebih banyak membicarakan mengenai wawancara terhadap psikolog anak, karena saya pribadi lebih tertarik pada bahasan tersebut..Melalui presentasi kelompok kemarin, salah satu kelompok yang mewawancarai psikolog anak mengatakan bahwa wawancara bagi subjek mereka adalah alat untuk menggali data. Kemudian, ketika membahas mengenai kendala yang dihadapi, subjek kelompok tersebut mengatakan bahwa terkadang kendala berasal dari subjek yang tidak kooperatif dan agak menutup diri. Bagaimana cara mengatasinya?

Caranya adalah dengan menggunakan teknik pendamping lain, seperti menggunakan boneka, mainan, play dough ataupun media lainnya. Psikolog yang diwawancarai kelompok tersebut mengatakan bahwa memang wawancara adalah teknik utama, namun dalam menghadapi orang-orang tertentu, wawancara membutuhkan adanya suatu teknik pendamping. Untutk apa sih teknik pendamping tersebut?

Teknik pendamping berupa media lain tersebut ternyata digunakan untuk terlebih dulu melakukan pendekatan dengan anak yang akan kita wawancarai. Anak biasanya akan lebih terbuka ketika mereka mulai merasa nyaman dan familiar dengan kita. Dengan bantuan media lain seperti yang telah disebutkan tadi, psikolog dapat tetap mengumpulkan data bahkan ketika anak sedang bermain. Hal tersebut dapat dilakukan misalnya ketika anak sedang bermain boneka ataupun mainan lainnya, psikolog bertanya peran apa yang akan si anak berikan pada tiap boneka tersebut.. Melalui cerita yang akan anak tersebut katakan, psikolog dapat menganalisa bagaimana hubungan yang dimiliki anak dengan keluarganya atau dengan peran-peran yang diberikan pada boneka tersebut.

Kemudian, setelah anak mulai dekat dan familiar dengan psikolog tersebut, maka akan dilakukan wawancara yang lebih mendalam. Begitulah cara yang biasa dilakukan subjek kelompok tersebut dalam mengumpulkan data. Waktu yang akan dihabiskan untuk mengumpulkan data dari anak-anak memang tidak dapat diperkirakan, tergantung seberapa cepat psikolog mampu membina hubungan yang dekat dengan anak. Namun, yang pasti data akan tetap terkumpul, walaupun mungkin tidak dengan interview secara langsung, melainkan dengan menggunakan media-media lainnya.

Saya pribadi merasa tertarik dengan pembahasan mengenai wawancara dengan anak-anak. Memang akan membutuhkan tenaga ekstra apabila kita mewawancarai anak-anak. Bukan hanya ekstra tenaga, namun juga ekstra ruangan praktek dan ekstra waktu. Namun, akan menjadi suatu kebanggaan tersendiri apabila kita dapat membantu mengatasi permasalahan yang dimiliki anak tersebut. Umumnya, orang tua yang datang ke psikolog anak memiliki masalah dengan anak mereka. Akan menjadi suatu kebanggaan tersendiri apabila psikolog dapat membantu anak tersebut dan anak berkembang dan tumbuh ke arah yang lebih positif dan lebih baik. Hingga akhirnya..sang anak dapat tumbuh menjadi seorang dewasa yang sehat, baik secara fisik maupun mental :)

Nah, dalam post kali ini juga saya akan menampilkan beberapa gambar play dough. Bagi teman-teman yang belum tahu seperti apa sih play dough tersebut? Semoga gambar-gambar berikut dapat membantu memperluas wawasan teman-teman mengenai wujud dari play dough..hehehehe ^^



Gambar diambil dari http://winemommies.com/super-play-doh-recipes-for-everyone/
Gambar dimbil dari http://www.modernmummy.co.uk/2012/06/how-to-make-home-made-play-dough.html

 Gambar dimbil dari http://commons.wikimedia.org/wiki/File:Play_dough_04784.jpg
3 Maret 2013

Tidak ada komentar:

Posting Komentar