Minggu, 17 Maret 2013

REVIEW PRESENTASI TEKNIK WAWANCARA 7 MARET 2013 (Gayatri A. Ardhinindya)

Hari ini di kelas kami telah dipresentasikan hasil wawancara mereka dengan para Psikolog Industri dan Organisasi (IO) serta Psikolog Pendidikan. Kelompok 5 dengan HRD perusahaan kertas, Kelompok 6 dengan HRD perusahaan tambang, Kelompok 7 dengan HRD perusahaan elektronik tetapi bukan dari sarjana psikologi, Kelompok 8 dengan Guru Bimbingan Konseling SMP, Kelompok 9 dengan Guru Bimbingan Konseling SMA, dan Kelompok 10 dengan Konselor di Counseling Center.
Dari kelompok 5, 6 dan 7, dapat ditarik kesimpulan bahwa HRD tidak harus dari lulusan psikologi, karena guna dari HRD itu sendiri adalah merekrut sumber daya manusia untuk menunjang kesejahteraan dan kelancaran perusahaan. Jadi dibutuhkan tenaga HRD yang berpengalaman dan mengerti karakteristik serta kebutuhan perusahaan tersebut. Kemudian kami juga banyak belajar istilah, seperti probing yaitu mendalami jawaban dalam wawancara, tidak hanya dari  pedoman saja tetapi interviewer harus bisa mengembangkan sendiri dalam alur proses wawancara.
Sedangkan dari kelompok 8, 9 dan 10 dapat ditarik kesimpulan bahwa tidak semua guru bimbingan konseling berasal dari lulusan S1 psikologi, ada juga yang lulusan Bimbingan Konseling. Tetapi alangkah baiknya jika tenaga kerja dalam bidang itu berpredikat sarjana psikologi, karena sesungguhnya jika berpedoman pada APA, psikologi sangatlah lengkap. Dalam dunia kesiswaan, School Psychologist dan Educational Psychologist itu berbeda dan terpisah divisinya. School Psychologist harus lulus klinis anak dan industri, di negara asal APA (Amerika) harus mempunyai lisensi. Tetapi Educational Psychologist lebih menekankan pada pengurusan program dan kurikulum , tidak mengurusi murid, inilah yang seharusnya di tempatkan di Kementrian Pendidikan Nasional kita. Tetapi sayangnya di Indonesia belum ada spesifikasi divisi seperti itu.
Dan sebuah catatan untuk para psikolog. Segala pengukuran keberhasilan seseorang adalah relatif, karena semuanya berdasarkan pengalaman yang pernah dirasakan. Terlalu junior atau fresh graduate, pasti kaku dan terlalu teoritis. Tetapi juga yang terlalu senior juga biasanya suka men-stereotype-kan kasus, maka janganlah cepat berasumsi. Jadi dengarkan dahulu klien anda dan ingatlah jangan sombong apapun kondisinya, because too much will kill you so much..! J

13 Maret 2013

Tidak ada komentar:

Posting Komentar