Pada pertemuan kali ini di kelas Teknik Wawancara (TekWan), kami
membahas mengenai hasil wawancara bersama psikolog klinis anak dan
psikolog klinis dewasa. Sesuai nama mata kuliahnya, maka yang akan lebih
banyak dibahas mengenai teknik wawancara.
Secara garis besar, saya dapat memahami bahwa wawancara adalah
suatu teknik yang dilakukan antara dua orang atau lebih, untuk
mendapatkan informasi. Hasil wawancara dilakukan untuk menunjang hasil
tes dan observasi. Terkadang dalam wawancara, klien berbicara sudah
keluar dari alurnya, maka dari itulah sudah menjadi tugas dari psikolog
untuk mengarahkan klien kepada masalah yang ia kemukakan di awal. Karena
wawancara memiliki tujuan yakni membantu menyelesaikan masalah klien,
jika tidak memiliki tujuan hanya akan menjadi ajang curhat semata.
Dari hasil kuliah minggu ini saya dapat mengambil kesimpulan jika,
psikolog klinis dewasa lebih "mudah" dalam melakukan wawancara kepada
klien daripada psikolog klinis anak. Mengapa demikian? Karena kendala
bahasa yang dialami psikolog. Psikolog klinis anak, tidak bisa
menanyakan pertanyaan secara langsung kepada kliennya. Psikolog klinis
anak harus mengambil jalan yang berputar jika ingin mendapatkan
informasi dari klien. Selain itu, tidak mudah dalam mendekati seorang
anak, karena anak baru akan mau bercerita jika ia sudah merasa nyaman
dengan seseorang. Tidak semua anak cepat merasa nyaman dengan orang
baru, maka tugas psikologlah membuat nyaman kliennya, bisa dengan
berbagai cara, yang paling ampuh adalah mengajak anak bermain. Jika cara
mengajak main tidak berhasil juga maka, psikolog tersebut harus
melakukan cara lain untuk mendapatkan informasi, yakni dengan observasi
perilaku anak atau bisa juga dengan mewawancarai orangtua.
Beda lain hal, dengan psikolog klinis dewasa, psikolog bisa membuat
pertanyaan yang lebih terstruktur dibanding dengan psikolog klinis
anak. Psikolog lebih dapat menanyakan langsung pertanyaan yang ingin ia
tanyakan. Tetapi dalam menghadapi orang dewasa, psikolog harus peka
dengan bahasa tubuh yang ia keluarkan. Ada klien yang sangat sensitif
dengan sorot mata, nada berbicara, dan gerakan tubuh dari psikolog.
Selain itu, psikolog juga harus bisa bekerja secara profesional, jika ia
sedang mengalami kelelehan tetapi ia sudah membuat janji dengan klien
maka janji tersebut harus dipenuhi, tidak boleh asal membatalkan janji
tersebut.
1 Maret 2013
Tidak ada komentar:
Posting Komentar