Minggu, 17 Maret 2013

Psikologi Klinis Anak dan Dewasa (Ivana Leo)

 
     Hal utama yang saya dapatkan setelah melihat presentasi beberapa kelompok adalah sebelum mewawancarai subjek, kita harus mengetahui latar belakang subjek lebih terperinci. Hal ini dilakukan agar kita lebih mempunyai gambaran pekerjaan subjek.
     Jika kita membahas mengenai teknik wawancara itu sendiri, saya membagi tahap wawancara menjadi pre-wawancara, wawancara dan pasca-wawancara. Ketika tahap pre-wawancara, tentunya kita harus mempersiapkan apa yang diperlukan selama wawancara berlangsung. Contohnya adalah mempersiapkan diri atau awareness, daftar pertanyaan untuk Psikolog muda, kertas, pulpen, atau alat perekam jika dibutuhkan. Pre-wawancara adalah melakukan screening. Screening  ini termasuk menanyakan biodata klien sekaligus membina rapport.
     Membina rapport kepada klien jelas dibutuhkan sebelum memasuki tahap wawancara. Kita bisa membina rapport tersebut dengan menanyakan hal-hal yang ringan terlebih dahulu yang tidak berhubungan dengan gangguan yang dialami oleh klien. Misalnya, selamat pagi ibu atau bapak, bagaimana tadi perjalannya ke sini? bapak atau ibu tahu tempat kami dari mana?. Ketika rapport sudah terjalin, kita bisa menanyakan biodata klien dan gangguan yang di alami secara garis besar agar kita bisa melakukan diagnosa sementara terlebih dahulu.
     Selanjutnya adalah memasuki tahap wawancara itu sendiri. Pada tahap ini kita telah memasuki tugas wawancara yang lebih mendalam dan detail. Pertanyaan-pertanyaan yang kita ajuin harus luas. Artinya kita bisa menanyakan apa yang terjadi di masa lalu yang mungkin merupakan akibat di masa sekarang. Lalu, kejadian-kejadian apa saja yang menganggu klien yang mungkin bisa merupakan simpton-simpton dari gangguan itu sendiri.
     Selain wawancara, kita juga harus melakukan observasi atau psikotes. Hal ini dilakukan untuk menghindari faking good dari klien atau penderita. Observasi dapat dilakukan ketika sedang wawancara berlangsung atau observasi ke lapangan, atau bisa dilakukan kedua-duanya. Observasi ke lapangan maksudnya adalah, kita melihat langsung bagaimana keadaan rumah, lingkungan atau sekolah yang akan menambah data kita mengenai klien. Selain itu juga kita bisa mengetahui apakah data yang kita dapatkan dari wawancara dengan klien sesuai dengan hasil observasi kita atau tidak. Penggunaan psikotes itu fleksibel, yang artinya kita boleh menggunakan psikotes sebagai data tambahan kita.
     Kita memasuki tahap terakhir yaitu tahap pasca-wawancara. Tahap pasca-wawancara menurut saya adalah melakukan diagnosa dan terapi. Jadi setelah mendapatkan data-data mengenai klien melalui wawancara, observasi dan atau psikotes, kita dapat melakukan diagnosa gangguan apa yang sebenarnya dialami oleh klien. Selain itu di tahap ini juga kita dapat menentukan terapi apa yang cocok dengan gangguan yang dialami oleh klien.
     Wawancara biasanya dilakukan 1-2 jam per sesi. Teknik wawancara itu sendiri mempunyai kelebihan dan kekurangan. Kelebihan wawancara adalah kita bisa mendapatkan informasi dengan mudah, praktis dan tidak membutuhkan banyak modal karena hanya bermodalkan mulut. Sedangkan kekurangan wawancara adalah tidak semua informasi yang kita dapatkan itu benar, maka dari itu kita perlu melakukan observasi dan atau psikotes.
     Sekian resume teknik wawancara saya mengenai psikologi anak dan dewasa. Terima kasih. 

1 Maret 2013

Tidak ada komentar:

Posting Komentar