Tahukah kalian bahwa psikolog klinis anak maupun dewasa memiliki
perbedaan di dalam menangani suatu klien walaupun mereka sama-sama
menangani masalah dalam bidang klinis. Perbedaan tersebut dapat di lihat
dari bagaimana cara psikolog klinis membina raport pada awal sesi
wawancara, perbedaan tujuan klien datang ke psikolog, perbedaan usia
klien yang ditangani oleh masing-masing psikolog, bahasa yang digunakan
oleh masing-masing psikolog dalam proses wawancara, kasus yang ditangani
oleh masinga-masing psikolog klinis, dan lain-lain.
Pada awal sesi wawancara, biasanya psikolog melakukan bina raport
agar klien dapat merasa nyaman dengan psikolog tersebut sehingga klien
dapat lebih terbuka dalam bercerita mengenai masalahnya. Pada psikolog
anak, anak-anak yang merupakan klien dari psikolog tersebut akan dibuat
se-nyaman mungkin dengan jenis ruangan yang banyak dilengkapi oleh
mainan-mainan yang disukai oleh anak-anak hingga akhirnya anak tersebut
menjadi akrab dan bercerita dengan sendirinya mengenai masalah yang
dialaminya tersebut. Pada psikolog klinis dewasa, pertama-tama psikolog
melihat kondisi klien berdasarkan hasil observasi terhadap klien sewaktu
klien masuk ke ruangan praktek, jika psikolog menemukan adanya
ketidaknyamanan yang dialami oleh klien maka Psikolog tersebut akan
mencari cara agar klien tersebut nyaman dan bersedia untuk diwawancarai
mengenai masalah yang dialaminya. Setelah rileks, baru psikolog dapat
melakukan wawancara dengan klien tersebut.
Psikolog klinis dewasa dan klinis anak juga menangani klien dalam
rentang usia yang berbeda-beda. Seperti pada psikolog klinis dewasa,
psikolog dalam bidang ini menangani dan mengurusi klien terutama yang
sudah berada pada masa usia dewasa (remaja - orang lanjut usia).
Sedangkan pada psikolog klinis anak, psikolog dalam bidang ini khusus
menangani klien seorang anak-anak dengan rentang kurang lebih anak kelas
4 sd - masa pubertas.
Klien yang datang ke psikolog tersebut juga memiliki tujuan yang
berbeda-beda. Seperti dalam kasus psikolog klinis anak, banyak klien
yang datang karena dirujuk oleh orang tuanya karena orang tuanya melihat
adanya suatu gejala kelainan terhadap anaknya tersebut. Sehingga tujuan
anak dapat ke psikolog anak tersebut tidak murni sepenuhnya karena
keinginan dari anak tersebut. Sedangkan pada kasus psikolog klinis
dewasa, banyak pasien yang datang kepadanya karena mereka menyadari
bahwa dirinya memang mengalami suatu gangguan dan membutuhkan bantuan
seorang psikolog.
Selain itu, bahasa yang digunakan oleh masing-masing psikolog dalam
bidang klinis ini juga berbeda-beda. Pada psikolog klinis anak,
psikolog lebih menggunakan bahasa yang mudah dipahami, sederhana, dan
mudah diingat sehingga wawancara dapat berjalan lancar dan informasi
yang dibutuhkan oleh pewawancara dapat tercapai. Pada psikolog klinis
dewasa, bahasa yang digunakan sesuai dengan bahasa dan latar belakang
dari klien tersebut. Selain itu, bahasa yang digunakan juga bahasa
sehari-hari dan mudah untuk di pahami.
Kasus yang ditangani oleh masing-masing psikolog klinis tersebut
juga berbeda-beda. Pada psikolog klinis anak, kasus yang paling sering
ditemui adalah kasus anak dengan gangguan autis, anak dengan gangguan
ADHD, anak dengan gangguan selective mutism, anak dengan gangguan intellectual disabilities,
dan lain-lain. Sedangkan pada kasus yang ditangani oleh psikolog klinis
dewasa lebih beraneka ragam mulai dari kasus depresi hingga kasus bunuh
diri.
Selain klien itu sendiri yang dimintai informasi, masing-masing
psikolog juga dapat meminta informasi tambahan dari orang-orang terdekat
dari klien tersebut agar kita dapat mengetahui apakah klien tersebut
berbohong atau tidak. Selain itu juga, sebagai seorang psikolog juga
harus mengarahkan wawancara agar wawancara tersebut tidak keluar alur
atau mutar-mutar sehingga psikolog juga harus tegas memutus pembicaraan
dan mengembalikan pembicaraan tersebut ke tema yang sebenarnya. Di dalam
wawancara juga, memiliki sebuah kelemahan yaitu memakan waktu yang
sangat lama karena dapat dilakukan dalam beberapa sesi.
Di antara 4 kelompok yang maju untuk presentasi mengenai hasil
wawancaranya dengan praktisi masing-masing, dapat disimpulkan bahwa
semua praktisi tersebut memberikan suatu pengertian dari wawancara yaitu
proses yang dilakukan oleh interviewer terhadap interviewee
untuk mengumpulkan informasi. Tetapi terdapat suatu perbedaan pendapat
dari masing-masing praktisi tersebut mengenai kelemahan dan kelebihan
dari wawancara menurut mereka. Ada praktisi yang mengatakan bahwa proses
wawancara tidak memiliki suatu kelemahan tetapi ada juga yang
mengatakan bahwa proses wawancara memiliki suatu kelemahan seperti
memakan waktu yang sangat lama. Kelebihan yang dimiliki oleh proses
wawancara menurut masing-masing praktisi adalah proses wawancara dapat
mengumpulkan informasi atau data secara langsung melalui proses tatap
muka.
Untuk itu, walaupun kedua psikolog tersebut bekerja dalam bidang
yang sama yaitu klinis tetapi mereka juga memiliki perbedaan di dalam
beberapa hal seperti yang disebutkan di atas.
3 Maret 2013
Tidak ada komentar:
Posting Komentar