Setelah sebelumnya saya membahas mengenai
psikolog klinis, kali ini saya akan membahas mengenai psikolog PIO (Psikologi Industri
dan Organisasi) dan psikolog pendidikan. Pada pertemuan di tanggal 7 Maret
2013, terdapat beberapa kelompok yang mempresentasikan kedua hal tersebut. Pertama,
saya akan membahas mengenai psikolog PIO terlebih dahulu. Berdasarkan presentasi
yang dilakukan di kelas, terdapat satu kelompok yang mengungkapkan bahwa interviewee-nya bukanlah seorang yang berlatar
belakang psikologi namun melakukan berbagai wawancara terhadap calon karyawannya.
Hal tersebut saya rasa masih wajar karena mungkin saja Beliau telah terbiasa dalam
melakukan wawancara, sehingga Beliau dapat mendapatkan data yang diharapkan
berdasarkan wawancara tersebut
Menurut saya, mengenai mendapatkan hasil
wawancara yang memuaskan atau tidak, tentunya berdasarkan skill yang dimiliki oleh masing-masing individu yang tentunya
berbeda-beda. Namun, dalam memberikan teknik lain disamping wawancara seperti
psikotes, haruslah dilakukan oleh seorang dengan latar belakang pendidikan
psikologi. Hal ini disebabkan karena apabila psikotes diberikan oleh seorang
yang bukan berlatar belakang pendidikan psikologi, maka hasilnya pun tidak akan
valid dan maksimal.
Selanjutnya, apabila kita mendengar
mengenai psikolog pendidikan, tentunya kita akan berpikir mengenai lembaga
pendidikan, pengajar, dan murid. Yaa.. kita akan membahas mengenai seorang
psikolog atau seorang pengajar yang berlatar belakang pendidikan psikologi yang
bekerja di sekolah sebagai seorang pengajar, konselor, atau Guru BK. Wawancara yang
dilakukan oleh seorang Guru BK tentunya berbeda dengan wawancara yang dilakukan
oleh seseorang yang bekerja di HRD. Wawancara yang dilakukan dalam bidang
pendidikan, tentunya harus memiliki keterampilan yang berbeda dengan wawancara
yang dilakukan di HRD. Ketika wawancara dilakukan, seorang Guru BK tentunya
tidak boleh bertanya seperti sedang menghakimi atau menggurui muridnya
tersebut. Karena pada saat murid tersebut dipanggil ke dalam ruang konseling,
tentunya ia tidak akan merasa bahwa dirinya melakukan suatu kesalahan atau
mungkin saja ia telah membangun suatu defense
mechanism agar ia dapat menghindar dari kesalahan yang dituduhkan kepada
dirinya.
Hal tersebut akan terjadi bertolak
belakang apabila seorang Guru BK melakukan suatu pendekatan kepada muridnya, misalnya
menanyakan apa yang dirasakan muridnya tersebut atau menanyakan penyebab murid
tersebut melakukan hal tersebut. Guru BK akan menjadi seorang Guru yang dekat
dengan murid-muridnya apabila Guru BK tersebut disenangi oleh murid-muridnya
yang tentunya memiliki kepribadian yang berbeda-beda. Pengalamanlah yang menentukan skill
seorang pengajar dalam hal ini. Bagaimana cara pendekatan yang dilakukannya tersebut,
itulah yang akan ia hasilkan.
11 Maret 2013
Kesalahan yang
pernah kamu alami akan membuat kamu menjadi lebih dewasa, berbuatlah lebih baik
dari kesalahan yang pernah kamu lakukan!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar