Sabtu, 23 Maret 2013

PRACTICES MAKE PERFECT (Catherine Prana)


Perkuliahan hari ini membahas mengenai keterampilan dasar yang dibutuhkan sebagai seorang pewawancara yang baik… Banyak sekali hal yang harus dimiliki seorang pewawancara agar ia bisa melakukan wawancara dengan teknik yang baik dan benar… Saya pribadi ketika menjelaskan penjelasan dari Kak Tasya merasa masih banyak hal dari diri saya yang perlu saya perbaiki untuk dapat menjadi seorang pewawancara yang benar.. Untuk sedikit review mengenai materi hari ini, keterampilan yang harus dimiliki meliputi kemampuan membina rapport, empati, attending behavior (mengurangi kuantitas bicara), keterampilan observasi, dan active listening..

Hal-hal yang saya dapatkan mengenai pembelajaran hari ini cukup banyak. Pertama, untuk menjadi psikolog yang professional tidaklah mudah. Psikolog pastinya akan banyak menggunakan teknik wawancara dengan intensitas yang cukup tinggi sehingga dibutuhkan bekal pengetahuan untuk calon psikolog ketika mewawancarai kliennya. Untuk menjadi professional, kita haruslah bisa memisahkan antara masalah pekerjaan dan masalah pribadi.. Terkadang, masalah pribadi bisa sangat mengganggu kita ketika sedang bekerja, apalagi untuk kaum perempuan yang sangat menggunakan emosinya..

Masalah ini ternyata bisa berdampak pada keterampilan lainnya yang seharusnya dimiliki pewawancara, yaitu active listening. Ketika kita sedang mempunyai masalah pribadi dan pada saat yang sama harus mendengarkan orang lain bercerita, ditambah harus memberi nasihat serta masukan, tidaklah mudah.. Malah saya rasa sangatlah sulit.. Ketika kita punya masalah pribadi, akan sangat sulit bagi kita untuk berkonsentrasi penuh atau fokus dengan apa yang dibicarakan klien, sehingga bisa berdampak pada skill lain yang dibutuhkan, yaitu active listening.

Kedua, ternyata mengenali emosi kita sendiri tidaklah mudah.. Mengenali emosi apa yang sedang kita rasakan saat ini cukup sulit.. Sebelum kita membantu orang lain atau yang kita sebut dengan klien, seharusnya kita sendiri sebagai calon psikolog mampu mengenali emosi dan keadaan diri kita terlebih dahulu baru kita bisa menilai emosi orang lain dan membantunya mengatasi masalah yang ada..

Ketiga, bagi kaum perempuan, untuk berekspresi yang sesuai ketika mendengarkan klien juga tidaklah mudah.. Terkadang karena terlalu banyak memakai perasaan, perempuan menjadi terlalu ekspresif ketika mendengarkan klien bercerita.. Selain itu, perempuan juga bisa terlarut dalam suatu pembicaraan mengenai topik tertentu yang mungkin pernah dialaminya sebelumnya, sehingga pada akhirnya yang bercerita bukan hanya klien, tetapi psikolog nya pun ikut curhat di dalam sesi tersebut..

Merupakan sebuah tantangan ketika kita dituntut untuk bekerja secara professional, namun dengan latihan dan pengalaman, semua keterampilan mungkin saja kita kuasai nantinya.. Practices make perfect :)

14 Maret 2013

Tidak ada komentar:

Posting Komentar