Jumat, 22 Maret 2013

Love, Commitment and Faithfulness (Dewi Purwasi)


 Setiap individu yang telah berkembang semakin dewasa akan menjalani fase yang dinamakan berpacaran. Tentunya banyak orang berharap menjalani hubungan berpacaran yang positif dan membangun untuk kedua pihak. Ternyata pacaran memiliki manfaat bagi individu, yaitu dapat menghasilkan persahabatan, dukungan emosi, dan bahkan dukungan secara ekonomi. Individu akan merasa bahagia ketika berpacaran apabila memiliki makna diri yang kuat.

     Gaya berpacaran telah mengalami perubahan dari era dulu hingga saat ini. Gaya berpacaran pada waktu dulu sangat berbeda dengan saat ini. Pada waktu dulu umumnya pihak laki-laki akan datang ke rumah pihak wanita dan melakukan pendekatan dengan orang tua wanita terlebih dahulu. Setelah itu selanjutnya apabila pasangan tersebut ingin berkencan maka pihak laki-laki akan meminta ijin terlebih dahulu dengan orang tua si wanita tersebut. Pada jaman dulu komunikasi yang di jalin dalam berpacaran tidak seintens pada masa sekarang ini. Media yang di gunakan umumnya adalah surat, sehingga komunikasi tidak secapat saat ini.

     Gaya berpacaran saat ini sudah lebih berkembang dibandingkan pada jaman dulu. Umumnya pasangan akan pergi jalan bersama untuk menonton bioskop atau makan malam bersama. Komunikasi yang terjalin lebih intens dan cepat dengan adanya telepon dan internet serta gadget, sehingga individu yang berpacaran semakin memiliki hubungan yang terasa dekat meskipun berada di tempat yang berbeda. Umumnya gaya berpacaran saat ini juga memiliki akses yang lebih banyak dan cenderung bebas. Sudah tidak jarang orang berpacaran dengan ras, suku dan agama yang berbeda. Berdasarkan penelitian individu yang menikah dengan pasangan yang berbeda ras memiliki tingkat perceraian yang tinggi.

     Tidak jarang di tengah-tengah proses berpacaran terjadi konflik. Konflik adalah hal yang wajar dalam suatu hubungan. Salah satu konflik yang seringkali menjadi topik perkelahian pasangan adalah perselingkuhan. Berdasarkan penelitian, wanita yang memutuskan untuk berselingkuh umumnya beralasan bahwa itu merupakan pengaruh emosional dirinya, sedangkan pada laki-laki cenderung berorientasi pada seks. Sebelum masuk ke tahap perselingkuhan awalnya individu tidak sengaja bertemu dengan selingkuhannya dan kemudian mulai berkenalan, setelah itu mereka mulai pergi bersama namun merahasiakan hubungan tersebut, kemudian mereka mulai akan melakukan banyak hal bersama-sama seperti makan dan nonton film bersama, setelah itu mereka akan memiliki hubungan emosional yang lebih dekat dan pada akhirnya mereka mungkin juga akan melakukan hubungan seksual yang intens.

     Fenomena yang terjadi di Indonesia banyak sekali pasangan muda ataupu dewasa mengalami permasalahan mengenai selingkuh ini. Tidak jarang banyak pasangan putus atau yang telah menikah bahkan memutuskan untuk bercerai. Mengapa demikian ? seperti yang telah di jelaskan di atas bahwa saat ini begitu mudahnya akses seseorang untuk berpacaran sedangkan dulu orang cenderung memiliki hubungan yang lebih panjang  karena sulitnya akses dalam berpacaran, selain itu komitmen juga mempengaruhi bagaimana suatu hubungan dapat bertahan. Selain komitmen aspek lain yang juga penting adalah cinta dan kesetiaan. Apabila pasangan saling mencintai dan setia satu sama lain maka hubungan pacaran tersebut akan bertahan. Sebuah pernyataan menarik dari Ci Tasya, yang saya dengar pada saat mengikuti kelas perilaku seksual  kurang lebih seperti ini “laki-laki butuh untuk dipercaya oleh wanita, dan wanita  perlu untuk dijaga kepercayaannya oleh pria”.

20 Maret 2013

Tidak ada komentar:

Posting Komentar