Sabtu, 23 Maret 2013

Interviewing is "EASY"??? (Regina)


"Wawancara? Mudah ahh! Kan setiap hari kita juga wawancara tuh! Cuma nanya-nanya aja kok, apa susahnya?"

     Apakah ada diantara Anda yang beranggapan sama seperti statement di atas? :) Wawancara itu proses yang menurut saya sangat sulit, loh! Ini adalah tantangan untuk para calon psikolog... Jadi, yaaa... menjadi psikolog bukan hal yang mudah! Banyak orang beranggapan, "ohh, psikolog enak ya! Cuma dengar orang bercerita terus dapat uang!" Hmm.. Justru, setelah saya masuk ke dunia psikologi, saya jadi paham bahwa ternyata sulit loh wawancara dan mendengarkan klien! Sebagai seorang psikolog, tentu tidak hanya mendengarkan! Psikolog diharapkan dapat berempati dengan klien dan membantu kliennya! Nah, untuk sampai pada tahap klien menceritakan masalahnya, tentu psikolog harus melakukan wawancara!
   
     Setelah saya memperoleh pelajaran di kelas Teknik Wawancara hari ini, saya melihat bahwa ternyata wawancara itu sulit dan harus benar-benar dikuasai oleh psikolog... Salah satu contoh hal yang harus dikuasai seseorang saat wawancara adalah ekspresi wajahnya. Hal ini benar-benar membuat saya terkesan sekaligus bingung.. Saat mendengar jawaban klien atas pertanyaan kita, kita tidak boleh berekspresi berlebihan (harus cool) sekaligus tidak boleh terlalu cool alias bermuka datar. Nah loh, ngatur wajah aja uda susah kann? Selain wajah, tentu masih banyak yang harus dikuasi dan dilatih oleh para calon-calon psikolog! Nah, penasaran apa aja yang perlu dikuasai oleh pewawancara??

Here's the answer...

Pertama, sebagai pewawancara sekaligus psikolog, kemampuan untuk membina rapport yang baik harus dimiliki. Hal ini membuat klien merasa nyaman berbicara dan menjalin hubungan dengan psikolognya untuk bercerita! Nah, pada tahap ini, banyak sekali yang perlu diperhatikan, mulai dari raut wajah hingga intonasi nada dan perilaku-perilaku psikolog (jangan bertopang dagu, perhatikan eye-contact, dan sebagainya).

Kedua, Empati! Empati ini adalah "bagaimana kita menempatkan diri kita dalam posisi orang lain." Berempati itu tidak mudah! Kita mungkin mengetahui apa yang dialami oleh orang yang bercerita kepada kita namun mungkin kita tidak sungguh memahami apa yang dirasakannya karena bukan diri kita sendiri yang mengalaminya!

Ketiga, attending behavior! Maksudnya disini adalah... kita harus lebih banyak mendengar klien... Ibarat kata.. silence is golden ! Ketika kita mendengar, banyak sekali informasi yang masuk ke kita... Tapii.. kebayang kan sulit nya? Terlebih untuk orang-orang yang terbiasa berceloteh ria dan jarang mendengar orang lain berbicara... Duduk diam selama 30 menit dan mendengar klien berbicara pun mungkin bukanlah hal yang mudah... Apalagi, sebagai psikolog, tentu harus memahami dan memproses cerita klien di otak (tidak asal mendengar masuk kiri keluar kanan!)

Keempat, kemampuan bertanya, observasi, dan mendengarkan.. Hal ini menurut saya merupakan pekerjaan yang cukup berat... Sepanjang 1 sesi, seorang psikolog tentu harus melakukan keseluruhan hal-hal di atas dan mengobservasi kliennya. Gerak gerik klien, helaan napas klien yang mengindikasikan sesuatu, atau sikap duduk klien yang tiba-tiba berubah! Intinya, seorang psikolog harus selalu WASPADA selama satu sesi bersama klien tersebut. Jangan lengah dan terbuai dengan godaan-godaan lamunan.

Terbayang kah sulitnya menjadi seorang psikolog dan melakukan wawancara? Dalam suatu saat yang bersamaan, seorang psikolog harus mendengarkan, menyimak cerita klien, berpikir mengenai cerita klien, memperhatikan gerak gerik klien sekaligus memperhatikan gerak gerik dirinya sendiri, dan berempati kepada klien... Wahh tentunya ini merupakan hal yang sangat sulit! Namun ingat! Tidak berarti hal ini tidak dapat kita lakukan loh!!! :)

Practice more then you will become a great interviewer! Remember that practice is the key to the success!

14 Maret 2013

Tidak ada komentar:

Posting Komentar