Jumat, 22 Maret 2013

Divorce (Melia Wijaya)


Pada tulisan kali ini saya akan membahas mengenai perceraian. Mengapa pasangan yang tadinya terlihat hot dan saling mencintai tiba-tiba mengajukan keinginan untuk bercerai?
Menurut buku sexuality now karangan Mantesh. Beberapa faktor yang menyebabkan seseorang mengajukan perceraian:
Social
Contohnya perempuan yang memilliki karir yang lebih cerah dibanding pasangan laki-lakinya. Sebuah penelitian yang dipaparkan dalam buku ini juga mengungkapkan laki-laki yang memiliki tingkat pendidikan lebih tinggi cenderung menikah pada usia 45 tahun, sedangkan pada wanita yang memiliki tingkat pendidikan lebih tinggi cenderung memilih untuk menunda pernikahan dibanding wanita berpendidikan rendah.
Predisposing
Seseorang yang berasal dari keluarga bercerai cenderung memiliki masalah dalam hubungan pernikahan dibandingkan seseorang yang berasal dari keluarga utuh (tidak bercerai). Seseorang yang berasal dari keluarga bercerai cenderung memiliki pandangan skeptis mengenai pernikahan, insecure terhadap hubungan yang permanen. Faktor yang lain adalah pasangan yang menikah diusia muda, pasangan yang memiliki kepercayaan berbeda.
Relationship
Pada point ini kasus yang banyak terjadi adalah karena komunikasi antar pasangan. Pada beberapa pasangan pacaran berpikir bahwa perilaku yang tidak disukai akan berubah ketika mereka menikah. Sedangkan, ketika menikah mereka menyadari adanya masalah dan ketika dikomunikasikan dengan pasangan, pasangan mengalihkan topik pembicaraan, menolak secara langsung atau tidak membicarakan sama sekali.
Lalu, hal-hal apa yang perlu dilakukan untuk meminimalisir terjadinya perceraian? Masih ingat tulisan pertama saya yang berjudul communication is the key? Yah, lagi-lagi komunikasi. Kemauan untuk terbuka dengan pasangan memungkinkan pasangan kita memahami hal yang membuat hubungan tidak nyaman dan bersama-sama menyelesaikan masalah yang sedang terjadi dalam pernikahan. Bagaimana bila komunikasi tidak dapat menyelesaikan masalah yang sedang dihadapi? Membuat janji dengan pakar/ahlinya (baca: konseling aka psycholog). Namun, bila memang sudah tidak dapat dipertahankan maka perceraian adalah jawaban yang terbaik.
Menurut saya, perceraian bukanlah seperti mengucapkan kata “putus” kala pacaran. Pada masa pacaran mengungkapkan kata “putus” berarti selesai dan sudah. Tidak ada hal yang perlu diurus lagi. Pernikahan tidak sesimple pacaran. Bagaimana bila ada anak kala menikah, belum lagi harus mengurus pembagian harta gono-gini dan administrasi lain yang rumit.

20 Maret 2013

Tidak ada komentar:

Posting Komentar